Part 5

1.9K 71 2
                                    

Aku mencoba bersikap biasa saja di kampus. Bersikap seolah aku baik-baik saja. Semua orang tertipu, kecuali Jason. Terkadang aku terlalu bingung dengan dirinya yang selalu peka terhadapku. Dia menghiburku, sedangkan yang lain hanya melihat tingkahnya heran karena mereka melihat tidak ada yang berbeda dariku.

Sebuah tarikan di tangan kananku membuatku tersadar dari lamunan. Aku tak perlu mengangkat kepalaku karna aku tau siapa yang dengan seenaknya menggangguku hanya dengan menghirup aroma parfum yang mampir ke hidungku.

"Kenapa kamu jadi tukang ngelamun dan ngindar dari aku?" tanya Tera setelah kami berhenti berjalan. Aku hanya mendengus dan memalingkan wajah.

"Jawab pertanyaan aku dong." Aku tetap diam.

"Kamu ada masalah? Cerita dong ke aku. Aku kan bisa bantu kamu."

Aku tertawa sinis dan memandangnya. "Gimana bisa bantu aku kalo masalah aku salah satunya karna kamu?"

"Kok jadi aku? Emang aku ngapain?"

"Ohaha haruskah aku cerita?"

Tera mengerutkan dahinya. "Yaiyalah. Gimana aku tau aku salah kalo kamunya aja ga cerita?"

"Fine, aku bakalan cerita. Denger baik-baik ya. Jangan motong kata-kataku," ujarku sambil menyilangkan tangan didepan dada.

*flashback*

"Aku pulang duluan ya. Aku mau kerja kelompok dirumah temen," chat Tera.

"Iya hati-hati ya. Yang bener ngerjainnya," balasku.

"Siaaaaaaap," dan chat-pun berakhir.

Aku kembali ngobrol dan menggoda Natha bersama Jason. TIba-tiba terdengar suara, kruyuk kruyuk. Hening.

"Buset itu bunyi perut apa ayam lagi berak?" ujarku sambil tertawa.

"Bukan. Anjing lagi berkokok. Udah ah, balik yuk. Daripada nanti jadi gorilla yang berkokok," ucap Natha.

"Jayus banget kawaaaann," kata Jason. Aku menganggukkan kepala semangat, tanda setuju dengan ucapan Jason. Natha mencibir dan komat-kamit ga jelas.

Aku menghentikan langkahku ketika mataku tak sengaja menangkap suatu pemandangan yang ada didepanku. Jason dan Natha yang melihatku terdiam, kemudian mengikuti arah pandanganku. Ada sepasang anak muda sedang bercanda dengan mesra. Saat itu juga, mereka langsung mengajakku untuk pergi tapi aku menolak.

"Ter, nanti pulang temenin gua dulu ya? Gua traktir deh pulangnya," pinta si cewek.

"Haha ga usah traktirin gua juga, Man. Tetep gua temenin kok."

Jleb! Sejak kapan Tera mau jalan sama cewek cuma berdua doang? Etapi bukannya tadi dia bilang mau kerja kelompok? Ada apa ini? Ga mungkin dia boongin gue, pikirku.

"Duh makasih lho, Ter. Lu baik banget sih sama gue, tadi juga lu bantuin gua didepan dosen. Makasih banget. Hmmm kita jalan sekarang aja gimana? Biar lu ga kemaleman nanti pulangnya." Oh perhatian sekali ya?

"Yaelah woles aja kali. Yang penting gua maennya sama lu ini, " ujarnya sambil tersenyum hingga menampilkan sederetan gigi putihnya.

Si cewek blushing. Oh God! "Haha bisa aja deh. Yuk jalan." Mereka berjalan ke parkiran sambil bergandengan tangan, dan tak terlihat Tera mau melepasnya.

Woy, dia masih pacar gue kali! Ujarku dalam hati menahan emosi. Tera mengelus punggung tangan si cewek yang berada didepan perutnya sebelum menjalankan pelan motornya. Badanku bergetar. Aku tetap mengikuti mereka menjauh dalam diam dengan pandangan yang menyedihkan; menahan tangis dan amarah yang siap meledak.

Senyum yang MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang