THE GIFT
Sherry KimHappy Reading...
Ketiga pasang kaki berbalut sepatu putih mungil berayun seirama di atas rumah kayu halaman taman kanak kanak. Ketiga kepala dengan rambut hitam yang sama berdesakan satu sama lain setiap kali mengintip dari balik kayu pembatas pada rumah rumahan untuk melihat ke seberang jalan.
Tidak ada tanda tanda kedatangan Papa mereka, padahal jam istirahat makan siang sudah berdentang sejak sepuluh menit lalu. "Apakah Papa lupa untuk membuatkan kita bekal? Mingukie lapar." Bocah tembam itu menompang kedua wajahnya dengan kedua tangan. "Apa kita harus makan siang bersama yang lain?" Menatap kedua saudaranya, Mingguk semakin cemberut karena gelengan serempak mereka.
"Manse ingin menunggu Papa." Si bungsu menjawab.
"Samcon, bukan Papa manse. Atau Papa akan marah mendengar kita memanggilnya Papa." Daehan menasihati sang adik.
"Tidak ada orang lain disini." Manse berdiri dari atas rumah rumahan untuk berjinjit lebih tinggi agar dapat melihat lebih ke seberang jalan yang terhalang tembok gerbang. Minguk mendongak memperhatikan adiknya, ia terlalu lapar untuk banyak bergerak seperti kedua saudaranya yang lain. Lalu bertanya. "Apa Papa,,, maksudku Samcon sudah datang?"
Manse melompat menuruni tangga Rumah rumahan kayu membuat kedua saudara lainya mengikuti bocah itu dengan senyuman lebar di bibir mungil mereka. Ketiga bocah itu berlari melewati taman ke sebuah jendela menuju tempat bermain di ruangan tertutup, bukanya menuju pintu gerbang untuk menyambut Papa mereka.
Daehan, Minguk berhenti untuk mendelik marah kearah si Bungsu. Ya Tuhan, dasar si bandel yang satu ini memang Playboy cilik menyebalkan. "Manse." Teriakan kedua kakaknya serempak.
"Nuna." Tangan manse menepuk nepuk kaca ingin mendapatkan perhatian dari gadis yang berada di dalam, kakak kelas mereka. Oh, apakah Jung muda itu sudah memiliki kekasih? Atau sedang jatuh cinta atau playboy cilik?
Daehan Minguk menarik tangan serta bagian belakang baju adik mereka untuk mendapatkan perhatian penuh, dan berhasil. "Manse, kita harus mencari Papa."
"Mungkin Papa tersesat..." jawabnya asal. Kemudian Manse menambahkn "Bagaimana kalau Papa di culik paman jahat." Manse berkata ngeri. Oh, bocah itu masih mengingat bagaimana Minguk menghilang beberapa hari lalu. "Minguk Hyung, kita pergi cari Papa."
Daehan menatap wajah adik kecilnya yang berubah begitu derastis dari ceria menjadi merah padam menahan tangis. Dasar adik cengeng.
"Samcon bukan anak kecil, dia akan datang membawa bekal makan siang untuk kita." Minguk berkata dengan bibir yang sudah bergetar menahan tangisnya. Manse sendiri sudah sesegukan namun tidak mengeluarkan suara tangis.
"Bagaimana kalau Paman jahat itu menyakiti Papa lagi dan memisahkan kita." Tangan Daehan terulur mengusap air mata pada wajah Manse. Kemudian memeluk sang adik. "Gwaenchana, Appa akan menyelamatkan Papa jika paman jahat itu datang."
Minguk semakin sesegukan memeluk kedua saudara yang lain. "Minguk takut." Daehan bukanlah anak yang cengeng, tetapi ia akan sedih melihat kedua saudaranya bersedih sampai mata putra pertama Jung Yunho itu memerah, basah. "Papa akan datang sebentar lagi." ia mencoba menenangkan afik adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gift
FanfictionYAOI. Kisah sederhana tentang Jung Yunho dan tiga putra kembarnya. Daehan, Minguk, Manse. Kisah tentang mantan narapidana Kim Jaejoong dan kehidupan masa lalunya.