Part 7-a

1.6K 49 1
                                    

2 hari kemudian, Jason menjemputku di rumah tepat pukul jam 3 sore.

"Langsung berangkat?" tanyanya.

"Iya. Yuk," ajakku keluar rumah.

Jason mengikutiku keluar dan minta ijin ke orang tuaku yang berada di teras. Kemudian, kami pun berangkat menuju rumahnya. Untung saja di jalan sedang lengang, jadi tak membutuhkan waktu lama untuk ke rumahnya.

"Eh Sofi udah dateng," ujar Tante Ara yang melihatku masuk ke rumahnya bersama anaknya.

"Iya nih. Aku ga telat kan?" tanyaku sambil menyium punggung tangannya. Aku harus tetap sopan pada orang yang lebih tua kan?

"Engga kok. Ayo ikut Tante," kata Tante Ara sambil menarik lenganku.

Aku dibawa ke kamar kosong di lantai 2. Sudah ada penata rias, alat-alat make up, beserta gaun dan aksesoris yang mungkin akan kupakai. Bahkan di pojok ruangan, terdapat sepatu yang dijejer rapi. Menggiurkan.

"Nah sekarang kamu mandi dulu sana," suara Tante Ara membuyarkan pikiranku yang sedang mengagumi barang-barang mewah yang ada didepanku.

"Aku kan udah mandi dari rumah, Tan," ujarku.

"Gapapa. Udah mandi aja sana biar tambah seger. Ga pake lama ya," ucap Tante Ara sambil tersenyum. Kemudian beliau berbalik dan duduk didepan meja rias.

Aku pun melangkah ke kamar mandi. Selesai mandi, aku baru tersadar aku tidak membawa baju. Akhirnya aku keluar dari kamar mandi hanya menggunakan kimono handuk berwarna pink untuk menutupi tubuhku yang hanya berbalut pakaian dalam.

Tak kusangka Jason ada di kamar ini. Aku segera menunduk malu dan mengeratkan kimonoku. Jason yang sempat melihatku keluar dari kamar mandi, hanya memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

"Ma, baju aku udah disiapin di kamar kan? Aku siap-siap dulu deh," ujar Jason dan berjalan keluar kamar.

"Loh katanya tadi mau cerita, kok malah langsung pergi sih? Kamu kan masih punya banyak waktu, ga perlu siap-siap sekarang juga," ujar Tante Ara bingung. Jason hanya melambaikan tangan tanpa berbalik dan terus berjalan.

"Hmm Tan, aku pake baju yang mana ya?" tanyaku dengan suara pelan.

"Eh kamu udah selesai toh. Pantes si Arsen langsung pergi. Nit, tolong siapin bajunya dan langsung dandanin dia ya," perintah Tante Ara pada seseorang yang dipanggil Nit itu. "Kamu ikutin dia aja ya."

Aku pun mengangguk dan mengikuti Nit.

"Kamu pake baju dulu ya. Nyonya Ara yang milih gaun ini," ucap Nit.

Aku memandang gaun didepanku dengan terkagum-kagum.

"Bagus banget gaunnya. Tante Ara tau seleraku juga ya," ujarku sambil tertawa. "Tunggu bentar ya, mba." Nit mengangguk.

Aku memakai gaun tersebut di walk-in-closet. Gaun panjang berwarna merah dengan lengan pendek straight appliques tulle lipit cantik jatuh pas ditubuhku.

Bagus banget ini gaun, suka banget gue. Boleh bawa pulang ga ya? tanyaku dalam hati dan tertawa kecil.

Aku berkaca sebentar pada cermin yang ada disitu dan segera keluar lalu duduk didepan meja rias. Wajahku didandani Nit selama 1 jam dengan make up yang dibuat senatural mungkin agar wajahku yang agak sedikit coklat masih terlihat, dan lipstick berwarna merah untuk menyamakan warna bajuku, kemudian dia menata rambut panjangku dengan messy updo style. Setelah dirasa selesai, aku memperhatikan diriku didepan kaca.

"Mba, gila lo. Gua jadi cantik banget gini. Ga sia-sia gua kaku selama sejam," pujiku. "Suka banget nih sama rambutnya. Keren deh lah pokoknya."

"Ga usah muji gitu. Kamunya emang dasarnya udah cantik kok," ujarnya merendah.

Senyum yang MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang