Gita merasa sangat beruntung karena ia sudah menerima tawaran dari Arya, selaku ketua OSIS dan ketua pelaksanaan MOS, untuk ikut menjadi panitia. Setidaknya ia bisa melihat seperti apa penderitaan Dhita nanti saat MOS.
Ya walaupun Gita tak pernah membayangkan jika panitia justru lebih melelahkan daripada peserta MOS. Dimulai dari harus sampai di sekolah subuh dan pulang sampai pukul 9 malam. Itu pun di rumah harus menyelesaikan tugas lagi. Apalagi tugasnya menjadi Sie Acara. Gita harus benar-benar bekerja keras untuk pintar-pintar membagi waktu.
Karena kesibukannya itulah, Gita jadi lupa jika tujuan awalnya hanyalah ingin melihat Dhita sengsara. Memang benar. Niat jahat akhirnya tak akan pernah bisa terwujud.
"Mel... Minum..." rengek Gita pada Melly yang bertugas menjaga stand kosumsi. Sedari tadi Gita memang baru bisa istirahat kali ini. Cuaca yang cerah memang mendukung kegiatan MOS tapi juga membuat tubuh Gita terasa lebih lelah.
"Dingin apa panas?" tanya Melly.
"Dingin,"
"Teh apa jeruk?"
"Teh,"
"Di plastik apa pake cup?"
"Hish ribet banget sih ini anak,"
"Makanya ambil sendiri dong. Lo pikir gue mbak mbak pelayan apa!" bela Melly.
Gita hanya menelan ludahnya dan mengambil es teh yang sudah ditata di atas meja. Saat dia melirik ke jam di tangan kirinya, ternyata sebentar lagi sudah waktunya istirahat.
"Git gue titip stand dulu ya. Gue mau pipis," kata Melly sambil ngacir tanpa meminta persetujuan Gita. Gita hanya kedumelan melihat tingkah Melly.
"Gita? Kok lo di sini?" tanya Arya yang tiba-tiba datang dan ikut duduk di samping Gita, di meja stand. Gita yang baru hendak minum pun meletakkan kembali minumannya.
"Ya ampun Ar, baru aja gue duduk. Ada apaan lagi?" tanya Gita kesal. Arya hanya terkekeh sambil mengambil es teh dan meminumnya.
"Sensi banget sih. Orang gue cuma nanya kok di sini,"
"Ya abis. Capek nih," jawab Gita dengan wajah kesal.
"Walaupun capek tetep kebayar kan bisa ketemu Adrian?"
Bbbfffftttttt!!!!!!
Minuman yang baru saja Gita hendak telan akhirnya keluar semua dari mulutnya. Wajahnya terbengong-bengong mendengar kata-kata Arya.
"Astagfirullohal'azim," kata Arya yang ternyata juga kaget. Bukan karena kata-katanya sendiri tapi karena Gita yang tiba-tiba menyemprotkan semua es teh yang ada di mulutnya. "Elo cewek apa air mancur sih?" lanjutnya sambil membersihkan celananya yang sedikit basah.
"Ya elo sih tiba-tiba nyebut nama Adrian," bela Gita dengan batuk-batuk.
"Santai Git. Gue nggak ember kok," lanjutnya sambil menepuk punggung.
"Ember apaan coba," kini pipi Gita mulai memerah. Kertas yang sedari tadi ia pegang akhirnya ia jadikan sasaran untuk kipasan. Sedangkan Arya hanya tertawa geli. "Ngomong-ngomong, Adrian jadi panitia juga?" lanjut Gita setelah menyadari kata-kata Arya.
"Lah bukannya udah beberapa kali kita rapat? Dia juga dateng kok waktu rapat. Terus lo kan Sie Acara. Masak nggak tau nama-nama panitia siapa aja?"
"Oh ya? Mungkin saking gilanya gue nyusun waktu," jawab Gita sambil melanjutkan minum. "Tapi, tumben banget dia mau ikut jadi panitia?" gumam Gita.
"Demi seseorang," bisik Arya.
"Hai Ang Ya," tiba-tiba Ara datang dan duduk di samping Arya sambil meminum air mineral dingin. "Ngomong-ngomong nama kalian digabung bagus juga ya. Angya. Haha," Arya pun ikut tertawa. Apa sih yang lucu?
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST LOVE [Completed]
Teen Fiction*** "Ya, aku mencintai Ian," hanya kalimat itu yang selalu ada dalam benak Gita. Pada akhirnya, Adrian Alexi, lelaki yang selama ini ia kagumi telah sah menjadi suaminya. Sehebat apa usaha Saralee Anggita hingga akhirnya dapat meluluhkan hati beku A...