Chapter Ten

102K 2.4K 17
                                    

Cameron Blake (Young, Sexy, Powerful and Dangerous.)

All rights reserved to SweetImagination

Chapter Ten
Author's POV

Cameron duduk di meja kerjanya. Dia menatap keluar jendela dan melihat ke bawah dari jendelanya. Dia berada di tingkat perusahaan yang sangat tinggi. Dia berada di lantai 19. Berada setinggi ini, membuatnya merasa sangat berkuasa.

Pintu ruang kerja nya terbuka dan Cameron mengerutkan kening saat melihat seseorang yang datang secara tidak di sangka.

"Mau apa kau ke sini?" Bentak Cameron.

Wanita itu tersenyum dan merapihkan kemeja nya. Dia merapihkan lipstick merahnya lalu berjalan mendekati Cameron. "Tidak ada yang pernah menolakku, Blake."

Cameron menatapnya lalu menggeleng. "Tapi aku menolakmu, WildBlood." Cameron tersenyum saat menyebut nama belakang wanita tersebut.

Wanita tersebut berjalan ke kursi Cameron dan duduk di atas paha nya. "Kau tahu aku menyukaimu."

Dia menciumi leher Cameron. "Bahkan penisku tidak merasa apa apa saat kau sudah berada di posisi seperti ini. Kau bukan apa apa, Hannah."

Wanita itu menatap Cameron kesal lalu berdiri dan berjalan menuju pintu. "Tunggu saja."

Cameron tertawa terbahak bahak saat Hannah keluar dari ruang kerja nya. Dia melihat jam tangan nya dan jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Fuck the watch. He's the boss. Dia bisa pulang kapan pun.

Dia pun berdiri dan membenarkan jas nya. Dia merapihkan rambutnya lalu mengambil barang barang keperluan nya. Dia pun keluar dari ruang kerja nya.

Dia menaiki mobilnya dan langsung menyalakan mesinnya. Dia membuka langit mobil nya dan menancap gas.

"Take care on your way home, Mr. Blake." Ucap mesin saat Cameron keluar dari tempat parkir gedungnya itu.

Dia pun mengndarai mobil nya dengan percaya diri. Angin berhembus di rambut cokelatnya, membuatnya terlihat jauh lebih berbahaya dan sexy secara bersamaan.

Dia pun sampai di rumahnya. Dia turun dari mobilnya, membiarkan asisten nya yang memakirkan mobilnya lalu masuk ke dalam rumah.

"I'm home!" Teriaknya. Namun tidak ada jawaban. Dia menyalakan lampu. "Dad?"

Tidak ada jawaban, kecuali tangisan. Dia pun tersentak dan terdiam. Dia berjalan ke sekeliling ruang tamu dan akhirnya dia menyadari bahwa suara tangisan itu berasal dari kamar ayahnya.

Dia pun berlari dan langsung mendobrak pintu ayahnya. Ayahnya tergeletak di lantai sambil menangis. Ayahnya memegang baju pink wanita di pelukan nya.

Cameron berlari menuju ayahnya dan langsung menggoyang tubuh ayahnya agar ia terbangun.

Ayahnya membuka mata lalu menatap Cameron. "Karin?"

Cameron terdiam saat ayahnya mengucapkan nama itu. Cameron meneteskan air mata dan langsung mendekap ayahnya. "You miss her, dad?"

Ayahnya memeluk erat anaknya itu dan menangis sejadi jadinya. "Aku tidak bisa, Cameron. Aku tidak bisa berpura pura tegar di depanmu. Aku merindukan ibumu."

Cameron menangis mendengar ayahnya. "Apakah dia sehebat itu, ayah?"


Cameron dan ayahnya duduk di balkon rumah mereka. Menghisap rokok bersama dan meneguk vodka.

"Aku bertemu nya di kebun teh. Sungguh romantis bukan?" Tanya ayah Cameron. "Kau tidak tahu betapa cantik nya ibumu. Dia memutar balikkan hidup ku dalam satu pandangan."

Cameron tersenyum lalu meneguk minuman nya.

"She's a picture perfect." Ucap ayah Cameron. "Aku tahu bahwa dia jodohku sejak pertama kali aku melihatnya. Dia menatapku, dan yang aku tahu setelah itu, adalah aku mau tatapan itu selalu hadir di pagi dan malam ku."

Cameron tersenyum mendengarnya. Setidaknya, dia bisa mengenal ibunya lebih baik. "Apakah dulu mommy perawan saat bertemu denganmu?"

Ayah Cameron tertawa lalu menghisap rokoknya dan menghembusnya. "Dia perawan, aku tidak. Dia malaikat, aku penghuni jahannam."

Cameron menatap ayahnya dengan wajah terkejut. "Dan dia menerimamu?"

Ayah Cameron menatap anaknya itu dan mengangguk. "Itu kekuatan cinta. Jika ia tidak menerimaku, kau tidak akan disini. Dan mungkin sampai sekarang aku belum menikah dan masih berkeliaran bersama uncle sam and uncle nate."

"Saat itu kau sudah tidak perjaka?" Tanya Cameron.

Ayahnya tertawa sampai pundak nya bergidik. "Aku dulu melakukan seks setiap malam dengan wanita berbeda. Tapi aku selalu menggunakan kondom dan tidak berciuman." Ucapnya. "Semua tipe wanita telah aku coba, namun, setelah bertemu ibumu, baru pertama kali aku mengetahui makna sex sebenarnya. Dia membuat intim itu indah, bukan hanya nafsu, namun ada cinta di dalamnya."

Cameron menunduk lalu menatap ke langit musim dingin New York. Dan dia tersenyum. Cameron berterimakasih kepada ibunya, walaupun dia tidak berada disampingnya, namun dia sudah memberi jalan kepada Cameron.

Drama abiz. Vote lah, and comment! And follow me! Oh my god #TalkTooMuch

Cameron BlakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang