Chapter Seven

134K 2.8K 78
                                        

Cameron Blake (Young, Sexy, Powerful and Dangerous.)

All right reserved to SweetImagination

Chapter Seven

"Apa apaan ini?" Bentak Cameron sambil berjalan mundur.

Aku menatapnya dan mengerutkan kening. "Ada apa, Cameron?"

Dia menatapku dengan mata melotot, dia sangat terkejut. "K-kau," Dia terdiam sejenak. "Kau sudah tidak perawan?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan nya. Aku menunduk karena aku merasa bersalah.

"A-aku kira, kau berbeda. Kau bercadar, Kamila. Kau.." Dia terdiam dan menatap entah kemana lalu kembali menatapku. "Kau sama saja."

Dadaku sesak mendengarnya mengucapkan itu. Dia menggelengkan kepala lalu berjalan menuju pakaian nya dan memakainya terburu buru.

"Kau mau kemana?" Tanyaku.

Dia menoleh sebentar kepadaku. Lalu memakai jasnya. Dia mematikan lampu dan berjalan keluar kamar lalu membanting pintu.

Aku pun menatap ke arah pintu untuk sejenak, aku masih mencoba untuk mengolah apa yang baru saja terjadi.

Aku terdiam dan menatap ke luar jendela. Aku meringkuk di kasurku lalu meneteskan air mata.

Itu kesalahan remaja ku. Aku yang terobsesi bebas dan berpikir bahwa sex itu keren dan nikmat, mendorongku untuk melakukannya. Aku sungguh merasa bersalah, ternyata, ulah bodohku bisa menyakiti seseorang. Aku bodoh.

Aku berbaring dan menutup wajahku dengan bantal dan menangis sekeras keras nya.

"So, mr. Blake," Ucap si tua Janson. "Kau yakin tidak ingin membuat hotel di lokasi ini?"

"Yakin." Jawabku, tegas.

Dia menatapku dengan alis mata yang terangkat. "Kenapa? Kau tidak mau menghasilkan uang lagi? Buka matamu, Cameron. Tempat ini strategis."

"Strategis? Jadi, dengan menggusur perumahan warga yang setengahnya sudah lansia itu strategis?" Tanyaku.

"Sok suci kau, Cameron." Ucapnya.

Aku tertawa kecil lalu menggeleng. "I understand, mr. Janson, bahwa pilihan ini bernilai berlian. Tapi, sesungguhnya aku peduli dengan orang lain. Aku percaya uang tidak berarti apapun jika kau menghasilkannya dengan membuat jutaan orang menangis."

"Tapi,"

"Aku menolak bekerja sama denganmu jika kau memilih lokasi ini, Mr. janson. Jadi aku sarankan jika kau mau bekerja sama denganku, kau harus mencari lokasi lain yang strategis." Ucapku.

Aku pun berdiri dan menjulurkan tangan ku kepadanya, sebagai tanda bahwa aku ingin menyudahi pertemuan ini. Dia pun menatapku kesal lalu berdiri dan menjabat tanganku.

"Aku akan mencari lokasi lain, tapi aku ingin kamu mempertimbangkannya lagi, Cameron."

Aku tersenyum padanya dan menggelengkan kepala. Aku pun langsung berjalan keluar restoran itu. Salju bulan desember sudah turun, aku pun mengeluarkan payung agar aku bisa berjalan menuju hotel yang sedang aku singgahi.

Tak jauh dari sini menara eiffel terlihat jelas. Aku pun tersenyum karena itu terlihat indah. Aku berjalan menuju gedung hotelku lalu menoleh ke pintunya, penjaga pintu tersenyum kepadaku.

Aku menoleh ke menara Eiffel dan kembali tersenyum kepada penjaga pintu. Lalu aku berjalan melewati gedung hotel itu.

Dingin yang menggigit membuatku menggigil. Aku memutuskan untuk singgah ke sebuah kedai kopi. Aku pun berdiri di antrian.

Cameron BlakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang