THE GIFT
Sherry kim
.
.
."Calon pengantin tidak seharusnya berwajah murung." Menaruh segelah moccachino di meja, Hankyung duduk di seberang meja yang di tempati Yunho.
Musang Yunho hanya melirik sekilas Hankyung malas, sebelum kembali melirik ke luar jendela cafe. Jemarinya mengetuk ngetuk meja dengan gelisah. Tangannya yang lain menyangga dagu malas seakan pria itu di bebani pekerjaan yang tak akan ada habisnya selama seabad.
"Ya Tuhan, apakah kau semenderita itu berpisah dengan keluargamu? Hanya tinggal menunggu hari, kalian akan menikah. Jadi tidak usah menunjukan wajah ngerikan seperti itu."
Akhirnya Yunho memusatkan pandangan kepada pria yang duduk di hadapannya. "Justru karena tinggal beberapa hari, aku khawatir jika ada sesuatu yang tak di inginkan terjadi."
"Putus asa, hmm." ejek Hankyung.
Pria yang duduk di seberang meja itu bergumam tidak jelas. "Jaejoong ingin kau datang ke pesta pernikahan kami."
"Tidakkah cukup jika aku datang ke resepsi pernikahan kalian, di Korea?"
"Tidak! Jaejoong akan mencekikku kalau tidak membawamu bersamaku ke Jepang, aku akan mengantisipasi kemungkinan bahwa dia akan menunda pernikahan kami demi menyeretmu ke gereja untuk menjadi mempelai laki-laki." jawab Yunho dramatis.
Sungguh mengerikan. Jaejoong mengatakan itu semalam di telefon. Suara kekasihnya itu terdengar serak dan membuat Yunho khawatir. Pria itu juga sesekali batuk. Apakah Jaejoong sakit?
Bagaimana keadaan Triplets? Untuk pertama kali selama mereka bersama, mereka berpisah lebih lama dari biasanya. Hal itu menyiksa Yunho karena ia kesepian setengah mati tanpa putra maupun Jaejoong.
Tidak ada suara tawa atau jeritan sambutan selamat datang dari mereka saat ia pulang kerja, tidak ada yang bernyanyi atau membuat kegaduhan di meja makan bahkan seluruh keluarganya memarahi Yunho karena meninggalkan mereka di Jepang.
Astaga. Ia bahkan mendapat jeweran sayang dari ibunya di umurnya yang hampir menginjak kepala tiga. Ok, itu masih beberapa tahun lagi. Tetap saja ibunya itu mengomel panjang lebar sampai telinganya terasa panas.
"Selama sore."
Melirik sosok pria cantik yang ia kenal, Yunho tersenyum miring. "Aku dengar kalian berkencan?" Ia mengalihkan pembicaraan.
Kedua wajah pria di hadapannya itu memerah. Hankyung berdiri dengan tergesa dan berpamitan. Menggumamkan sesuatu yang harus ia lakukan di dapur.
Heechul sendiri terlihat malu-malu saat duduk di kursi yang baru saja di tinggalkan oleh Hankyung. "Siapa yang memberitahumu?"
"Kau lupa bahwa kau sama terkenalnya denganku sekarang."
Heechul mendengus, namun Yunho melihat bibir pria cantik itu menahan senyum meskipun samar. "Aku tidak tahu apakah harus bahagia atau sedih. Keluargaku berbeda dengan keluargamu. Ayahku menarik semua fasilitas yang aku gunakan karena lebih memilih Hankyung."
Yunho duduk tegak di kursinya. Pria itu mengulurkan tangan untuk menyentuh jemari Heechul di atas meja. "Jika kau membutuhkan bantuan atau pekerjaan, jangan sungkan untuk mendatangiku."
"Tidak usah. Tapi aku sangat berterima kasih atas tawaranmu. Kau lupa, Hankyung membuka cabang baru Bakery Home dan sekarang kami mendapatkan pesanan lebih banyak dari sebelumnya. Memperkejakan lebih banyak koki serta pelayan untuk membantu, aku juga senang bisa berguna untuknya."
"Baiklah, aku yakin kalian tidak membutuhkan bantuanku. Hanya saja Ayahmu," Yunho ragu ragu sebelum berkata. "Apa dia akan diam saja melihat kalian bersama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gift
FanfictionYAOI. Kisah sederhana tentang Jung Yunho dan tiga putra kembarnya. Daehan, Minguk, Manse. Kisah tentang mantan narapidana Kim Jaejoong dan kehidupan masa lalunya.