Part 20

1.4K 51 2
                                    

Still Author's POV

Jason membuka kedua matanya dengan perlahan. Butuh beberapa detik agar penglihatannya dapat beradaptasi sehingga ia harus mengerjap sesekali dan menyipit ketika silau lampu menyambut dunianya. Dahinya mengernyit nyeri ketika luka yang ada di tubuhnya bereaksi. Tenggorokannya terasa kering dan seluruh tubuhnya pegal akibat tertidur seharian.

Kepalanya menoleh ke sekeliling untuk mencari seseorang, namun segera terhenti ketika matanya menangkap seorang gadis yang tengah tertidur di sampingnya. Banyaknya sisa air mata yang mengering di pipi mulusnya, hidung yang masih memerah, serta sesenggukan yang sesekali keluar dari bibir kecilnya, dapat disimpulkan bahwa gadis itu habis menangis hebat. Kemudian matanya turun untuk menatap tangannya yang terasa hangat dalam genggaman erat si gadis. Jason tertawa kecil dan langsung digantikan oleh ringisan begitu lukanya kembali bereaksi, namun senyum tak lepas sedetik pun dari wajah tampannya.

Jason selalu berdoa kepada Tuhan agar ia dapat memohon maaf dan meminta satu kesempatan lagi pada Ika untuk menerima dirinya kembali. Mungkin hari ini adalah waktu Tuhan untuk mengabulkan doanya. Melihat Ika yang sedang tertidur di sampingnya membuat hatinya terus mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kebaikan-Nya. Jason membalas genggaman tangan gadis itu dengan erat dan berkata dengan suara teramat lembut, "Terima kasih masih ngasih gua kesempatan, Sof."

Dahi Ika mengerut samar ketika mendengar suara pelan dari arah sampingnya. Ia mencoba membuka matanya yang terasa sangat berat dan kemudian mengerjap beberapa kali hingga dapat berfungsi normal. Matanya melebar begitu melihat Jason yang sudah sadar sedang tersenyum manis padanya.

"Halo cantik," sapa Jason lembut sambil mengelus punggung tangan Ika. Ika masih terpaku di tempat. Terlalu terkejut hingga tak bisa menyuarakan apapun. "Bisa tolong ambilin gua minum, Sof? Haus banget," pinta Jason dengan wajah memelas.

Permintaan Jason membuat Ika tersadar dan langsung bangkit dari kursinya untuk mengambilkan minum di nakas, lalu membantu Jason untuk duduk agar ia bisa minum. Ketika Ika ingin kembali ke tempat semula, Jason menahan lengannya dan menepuk tempat di sampingnya seolah memberi syarat agar Ika duduk di sisinya. Ika menatap tempat itu ragu.

"Temenin gue, Sof," pinta Jason pelan. Tak kuasa melihat mata hijau yang penuh harap itu, akhirnya Ika menyerah dan duduk tepat di samping Jason. Jason menyandarkan kepalanya pada bahu Ika, memejamkan mata untuk meredakan rasa nyeri yang masih terus menyerangnya.

Ika berdeham sebelum angkat bicara. "Ga mau diperiksa dokter dulu, Jase?"

"Ga usah. Ada lo juga luka gua bentar lagi sembuh, Sof," jawab Jason masih tetap memejamkan matanya. Meskipun begitu, dari ekor matanya Ika dapat melihat sesekali kening Jason mengernyit menahan sakit.

Ika menghela nafas panjang. "Gua panggil Malia dulu deh buat meriksa lu, Jase. Obatnya abis kali makanya sekarang lu kesakitan gitu," ucap Ika khawatir.

"Lu ngebuat gue jadi keliatan lemah gitu, Sof," balas Jason pelan sambil tertawa getir.

Ika terkesiap. "Eh bukan gitu, Jase. Maksud gue--"

"Iya gua ngerti kok, tapi nanti aja ya. Gua masih mau begini, Sof."

Ika terdiam. Selain diam karena tidak bisa menolak permintaan Jason, tapi karena sibuk menenangkan hatinya yang berdegup tidak beraturan. Posisi saat ini benar-benar membuat Ika cemas akan kesehatan jantungnya. Dia takut Jason mendengar suara jantungnya yang abnormal itu. Namun harapan itu sirna begitu mendengar Jason berceletuk, "Jantung lu lagi maraton ya, Sof? Kenceng banget bunyinya."

"Ish yaudah bangun sono ih. Ga usah nyender-nyender lagi," sungut Ika sambil menahan malu.

Jason tertawa geli dan mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah Ika yang memerah. Jarak wajah mereka terlalu dekat hingga dapat merasakan hembusan nafas satu sama lainnya. Ika tidak tahu jika jantung Jason saat ini juga tak kalah karuan bunyinya. Jason membelai lembut wajah Ika dengan salah satu tangannya. Menatap tepat di manik mata coklat bening itu, terus menelusuri seluruh wajah Ika dengan mata hijaunya dan terhenti pada bibir yang sedang terkatup rapat. Terdiam menahan hasratnya yang begitu menggebu untuk mencium bibir pink kecil itu.

Senyum yang MenghilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang