Part 4 *help me!*

8.1K 350 4
                                    

Warning yaa, dilarang keras untuk meniru adegan tokoh. Enjoy the story and dont forget to leave the vomment and vote

*******************

"Kakkk, aku mohon. Kita ini saudara, tolong jangan melakukan ini pada adikmu sendiri. Aku mohon, aku berjanji akan bersikap baik." Aku memohon dengan linangan air mata.

"Adik seperti apa dulu? Haa? Adik seperti apaaaaaa!!!"
CTARRRRRRRR!! Benar saja, dia mencambukku lagi dengan ujung ikat pinggangnya.

"Aaaaaaa........" cambukan itu begitu menyakitkan , sekalipun aku berteriak ia tidak akan berhenti melakukannya.

"Kau bilang kita ini saudara? Lantas kenapa mereka lebih menyayangimu dari pada aku? Kenapa?" Dia memelototi ku.

CTARRRR!!!
Cambukan kedua berhasil mendarat di bahu kananku. Serontak aku yang tadinya duduk di tepi tempat tidur terjatuh kelantai. Sambil menahan sakit, aku mencoba bangun.

"Masih mencoba bangun? Lihat ini, Lihattttt!!! Aku punya mainan baru, aku takkan menggunakan ikat pinggang yang sudah jelek karena selalu menegur tingkah bodohmu itu. Sepertinya keren jika aku mencoba pisau baru ini di tubuhmu." Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dari dalam saku jaketnya.

Ia menghimpit rahangku dengan tangan kirinya kemudian menyodorkan pisau lipat itu tepat di pipiku.

"Tolong, jangan kak. Jangan di wajah, kakak tidak mau juga kan paman dan bibi melihatnya. Aku mohon jauhkan benda itu kak" Ucapku panik, air mata ini terus menetes hingga rasanya pipi ini sangat basah.

"Biarkan saja, aku sudah tidak peduli. Seorang kakak berhak memberi hukuman pada adiknya yang nakal, dan kau sudah melampaui batas." Ucapnya sambil menempelkan pisau itu dikulit wajahku. Aku tak berhenti ketakukan dan kini aku hanya memejamkan mata pasrah dengan keadaan.

"Ini dia.....my super knife. Hahaha" Ia mendekatkan ujung pisau yang runcing itu di pipiku, aku hanya memejamkan mata dan pasrah.

Tuhan jika memang hari ini adalah hari terakhirku aku sangat bersyukur sekali, setidaknya aku takkan merasakan hal seperti ini lagi besok. Aku akan segera bertemu dengan ibu disana, aku harap ini tidak terlalu sakit. Aku mohon lakukan dengan cepat kak.

"Aku akan mengulitimu perlahan agar kau bisa menghirup udara disini lebih lama, jadi kau tidak akan kehabisan nafas." Aku sungguh tak mengerti ucapannya itu. Aku mohon cepat kak...

"Hayley...!!" Tiba-tiba seseorang memanggil nama kakak dari luar rumah sambil memainkan gas motornya. Terdengar sangat berisik sekali membuat ia menjauhkan pisaunya dari wajahku. Aku membuka mata dan menghela nafas panjang.

"Tidak peduli, aku akan menghabisimu dulu, setelah ini aku akan pergi menghilangkan jejak" Ucap kakak kemudian menempelkan kembali pisau itu pada wajahku. Astaga tuhan, tolong jangan permainkan aku, kak.

"Hayleyyyyy...!!! Hayley!! Cepatlah atau kami tinggal" teriakan itu sungguh menjadi penyelamatku. Tunggu, tapi bukannya tadi aku menginginkan mati.

"Brengsek! Kau selamat hari ini, aku akan kembali dalam tiga hari. Ceroboh artinya kau mengizinkanku untuk menguliti wajahmu hidup-hidup. Ohh apa ini, anggur yaa. Aku bawa ini bersamaku" Katanya lalu merebut plastik berisi minuman anggur yang ku beli untuk bibi. Aku tak bisa mencegahnya, tangan ini rasanya mati rasa.
Ia bergegas keluar sambil membanting pintu kamar.

Your Medicine (End)Where stories live. Discover now