3 Juli 2016
"Selesai deh," ucap seorang wanita membuat Gita membuka matanya. Ia melihat pantulan dirinya dari cermin.
Ia sudah selesai dirias. Tidak terlalu menor. Dengan gaun putih panjang, rambut hitamnya tertata rapi ke samping dan sebuah mahkota bunga sudah bertengger manis di kepalanya. Gita tersenyum tipis.
Hari ini. Hari yang akan selalu ia kenang sepanjang hidupnya. Dimana ia sebentar lagi akan sah menjadi Nyonya Adrian Alexi. Laki-laki yang selama ini ia cintai.
Ini bukan sekedar mimpi, bukan?
Gita memegangi dadanya yang semakin lama semakin bergemuruh hebat. Ia sangat sangat gugup saat ini. Apalagi membayangkan bagaimana gagahnya Adrian dibalut setelah kemeja putih dan jas hitam.
Tok tok tok
Gita menoleh saat mendengar pintu kamarnya diketuk. Dan muncullah sesosok Dhita yang juga sudah siap dengan kebaya berwarna abu-abu dan tersenyum ke arahnya.
"Cieee yang bentar lagi bakal jadi Nyonya Adrian," goda Dhita membuat senyuman kembali muncul di wajah Gita.
"Dhita, make up-nya mau ditambahin lagi?" awar wanita yang sedari tadi masih sibuk membenahi beberapa baju atau asesoris yang dipakai Gita.
"Nggak usah, Mbak. Gini aja udah cukup kok," tolak Dhita sopan. Ia pun segera masuk dan kembali menutup pintu kamar Gita untuk duduk di ujung tempat tidur. "Kenapa manggil?"
Gita memberikan kode pada mbak-mbak yang membantunya memakai make up untuk memberikan waktu berdua dengan Dhita. Setelah pintu kamar kembali tertutup, Gita ikut duduk di ujung tempat tidur, dekat Dhita.
"Lo... baik-baik aja?" ucap Gita sedikit ragu.
Dhita terkekeh pelan. "Gue pikir sih bakal baik-baik aja. Tapi... ya... agak gimana gitu," ucap Dhita yang dapat dengan jelas Gita lihat ada raut sedih di wajahnya.
"Maaf ya," ucap Gita penuh penyesalan. "Gue nggak tau."
Dhita kembali terkekeh. "Yang penting, bentar lagi lo mau nikah. Nggak usah bahas itu lagi. Lagian kita udah menyudahi dengan baik-baik kok. Gue udah lega sekarang. Walau sebenernya berat. Semua emang udah berubah,"
Gita meraih tangan Dhita dan menggenggamnya dengan erat. "Maaf," ucapnya lagi dengan suara sedikit serak.
"Udah, ah, kenapa jadi melankolis gini sih. Ini hari bahagia lho. Jangan nangis. Mahal itu make up!"
---
Dari dalam kamar, samar-samar Gita bisa mendengar suara Ayah dan Adrian bergantian mengucap ijab kabul dengan sekali coba. Dan setelah itu, Gita bisa mendengar suara 'sah' yang langsung membuat kakinya terasa lemas. Ia ingin menangis saat itu juga.
Gita dituntun untuk keluar kamar oleh penata busana. Di depan kamar, sudah ada Ayah, Bunda, dan Dhita yang menyambutnya dengan senyuman.
Mereka berempat berpelukan dengan perasaan campur aduk. Bahagia, haru, sedih, lega, dan khawatir menjadi satu. Gita hampir tak bisa menahan air matanya saat Bunda membisiki kalimat yang membuat dadanya terasa tertusuk dalam.
"Kamu udah jadi istri Adrian. Jadi tanggung jawab Adrian. Jangan ngebangkang kayak Bunda. Dengerin ucapan Adrian. Jadi istri yang baik ya. Jangan contoh Bundamu ini,"
Setelah mengatur napas yang terasa sesak, Gita akhirnya turun ke lantai bawah dengan digandeng oleh Ayah. Sementara Bunda dan Dhita ikut mengiringi di belakangnya.
Mata Gita langsung menangkap sorot mata Adrian. Sorot mata itu belum pernah Gita lihat sebelumnya. Sangat cerah. Apalagi saat laki-laki itu tersenyum lebar ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST LOVE [Completed]
Teen Fiction*** "Ya, aku mencintai Ian," hanya kalimat itu yang selalu ada dalam benak Gita. Pada akhirnya, Adrian Alexi, lelaki yang selama ini ia kagumi telah sah menjadi suaminya. Sehebat apa usaha Saralee Anggita hingga akhirnya dapat meluluhkan hati beku A...