Part 19

1.4K 66 6
                                    

Author's POV

Ika menatap langit-langit kamar rumah sakitnya. Pikirannya menerawang ke berbagai penjuru yang bisa diraih. Memikirkan tentang esok hari, hari ini, dan kemarin. Tak terlewatkan pula masa lalunya yang kelam.

Tak dapat dipungkiri rasa trauma kembali menghampiri dirinya. Mulai mengisi relung-relung pikiran, hati, dan jiwanya tentang ketakutan yang dulu pernah ia alami. Kejadian yang kemarin ia lalui benar-benar membuka segel yang telah lama ia patrikan. Segala jenis ketakutan, amarah, kekecewaan, putus asa, menguasai seluruh tubuhnya. Kini, ia hanya dapat menatap kosong pandangan didepannya. Senyapnya suasana yang ada di kamar itu, menambah cekam frustasi yang ia rasakan.

"Diantara semua manusia di dunia ini, kenapa harus aku? Kenapa Kau harus memilih aku? Apa Kau pikir aku bisa melewatinya? Oh ya, aku bisa melewatinya dulu, tapi untuk sekarang? Aku menyerah. Aku berhenti untuk melalui ini semua. Ambil saja semua yang aku punya, asal Kau jangan menyakiti semua orang yang aku sayang. Bisa aku percayakan ini semua padaMu, Tuhan?" bisik Ika lemah.

Rapuh. Menyerah. Itulah perasaannya saat ini. Meratapi nasib? Mungkin, tapi adakah seseorang yang mampu memanggul masa lalu yang kembali datang menghantui?

Masalah perceraian orang tuanya, orang dari masa lalunya datang membawa sejuta kenangan dan perbuatan yang pernah orang itu lakukan dulu, serta Jason, orang yang sangat berarti baginya, yang tak kunjung siuman. Ika sadar semua masalah ini datang karena dirinya dan dia juga tahu jika dia menghilang untuk sesaat, masalah ini pasti juga akan terselesaikan.

"Aku ingin pergi ke tempat yang tidak bisa dijangkau orang lain. Aku ingin menjauh dari semua ini. Berlari sekencang yang aku bisa untuk mencari sesuatu yang dapat aku gapai. Jika aku melawan segala yang tlah tertulis, apa aku akan dapat balasan yang setimpal?" gumam Ika pada dirinya sendiri.

"Berhentilah mengeluh," Ika tidak mendongak untuk melihat si pemilik suara. Pikirannya masih sibuk dan kalut untuk dapat menanggapi ucapan Malia. Tangannya meremas gelisah ujung sprei yang berada di genggamannya, bahkan untuk menatap Malia pun enggan.

Malia masih diam menunggu balasan dari Ika. Malia tahu jika Ika saat ini sedang dilema, ingin bertahan atau menyerah. Ika hanya tidak menyadari jika Malia sebenarnya memperhatikan segala gerak-geriknya dari sofa yang ia tiduri.

Tiba-tiba bahu Ika bergetar hebat, diikuti dengan isakan pelan yang keluar dari bibir kecilnya. Malia segera mendekat dan membawa Ika dalam pelukannya.

"Gue-gue ga sanggup, Mal. Kenapa harus gue lagi? Kenapa ga orang lain aja? Gue benci, Mal. Gue benci jadi orang yang ga guna. Gue benci jadi orang yang ga bisa ngelindungin orang lain. Gue benci jadi masalah buat yang lain. Gue benci," raung Ika sejadi-jadinya. Tubuh Malia sedikit bergetar karena usaha kerasnya untuk tidak ikut menangis bersama Ika. Sahabatnya terlalu menyedihkan saat ini.

Ika menangis dengan pilu. Rasa sakit yang ia alami terlalu sulit untuk diungkapkan, terlalu sedih untuk diceritakan. Ika menyesal. Dia merasa tidak sanggup menatap dunia ini dengan mata yang sama, menghirup udara yang sama dengan mereka, orang-orang yang selalu berada di sekitarnya. Ia sudah tidak sanggup meneruskan hidupnya yang seperti ini lagi.

"Kalo ada orang yang harusnya terluka, mati, atau apapun itu, harusnya gue, Mal. Bukan Jason, Natha, apalagi Revan. Kalo ada orang yang ga pantes dan harusnya gada di dunia ini, harusnya gue, Mal. GUE," ratap Ika pada Malia. Semua kesedihan dan sakit yang ia pendam selama ini, meledak pada hari ini.

"Jangan, Ka. Jangan hidup dengan menyedihkan. Jadilah orang yang selama ini gue kenal. Gada orang yang hidupnya sia-sia. Gada orang yang dilahirkan tanpa tujuan. Mungkin keputusan Tuhan saat ini kejam buat lo, tapi Tuhan ga jahat. Jangan membenciNya. Mungkin saat ini posisi lu terlalu jauh sama Tuhan. Dekatilah. Sekuat apapun lo usaha buat ngelindungin orang lain, gada yang bisa menandingi perlindungan Tuhan," ucap Malia dengan suara bergetar.

Senyum yang MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang