Chapter Six

143K 3K 21
                                        

Cameron Blake (Young, Sexy, Powerful, and Dangerous)

All rights reserved to SweetImagination

Chapter Six

Badanku terasa remuk. Setelah melihat keadaan dan tempat untuk dijadikan hotel bintang lima oleh ayahku, aku langsung menghadiri pesta perjamuan.

Aku pun membuka handphone untuk check jam berapa sekarang. Ternyata sudah jam 11 malam. Aku pun membuka cadar ku dan seluruh pakaian ku sampai aku hanya memakai bra dan celana dalam.

Aku membuka handphoneku kembali dan melihat berita. Tidak ada berita tetang Cameron sama sekali, hanya ada ratusan berita tentang aku dan keluargaku yang datang ke Istanbul. Aku lebih baik tidur.

Suara ketukan dipintu mengejutkanku dan membuatku terbangun. Aku membuka handphone dan melihat bahwa sekarang jam tiga pagi di Istanbul.

Aku pun ketakutan. Suara ketukan itu lebih seperti gedoran. Keluarga ku yang lain tinggal di lantai bawah. Astaga, ini ide buruk untuk menginap di hotel sendirian. Aku seharusnya tidur bersama abangku saja.

"Siapa?" Teriakku.

"Open the door, please." Jawab suara maskulin.

Aku menghampiri pintu dan mengintip di lubangnya. Dia. Apa apaan ini?

"Apa yang kau lakukan disini?" Teriakku, aku belum membuka kan pintunya.

"Buka saja pintunya sebelum orang curiga." Jawabnya.

Aku diam sejenak berpikir haruskah aku mengizinkannya masuk. Namun, aku ingin bersama dengan nya. Aku pun membukakan pintu.

Dia pun masuk tergesa gesa dan langsung menutup pintu lalu menguncinya. Aku menyalakan lampu. Dia terlihat sangatlah tampan. Dengan jas biru tua nya itu.

Dia membuka jas nya dan menggantungnya. Lalu dia membuka sepatunya dan juga pakaian nya yang lain sampai dia hanya menggunakan celana boxer nya. Otot oto perutnya menatapku seakan akan minta aku cakar.

Dia berjalan menghampiriku lalu tersenyum. "You are a masterpiece. You are so beautiful, flawless like a picture of perfection.[1]"

Aku menatapnya malu lalu menunduk. "Mengapa kau membuka semua bajumu?"

"Aku akan menginap." Ucapnya santai lalu tersenyum. "Aku berjanji aku sudah hilang saat ayahmu mengetuk pintumu besok."

Aku tersenyum dan mengangguk. Dia berjalan untuk mematikan lampu. Lalu dia mengiringku ke kasur. Hanya ada cahaya dari luar jendela saja sekarang.

Dia berbaring di kasur dan aku mengikutinya. Tangan nya melingkar di sekelilingku, aku pun bersandar di dadanya.

"Kamila." Ucapnya.

"Mhm?" Jawabku.

Aku menoleh ke atas dan melihatnya yang sudah memejamkan mata.

"Jadilah milikku." Ucapnya.

Aku pun terdiam dan langsung bergeser. Sejujurnya aku gugup, dan aku malu. Aku pun tidur membelakanginya.

Aku menatap ke arah gelap. Sambil menunggu sampai jantungku berdetak seperti semula.

Namun, tentu saja Cameron tidak setuju. Karena dia tiba tiba memelukku dari belakang. Dia menciumi punggungku dan itu terasa geli. Aku pun tertawa kecil.

Cameron menghembuskan napas, lalu membalikkan badanku. Sekarang, aku menghadap ke dadanya yang indah itu. Dia mengangkat kepalaku agar aku bisa menatap matanya.

Cahaya di belakangnya semakin membuatku susah untuk menatap matanya. "Bisakah kau melihat mataku?"

Aku menggeleng. "Tidak."

Cameron BlakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang