Chapter Four

192K 3.6K 21
                                        

Cameron Blake (Young, Sexy, Powerful, and Dangerous.)

All rights reserved to SweetImagination

Chapter Four

Aku meneguk teh hangat di tanganku. Aku masih menatapi jendela yang mulai menggambarkan matahari terbit. Sungguh indah. Aku menatap keluar, walaupun aku tidak tahu apa yang sedang aku lihat.

Lelaki itu. Apakah itu benar benar dia? Cameron Blake. Blake Enterprise.

Aku seketika bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju laptop di mejaku. Aku membuka nya dan langsung klik kolom pencarian "Blake Enterprise", aku mengetiknya dengan percaya diri.

Ratusan result aku lihat. Namun, semua orang pasti membuka link pertama terlebih dahulu, kan? Begitupun aku.

Blake Enterprise.
Single parent Ryan Blake memutuskan tidak ingin bekerja lagi. Dia menyerahkan perusahaan yang telah dibangun oleh ayahnya, Frederick Blake, kepada anaknya, Cameron Blake.

Aku meng-klik bagian Cameron Blake karena itu berwarna biru dan itu berarti sebuah link.

Cameron Jordan Blake.
Anak dari Ryan Blake ini, sungguh mematikan. No. 1 heart breaker in New York! Banyak wanita haus akan diri nya. Wajah tampan campuran Amerika-Indonesia ini sungguh membuat para wanita tergila gila padanya.

Dia juga membangun perusahaan sendiri, dengan nama yang sama dengan nama perusahaan sebelumnya. Blake Enterprise

Aku ingin sesuatu yang frontal. Aku pun akhirnya kembali mencari sesuatu "Cameron Blake Girlfriend"

Is Cameron Blake gay?
Cameron Blake dikabarkan sebagai pecinta sesama jenis, aka Homoseksual. Apakah itu benar atau hanya sebuah rumor belaka?

Aku mohon, Cameron. Jangan menjadi homoseksual karena di luar sana banyak wanita yang menginginkanmu.

Astaga. Apakah Cameron se-terkenal itu? Kalau dipikir pikir ya bisa saja. Dia tampan dan terlihat berwibawa, dan di umur semuda itu dia bisa menciptakan lapangan kerja. Sungguh lelaki hebat.

Suara pintu kamar terbuka mengejutkanku. Aku pun menoleh dan langsung menutup laptop nya tiba tiba. Dan abangku muncul di hadapanku.

Dia duduk di samping kasurku lalu menatapku yang sedang duduk di meja laptop. "Kau tahu Blake Enterprise, kan?" Tanyanya. Aku mengedipkan mata lalu menggeleng, berharap dia tidak menyadari bahwa aku sedang berbohong. "Oh well, lelaki tadi malam itu pemiliknya. Aku merasa tidak enak karena aku telah memukulnya. Anehnya, dia tidak membalas."

Aku mengangguk. "Ya, kau terlalu kasar."

Abangku menatapku kembali lalu mengangguk. "'Dia kan orang barat, mungkin saja tadi malam dia mabuk. Maka dari itu dia bertingkah aneh."

Aku tersenyum dan mengangguk. "Kemungkinan besar. Tapi, bukannya dia seorang muslim?" Tanyaku.

Abangku tertawa sambil mengeluarkan handphone nya. "Aku, muslim, besar di Arab. Aku cinta rum." Ucapnya, lalu mengetik sesuatu dan menaruh handphone nya di telinga.

"Cameron?" Teriak Ahmad. "Cammy?"

"Shut up!" Bentakku. Aku sedang sibuk memakai sepatu. Aku akan pergi ke sebuah makan malam bisnis di pusat kota Jakarta.

"Ada yang meneleponmu sialan!"

"Siapa?"

"Kenneth." Aku terdiam saat Ahmad menyebut nama asisten ku itu.

Cameron BlakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang