THE GIFT
Sherry KimHappy Reading...!
"Aku merindukanmu Papa." Minguk memasang wajah memelas dan menatap Jaejoong penuh sayang.
Minguk masih mengingatnya.
Jaejoong sedikitpun tidak terkejut menyadari Minguk masih mengingat dirinya. Di antara tiga bersaudara Minguk lah yang paling cerdas dan memiliki ingatan setajam pisau belati. Daehan mungkin harus memerlukan waktu lebih lama untuk mengingat seperti pertemuan mereka beberapa hari lalu yang berujung Daehan tidak mengenali dirinya, begitu juga dengan Manse yang belum pernah ia lihat sejak tiga tahun lalu.
"Papa juga merindukanmu. Anak nakal." pelukan itu terasa hangat kala Jaejoong mengangkat tubuh putranya kedalam dekapan penuh sayang.
Minguk jauh lebih berat dari terakhir ia gendong. "Kau makan banyak akhir akhir ini kurasa," Bocah itu tertawa cekikikan dengan mengalungkan lenganya di leher Jaejoong. "Berjanjilah kepada Papa untuk tidak meninggalkan kedua saudaramu dan menghilang sendirian."
"Janji." Bisik Minguk di sisi wajah Jaejoong. Bocah berusia Empat tahun lebih itu memeluk tubuh Jaejoong seakan takut tidak akan melihatnya lagi. "Apa sudah tidak sakit?" Jemari kecil Minguk mengusap wajah Jaejoong dengan lembut.
"Tidak."
"Apakah Paman itu akan kembali menyakiti Papa kalau Minguk menangis." Jaejoong menggeleng.
Ya Tuhan, Putranya itu masihlah ingat kenangan terakhir kali mereka bersama. Tepatnya kenangan buruk sebelum Jaejoong memutuskan menyerahkan Daehan Minguk Manse kepada Ayahnya. "Kau tahu Papa menyayangimu bukan?"
"Nae." Seru bocah itu lucu. Jaejoong menghujani wajah putranya itu dengan ciuman syarat kerinduan yang begitu besar, mungkin saja ia tidak dapat melakukan ini lagi setelah ia mengembalikan Minguk kepada Ayahnya.
Mereka berjalan keluar Toilet. Jaejoong tidak melihat Changmin dimana mana sehingga ia memutuskan untuk membawa Minguk kepada Ayahnya. "Dengar Papa baik baik Kuku, kau tidak boleh mengatakan bahwa Papa berada disini atau Paman jahat itu akan memisahkan kita."
"Apakah mereka juga akan memukul Papa lagi?"
"Iya."
"Kalau begitu Minguk tidak akan mengatakan kepada siapapun." Jaejoong menurunkan Minguk untuk mendorong anak itu menemui Yunho yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Bocah itu mendongak untuk menatap Jaejoong dengan tatapan sendu. "Tidak bisakah Appa dan Papa tinggal bersama untuk merawat kami?"
Jaejoong menggeleng. "Tidak sayang, maafkan Papa, pergilah temui saudaramu. Kau lihat Daehan Hyung dan Manse menangis karena mencarimu. Appa juga mencarimu." Memberikan ciuman terakhir Jaejoong mendorong tubuh bocah itu kearah dimana Yunho dan dua saudaranya berada. Ia memutar tubuh dan berjalan menjauh kearah berlawanan dari tempat mereka berada tanpa menoleh atau ia tidak akan mampu menahan rindu untuk mendekap kedua putranya yang lain.
Tidak boleh lemah. Atau kau akan terlihat seperti seorang pengecut. Jaejoong mendongak agar air matanya tidak lagi menetes keluar dengan lancang.
Matahari sudah berada di sebelah barat, menyinarinya dengan sisa panas yang menyenangkan. Embun pagi sudah lama mengering sejak beberapa jam lalu tetapi kedua mata Jaejoong masihlah berembun ketika ia menurunkan pandangan dan bersiap kembali berjalan kala manik Doe miliknya menemukan wajah Chubby Minguk tersenyum kearah dirinya. Bocah itu menatapnya penuh harap.
"Kau harus kembali kepada Appa dan saudaramu." Bocah itu menggeleng. "Aku akan marah jika kau tidak mendengarkan kata kataku Jung Minguk." Senyum itu hilang di ganti bibir bawah bocah itu mencebil keluar menahan isak tangis dengan mata bocah itu sudah basah dan hanya tinggal menunggu detik untuk terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gift
FanfictionYAOI. Kisah sederhana tentang Jung Yunho dan tiga putra kembarnya. Daehan, Minguk, Manse. Kisah tentang mantan narapidana Kim Jaejoong dan kehidupan masa lalunya.