Gita POV
"Ya, aku mencintainya. Kenapa? Jangan tanya tentang hal itu. Karena jujur aku juga tidak mengetahui alasannya. Hanya saja, jantungku selalu berdegup kencang ketika melihatnya. Aku pikir, cintaku tidak butuh alasan. 3 tahun sudah aku rasakan getaran itu tanpa alasan dan tanpa balasan. Aku kira, wisuda beberapa bulan yang lalu adalah akhir dari harapan cintaku padanya. Nyatanya? Kini lelaki itu berdiri disampingku dengan jas hitam gagahnya. Pesta? Bukan pesta besar. Hanya pesta kecil dadakan karena kami harus pergi melanjutkan kuliah. Tak apa, tak masalah bagiku. Yang terpenting adalah ucapan janji sucinya di depan semua saksi atas cinta kita berdua,"
"Adrian," panggil Gita dengan lesung pipinya yang mengembang. Malam ini, perempuan imut ini tampak sangat bahagia. Dia tak henti-hentinya menatap Adrian, lelaki yang sejak 3 tahun yang lalu selalu ia dambakan yang kini telah menjadi suaminya, yang berdiri di sampingnya menyambut para tamu.
Dengan dibalut gaun putih, Gita nampak anggun bersanding dengan Adrian. Tangannya tak lepas dari tangan Adrian sejak 3 jam yang lalu. Gita seakan tak mau lagi melepas Adrian.
"Kenapa?" jawab Adrian seraya menoleh melihat dalam ke mata Gita. Senyuman Gita pun semakin mengembang. Rambut panjangnya yang tertata rapi ke samping dengan hiasan bunga dikepalanya pun menambah suasana 'ratu' di hatinya.
"Kamu nggak capek dari tadi nyambut tamu?" tanya Gita dengan manjanya. Dia cekikikan sendiri karena rasa bahagianya.
"Menurut lo? Lo capek nggak? Pegel nggak? Ya itu yang gue rasain. Elo juga sih di suruh ngundang yang deket-deket aja malah ngajak segubrak orang," jawab Adrian sembari melepas rangkulan tangan Gita dan meninggalkannya menuju meja resepsi sambil mengendorkan sedikit dasinya.
Gita hanya melongo dengan sikap Adrian. Ya, dia tahu selama ini sikap Adrian memang cuek. Namun, dia tak habis pikir. Apakah sikap cuek Adrian tetap akan dia rasakan walau kini dia sudah menjadi istrinya?
*** 3 TAHUN YANG LALU ***
"Jadi bener lo suka Adrian?" kata Hanin, sahabat Gita, yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Gita.
"Tenang dong Nin. Malu tau diliatin orang," kata Gita sembari menyuruh Hanin kembali duduk setelah melihat begitu banyak pasang mata menatap mereka. Hanin pun duduk.
Hanin, cewek cantik putih dengan tahi lalat di pipi kanannya ini sudah menjadi teman dekat Gita sejak mereka di pertemukan di SMAN Nusantara Jakarta. Ya, mereka masih duduk di kelas X. Tepatnya kelas X IPA 2. Karena kurikulum 2013 yang mengharuskan siswa sudah di juruskan sejak kelas X. Walau awalnya hal itu sedikit mengganggu Gita karena harus mempelajari sendiri materi, namun pada akhirnya tetap ia sukuri. Apa lagi kalau bukan karena Adrian. Ia dapat merasakan satu kelas dengan lelaki yang sejak awal sudah mencuri perhatiannya itu.
"Apa sih yang bikin lo suka sama cowok kayak dia?" Hanin sedikit mengecilkan volume suaranya agar orang-orang di café itu tidak lagi melirik ke arah mereka. Gita berpikir sebentar lalu menggeleng. "Jangan-jangan elo di santet sama dia?" mendadak wajah Hanin berubah menjadi serius. Gita menoleh kearahnya lalu......
"Ngawur lo," menjitak kepala Hanin dan sukses membuat anak itu merintih kesakitan. "Menurut gue, cinta gue ke Ian itu nggak perlu alasan," Hanin melongo melihat sikap Gita yang sepertinya sudah dimabuk cinta. "Sekarang gue tanya, apa yang buat lo suka sama Kak Sammy?"
Giliran Gita mengucap nama Sammy, Hanin hanya membisu seribu bahasa. Wajahnya langsung memerah dan sedikit berpikir. Akhirnya jawabannya pun sama dengan apa yang dilakukan Gita, yaitu menggeleng.
"Ya udah, sama kan?" Gita mengambil cappuccino shake di depannya yang seakan menjadi saksi bisu pengakuannya.
Perlu diketahui, Sammy adalah pacar Hanin beberapa hari yang lalu. Dia sudah sangat mengenal Sammy karena rumah mereka yang berdekatan. Walau Gita tidak mengenal Sammy secara langsung, dia tetap bisa membayangkan orang seperti apa Sammy itu dari cerita Hanin.
"Bukannya gimana-gimana, Git. Tapi lo tau kan Adrian tu anaknya kayak apa?" Kata Hanin seakan mengingatkan Gita membuatnya sedikit tersedak.
"Iya gue ngerti. Dia anaknya emang bandel. Tapi gue yakin kok dia sebenernya baik"
"Lo belum tau aja kayak apa dia waktu SMP," gantian Hanin yang mengambil cappuccino shake miliknya.
Gita hanya terdiam dan kembali meletakkan minum miliknya. Benar juga. Hanin memang lebih tau tentang Adrian mengingat ia berasal dari SMP yang sama dengan Adrian.
Gita jadi ingat saat pertama kali ia berkenalan dengan Hanin dan bertanya tentang Adrian karena saat itu ia pikir Hanin pasti tau tentang Adrian melihat mereka masih mengenakan seragam identitas SMP yang sama. Dengan semangat 45, Hanin langsung menceritakan kebandelan Adrian yang kelihatannya seperti 'Ice Prince' namun diam-diam menghanyutkan membuat laki-laki terkenal sepenjuru SMP.
Adrian Alexi. Seorang cowok dengan tubuh tinggi proposional, putih, mata sipit, dan rambut yang tidak pernah bisa tidur (bukan karena minyak rambut, tapi karena jenis rambutnya) selalu membuat Gita jatuh cinta setiap hari.
Orangnya memang cuek, cuek dengan semuanya termasuk pelajaran. Tak jarang dia mendapat nilai 'pas' pada saat tes/ujian essay. Karena dia tidak suka dengan menulis. Tapi jika ujian pilihan ganda, nilainya langsung melejit naik. Bukan karena arangan, tapi sesosok Adrian memang lebih suka menggunakan pikiran luar otak dari pada harus menuliskan cara-caranya.
Dia bukan orang yang penting di sekolah. Bukan ketua OSIS atau anggota yang lain. Karena dia termasuk orang yang tidak suka 'ribet'. Karena itu, dia jarang keluar dalam event-event yang ada di sekolah.
Hobby? Jangan tanya tentang hobby-nya. Hanya mem-bully teman lain, tidur, dan mendengarkan music. Dalam hal ini, Adrian sedikit mempunyai kesamaan dengan Gita. Mendengarkan music. Ya, walau aliran music mereka sedikit berbeda. Tak apa bukan? Perbedaan itu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST LOVE [Completed]
Teen Fiction*** "Ya, aku mencintai Ian," hanya kalimat itu yang selalu ada dalam benak Gita. Pada akhirnya, Adrian Alexi, lelaki yang selama ini ia kagumi telah sah menjadi suaminya. Sehebat apa usaha Saralee Anggita hingga akhirnya dapat meluluhkan hati beku A...