Chapter 24

18.9K 1.4K 120
                                    

THE GIFT
Sherry Kim
.
.
.

Hembusan angin malam menerbangkan anak rambut Jaejoong menutupi sebagian mata pria itu. Tubuhnya mengigil ketakutan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu dengan keluarganya di Jepang. "Sesuatu telah terjadi dengan Mama." Tatapan Jaejoong nanar memperhatikan Hotel di mana Mr. Kim, ayahnya tinggal selama beberapa hari di Korea.

Kim Il Gook sudah meninggalkan hotel sore ini. Itulah yang di katakan resepsionis hotel, bahwa Mr. Kim dan putranya telah meninggalkan hotel beberapa jam sebelum mereka datang.

"Papa tidak mungkin pergi begitu saja tanpa berpamitan padamu, bukan? Pasti terjadi sesuatu sampai beliau harus meninggalkan Korea dengan sangat terburu buru." Cengkraman tangan Jaejoong pada lengan Yunho mengerat.

Yunho menggenggam tangan dingin kekasihnya untuk menyalurkan kehangatan. "Aku yakin mereka baik-baik saja, mungkin urusan perusahaan yang tidak bisa di tunda mengharuskan mereka kembali secepatnya. Ingat, sayang, mereka sudah menunda kepulangan mereka sehari sebelumnya."

Jaejoong ingin mempercayai apa yang di katakan Yunho, menghalau perasaan tak nyaman yang ia rasakan, hanya saja perasaanya mengatakan hal lain. Sesuatu telah terjadi, sesuatu yang buruk.

Menilik bahwa Jaejoong tidak terpengaruh sama sekali dengan apa yang ia ucapkan, Yunho membimbing Jaejoong masuk ke mobil yang sudah menunggu dengan pelayan hotel di sana. Pelayan membuka pintu untuk Jaejoong dan ia memutari mobil untuk kemudian masuk. "Jika kau masih merasa khawatir mungil, kita akan pergi ke Jepang lusa. Setelah aku mengurus beberapa hal di perusahaan tentunya."

Mata basah Jaejoong menatap Yunho yang duduk di balik kemudi. "Kita?"

"Ya, kita. Kau, aku dan anak-anak." Pria itu tersenyum menenangkan. "Bukankah aku harus mengenal keluargamu, sebelum kita menikah? Terlebih aku ingin melamarmu secara resmi kepada Mr. kim."

Pekikan Jaejoong menggema. Kekasihnya itu melompat senang dan memeluk Yunho tiba-tiba dengan sangat erat. Mengabaikan umpatan Yunho karena kepala pria itu membentur kaca pada pintu mobil. "Terima kasih Bear." Tanpa memberi aba aba Jaejoong menangkup kedua sisi wajah Yunho dan mendaratkan bibirnya di atas bibir pria itu, mencium Yunho dengan penuh semangat tanpa memberi pria itu kesempatan untuk bersiap-siap.

Seluruh tubuh Yunho menegang, hanya dengan sebuah ciuman Jaejoong mampu membangkitkan gairahnya dengan sangat mudah. Lengan Yunho menarik pinggang ramping Jaejoong, dekapannya kuat dan posesif. Ia membuka mulut menyambut ciuman lapar Jaejoong di iringi pekikan kecil saat ia mengigit lembut bibir bawah kekasihnya lalu menjalar menuju rahang lembut kekasihnya naik ke telinga sensitifnya. Jaejoong merintih lalu menjauh sebelum kembali menemukan bibir Yunho.

Keduanya larut dalam ciuman mengairahkan sampai tidak peduli jika ada orang yang melihat, tidak peduli di mana mereka berada dan tidak peduli jika Jaejoong melihat kilatan kamera di sebuah sudut Hotel. Ia mencecap rasa Yunho sekuat yang ia mampu, terlalu bahagia karena apa yang baru saja di katakan pria itu. "Aku mencintaimu." Menarik diri ia kembali duduk tenang di kursinya.

Musang Yunho mengerjap cepat. Ia butuh banyak udara setelah kejutan yang di berikan Jaejoong untuknya barusan. Sial, ia menginginkan lebih dari sekedar ciuman dan ini bukanlah tempat yang bagus untuk bercinta. "Apa kau mau masuk dan memesan satu kamar untuk kita?" ujar Yunho dengan suara serak.

"Kamar? Untuk apa?" Wajah polos Jaejoong membuat Yunho menggeram. Apakah pria itu mati rasa setelah apa yang baru saja mereka berdua lakukan? apakah Jaejoong begitu bodoh sampai tidak menyadari apa yang sudah ia bangkitkan? Sialan.

The GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang