Ada yang bilang, 'nggak akan ada persahabatan di antara wanita dan laki-laki yang tanpa perasaan'. Gita pun setuju dengan kata-kata itu. Jujur, ia dan Dika pernah merasakannya.
Waktu kelas 9 dulu. Sebelum mereka lulus, Dika mengatakan jika ia pernah menyukai sahabatnya itu. Gita pun hanya tertawa karena ternyata selama ini perasaan mereka memang benar-benar sama. Namun mereka tidak ingin persahabatan itu berakhir karena perasaan konyol itu.
"Nggak mampir dulu?" kata Gita sembari melepas helmnya saat sampai di depan rumahnya.
"Enggak ah. Besok kapan-kapan aja. Masih banyak tugas," jawab Dika sembari menerima helm Gita.
"Gaya lo banyak tugas,"
"Mau bantuin ngerjain?"
"Ogah. Ya udah sana pergi," Gita pun melangkahkan kakinya untuk masuk.
"Busyet ini bocah nggak ada rasa terima kasih banget sih," motor Dika pun melaju pergi dari rumah itu.
Gita membuka pintu rumah itu dengan kunci yang ia bawa. Direbahkannya badan mungil itu di sofa. Jam masih menunjukkan pukul 14.30. Jelas masih sepi.
Dhita pasti masih ada les di sekolahnya. Maklum. Adiknya itu sudah kelas 9. Ayah....tadi Dika bilang ayahnya sedang ada meeting. Jadi mungkin akan pulang terlambat.
Bundanya? Bundanya pasti masih ada di café. Café milik keluarga mereka. Memang tidak terlalu besar. Tapi cukup untuk menambah kesibukan Gita di hari libur. Bundanya pasti mengajak Gita dan Dhita untuk membantu di sana.
Pembantu? Jujur saja, Bunda Gita tidak akan membiarkan kedua anak perempuannya menjadi manja. Oleh karena itu, Bundanya memilih untuk mengurus rumah itu sendiri dan pastinya akan meminta bantuan Gita ataupun Dhita. Walau kadang Gita mengeluh, tapi ia tahu jika bundanya melakukan hal itu untuk kebaikannya kedepan.
***
"Ian belom berangkat?" Gita duduk di bangku sebelah Hanin yang tengah membaca buku di depan kelas. Kedatangan Gita yang tiba-tiba membuat Hanin hampir terjatuh karena kaget.
"Ngagetin aja lo," Hanin sedikit menggeser duduknya dan menghadap ke arah Gita. "Kayak lo nggak tau Adrian aja. Mentang-mentang rumahnya deket, berangkat pasti mepet,"
Gita masih mencari-cari sosok Adrian walaupun ia tahu jika ia tak akan menemukan Adrian.
"Ngomong-ngomong nomor lo baru, Git?" tanya Hanin membuat Gita sedikit bingung.
"Ya kan kemaren gue udah SMS elo,"
"Nah ya itu. Nomor yang lo pake SMS nggak ada di kontak gue,"
"Oh iya gue lupa. Nomor gue yang dulu mati. Lupa ngisiin pulsa,"
"Pantesan,"
"Oh iya. Kalo emang lo nggak tau nomor gue ganti, kok kemaren lo bisa bales gituan?"
"Ya siapa lagi yang bakalan SMS gue cuma buat tanya soal mantan pacarnya Adrian selain elo?"
"Ya siapa tau orang lain kan?"
"Nggak tau,"
"HANIN!"
"Udah sini gue pinjem HP lo,"
"Buat apaan?" Gita mengambil HP di saku sragam dan memberikannya kepada Hanin.
Tanpa menjawab, Hanin pun menerima HP itu dan mengutak utiknya. Tak berapa lama, ia mengembalikannya.
"Buat apaan sih, Nin?"
"SMS Adrian,"
"HAH?"
"Santai mbak bro," ada senyuman jahat di wajah Hanin dan membuat Gita semakin memanas. "Jangan bilang kalo lo belom pernah SMS dia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST LOVE [Completed]
Teen Fiction*** "Ya, aku mencintai Ian," hanya kalimat itu yang selalu ada dalam benak Gita. Pada akhirnya, Adrian Alexi, lelaki yang selama ini ia kagumi telah sah menjadi suaminya. Sehebat apa usaha Saralee Anggita hingga akhirnya dapat meluluhkan hati beku A...