23: Terhempas

1.2K 91 36
                                    

"Keadaan Ellen makin memburuk..." kalimat pembuka Nico membuat hati Sheen berdesir nyeri, bukan kalimat ini yang diharapkan gadis itu untuk keluar dari Nico.

"...dan dia bakal lanjutin pengobatannya ke Jerman." Lanjut Nico.

Sheen merasa jahat saat dirinya merasa sedikit lega mendengar kalimat itu.

"Gue bakal ikut kesana..." kalimat terakhir Nico membuat Sheen membeku.

Gadis itu hanya mampu menelan ludahnya pelan dan menatap Nico yang saat ini juga menatapnya balik.

"M-maksud lo?"

Nico menatap Sheen dengan tatapan tak terbaca, "Gue bakal nemenin proses pengobatan Ellen di Jerman Af..."

Sheen menatap kosong Nico. Seolah belum cukup dengan luka yang masih menganga lebar di hatinya, Sheen merasa luka itu disiram air garam oleh kenyataan. Perih tak tertahankan.

Beberapa saat terdiam dengan pandangan kosong tiba-tiba saja Sheen berpaling dari Nico, gadis itu kini menatap lurus kedepan dengan senyum kecut.

"Kapan berangkat?" tanya Sheen pelan.

"Seminggu lagi." Nico masih menatap Sheen lekat.

Sheen mengangguk-angguk pelan masih dengan pandangan lurus kedepan.

"Af..." panggil Nico lirih.

"...bisa kita biasa-biasa aja?" lanjut Nico perlahan.

Sheen menoleh dan mengerutkan dahinya sedikit tanda tak paham.

Nico yang memahami maksud Sheen menghela napas berat dan memejamkan matanya sejenak, "Sheen... bisa kita putus? Gue gabisa terus menyakiti lo, lo pantes dapet seseorang yang jauh lebih baik dari gue." kata Nico lagi dengan hati-hati.

Sheen terdiam. Matanya menatap mata hitam Nico dalam, berusaha mencari keyakinan untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba Sheen mendongakkan kepalnya dan mngerjap-erjap cepat untuk mencegah air mata turun dari matanya. Sheen menarik napas panjang beberapa kali lalu menatap Nico kembali dengan senyum getir namun terkesan tulus. Mata gadis itu sudah tak berkaca-berkaca lagi.

Sheen melangkah pelan mendekati Nico dan berhenti saat ujung sepatu mereka bersentuhan. Senyum Sheen menghilang dan matanya tak menatap mata Nico.

Dengan perlahan Sheen menggerakkan tangannya untuk melingkari tubuh kokoh Nico. Memeluknya hangat yang mungkin untuk terakhir kalinya. Gadis itu memejamkan matanya lama.

Sejenak Nico terdiam kaku, kaget akan reaksi Sheen. Namun setelah beberapa saat, cowok itu mengangkat tangannya untuk memeluk erat tubuh mungil seseorang yang sangat dicintainya itu. Seseorang yang diputuskannya karena dirinya tak mau terus melukai hatinya.

Nico memejamkan matanya, dirinya merasa jatuh dan hatinya terasa remuk. Dirinya tak mau melepaskan Sheen, namun Ellen juga sangat membutuhkan sosok yang bisa menyokongnya saat ini. Gadis piatu itu selama ini menghabiskan waktu dengan merasakan kesakitan seorang diri, ayahnya tak selalu ada karena kesibukan mengurus bisnis demi kelancaran biaya pengobatan Ellen yang tak murah.

Ingin rasanya Nico bersikap egois dengan tetap bersama Sheen dan menemani Ellen yang saat ini dianggapnya sebagai sahabat di masa sulit gadis itu, namun dirinya sadar bahwa itu semua malah akan membuat Sheen semakin terluka. Sheen pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dari dirinya, seseorang yang mampu menyembuhkan luka-luka dihatinya dan seseorang yang tak menambah guratan-guratan pedih di hidupnya.

"Af...?" lirih Nico yang masih menunggu jawaban Sheen.

Sheen melepaskan pelukannya dan menatap Nico dalam.

Famous UntouchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang