[19] Jealous Adrian

2.1K 67 0
                                    

"Elo nyebelin banget sih," kata Gita saat Daffin duduk di sebelahnya sambil menyodorkan sebotol air mineral. Daffin tersenyum.

"Gue nyebelin, elo tambah nyebelin," jawabnya dengan pandangan menatap lurus ke arah panggung, melihat penampilan dari band lain.

"Kok gue?" protes Gita tak terima.

"Kan elo yang ninggalin gue. Gue kira elo marah gara-gara gue nggak belajar. Lo tau? Gue mati-matian belajar biar lo mau balik lagi,"

Gita terkekeh kecil mendengar jawaban dari Daffin dan membayangkan Daffin kecil yang merasa bersalah.

"Iya deh sorry. Gue juga nggak tau kalo bakalan kayak gini. Terus, kenapa lo sekarang bisa di Jakarta?"

"Nyariin elo. Setelah gue denger kabar lo kecelakaan, gue mau jenguk lo. Tapi ternyata udah telat. Elo udah dibawa ke Jakarta,"

"Gue juga kaget. Waktu bangun, gue udah di Jakarta,"

"Lo nggak papa kan?" Daffin menatap Gita dengan pandangan khawatir. Gita balik menatapnya dengan mata sedikit bengkak.

"Lo bisa liat kan? Gue sehat wal afiat,"

Keduanya kemudian tertawa, entah apa yang lucu.

"Mojok aja!" grebeg Arya dari belakang.

Ya, memang Gita dan Daffin sengaja duduk di deretan kursi paling belakang yang tak banyak orang. Karena Daffin tau jika Gita akan malu saat teman-temannya menyadari matanya bengkak akibat menangis.

"Apaan sih," omel Gita.

"Oh iya. Liat Adrian nggak?" tanya Arya saat teringat tujuannya mendatangi kedua makhluk ini.

"Adrian? Dia dateng?" tanya Gita.

"Iyalah. Mana mungkin dia nyia-nyiain kesempatan acara kayak begini? Pasti banyak hasil jepretan yang bagus,"

"Tapi kok gue nggak liat motornya?"

"Tadi nebeng," kata Arya yang sibuk dengan HPnya. "His HPnya juga mati lagi."

"Tadi gue liat dia di atas. Di depan ruang bintang tamu," kata Daffin.

"Thanks ya. Gue pergi dulu. Ati-ati. Berdua yang ketiga setan,"

"Ya kan elo setannya," kata Gita dan Daffin bersamaan membuat mereka saling pandang dan tertawa mengacuhkan Arya yang protes tak terima.

***

"Assalamualaikum," kata Gita saat memasuki rumahnya. Pintu depan belum dikunci. Jadi Gita bisa langsung masuk.

"Kan gue udah bilang jangan....." omelan Dika tergantung saat melihat seseorang yang ada di belakang Gita.

"Bukannya jawab salam, malah ngomel," timpa Gita.

"Waalaikumsalam," jawab Bunda dari dalam rumah. Tak lama Bunda pun keluar bersama Ayah dan terkejut saat melihat seseorang yang datang bersama Gita. "Edo?" kata Bunda dan Ayah bersamaan.

"Malem Tante, malem Om," kata Daffin sembari menyium punggung telapak tangan kedua orang tua Gita.

"Jadi lo beneran Edo?" tanya Dika dengan tatapan tak suka.

"Kok Bunda sama Ayah bisa langsung ngenalin sih?" tanya Gita. Kedua orang tuanya tak menjawab, hanya mempersilakan Daffin untuk duduk tapi Daffin menolak.

"Saya masih ada tanggung jawab di sekolah, Om. Lagian ini juga udah malem. Besok lain kali aja. Kalo gitu, saya pamit dulu ya, Om, Tan," kata Daffin sambil melambaikan tangan kecil pada Gita. Gita membalasnya.

TRUST LOVE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang