Part 22 *Kakak?*

3.7K 152 1
                                    

Talita PoV

Aku sedang dalam perjalanan bersama Evan. Yaa, orang yang kini sangat berarti bagi sahabatku. Setelah kepergian Sakura yang tiba-tiba, membuat kami tak bisa tidur nyenyak, kemarin kami sudah mencarinya tapi hasilnya nol. Tak ada satupun teman-temannya yang mengetahui keberadaan Sakura.

Kami tiba di depan restauran oriental ini, restaurannya buka dan masih sepi. Mungkin masih pagi, tak terlihat ada tanda-tanda Sakura disini.

"aku harus memastikannya." Ucapku pada Evan dan hendak membuka pintu mobil.

"jangan, bibinya akan curiga nanti. Dia tahunya dia bersamaku sekarang, dia melihatku menaiki mobil ini. Lebih baik kita langsung kerumahnya saja sekarang." Evan menahanku.

Benar juga, kalau semua orang menanyakan Sakura bukankah itu malah membuat bibinya curiga. "Yasudah, putar balik. Rumahnya tidak jauh dari sini."

Tanpa fikir panjang Evan memutar haluan mobilnya, dan 500 meter dari restauran ini kami tiba di sebuah rumah ala country berlantai dua yang tidak terlalu besar. Terlihat jelas sekali raut wajah Evan yang sangat khawatir, ia yakin sekali Sakura ada di dalam dan aku juga yakin sekali Hayley ada disana.

"Bajingan, awas saja kau jika aku mendapatinya bersamamu" Evan geram ia mengepal tangannya di atas stir mobil, pandangannya menatap tajam rumah Sakura.

"Sudah, kau tahan dulu yaa. Pokoknya kita harus menyelinap diam-diam, kita tidak masuk lewat pintu depan. Garasi itu, garasi itu sedikit terbuka kita akan masuk lewat sana, Ayo" ujarku, aku membuka pintu mobil dan turun. Evan membututiku.

Karena rumah ini tidak dipagari jadi mudah sekali masuk ke perkarangan rumahnya, diam-diam kami menyelinap masuk ke dalam garasi. Di dalam sini hanya ada motor besar milik Hayley, yaa aku tahu dia itu pembalap ulung yang tidak berguna. Hanya merepotkan paman dan bibinya saja.

Garasi ini bersebelahan langsung dengan ruang tamu, dan ada selasar kecil yang menghubungkan kedua ruangan ini. kami berjalan gontai, menahan langkah dan tiba di selasar kecil ini. Kami mengintip, dan yang kami lihat hanyalah ruang tamu yang dipenuhi dengan asap.

"Kau benar-benar tidak bisa diragukan. Aku sangat menyukai ini" Jelas terdengar itu suara Hayley, apakah dia sedang bersama dengan seseorang sekarang?

Kami semakin mendekat, asap itu semakin menyebar hingga kini kami dapat menciumnya. Astaga! Bau ini sangat menyengat.

GANJA!

Yaa, dia pasti sedang menghisap ganja. Meskipun aku tidak pernah mencoba barang itu, tapi aku mengenali baunya. Sialan! Hayley benar-benar tidak tahu diri, dia bahkan masih bisa bersenang-senang dengan ganja disaat adiknya menghilang. Biadap!

"Hahaha, coba saja kau punya uang sebanyak ini aku akan melayanimu dari dulu" Ucap seorang wanita, yang sepertinya penjual ganja itu.

"Sudah ku bilang padamu, Keyla. Aku akan memiliki uang sebanyak ini. Sebaiknya kau mempersiapkan diri untuk menjadi kekasihku"

***

Evan PoV

Aku sedang menyelinap dan berdiri di balik tembok yang berbatasan langsung dengan ruang tamu bersama Talita. Kami mendapati ruang tamu rumah ini dipenuhi asap.

Tunggu!

Aku mengenali bau ini, ini seperti bau ganja. Yaa, tak salah lagi.

"Kau benar-benar tidak bisa diragukan. Aku sangat menyukai ini"

"Hahaha, coba saja kau punya uang sebanyak ini aku akan melayanimu dari dulu"

"Sudah ku bilang padamu, Keyla. Aku akan memiliki uang sebanyak ini. Sebaiknya kau mempersiapkan diri untuk menjadi kekasihku"

GLEK!

Keyla?

Keyla katanya? Keyla siapa?

Aku segera merapatkan tubuhku pada tembok, aku berjalan sedikit ke depan. Tapi sulit sekali menoleh ke mereka pasti akan ketahuan, untunglah ada lemari kaca di hadapan kami. Bayangan mereka dapat terpantulkan, kami dapat melihatnya dari sini.

Dua orang yang sedang menghisap ganja sambil bersandar di sofa. Sesekali Hayley merayu wanita itu, wanita yang sepertinya aku kenal. Wanita berambut pirang itu sedikit memalingkan wajahnya dari Hayley.

Tunggu, sepertinya aku benar-benar mengenali wanita itu.

Keyla? Itu sungguh Keyla.

"Sialan..." geramku pelan. Sekarang kebencian ku pada wanita itu berlipat ganda, setelah kemarin dia meninggalkanku karena pria Eropa itu kini aku harus melihatnya bersenang-senang denganmenghisap ganja bersamaHayley. Dasar jalang! Aku menyesal pernah melamarnya.

"Ada apa? Apa kau mengenal wanita itu?"

"Yaa, jelas. Dia mantan kekasihku, aku tak menyangka. Ini begitu kejam, sangat kejam" Aku menahan amarahku.

"Tunggu dulu, kita dengar percakapan mereka dulu. Jika kau tak kuat melihatnya, kau tak harus melihatnya." Bisiknya, ia mencoba menenangkanku. Tapi tidak, aku harus melihatnya. Aku ingin lihat bagaimana permainan wanita jalang ini.

"Dari mana kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" Ucap Keyla.

"Kau tak perlu tahu, kau hanya perlu menikmatinya."

"Tunggu, dimana adikmu? Siapa namanya? Ahh iya, Sakura. Apa yang kau lakukan padanya, semalam aku ke bar dan temanmu bilang katanya kau membawanya bersamamu. Jangan bilang kau menjualnya?"

Sakura! Itu Sakura.

"Hmmm, yaa. Aku memang menjualnya kepada bandit tua yang sering meminjamkan aku uang. Ku serahkan saja Sakura padanya."

JDYARRRRRRR!!!

APA??? DIA MENJUAL SAKURA?

"Jadilah milikku, sebentar lagi aku akan kaya. Kau tak perlu mengkhawatirkan hidupmu lagi, Keyla. Mungkin saat itu dia memergoki kita, tapi kali ini dia sudah lenyap."

"Kau benar-benar gila Hayley. Bandit di daerah mana yang kau maksud?"

"Pokoknya club sekitar sini, kau tahu sendiri wilayahku di kota ini. Jangan khawatirkan dia"

Biadap! Sungguh biadap. Aku tak bisa terima dengan semua perkataan Hayley, rasanya aku ingin menghajarnya hingga mati. Sungguh kakak tidak berguna, kakak macam apa yang tega menjual adiknya sendiri. Aku tak bisa tinggal diam saja, bagaimanapun perempuan yang ia jual itu adalah milikku. Hanya aku yang boleh menyentuhnya.

"Talitaaa..." Ucapku pelan, ketika menyadari dia telah meninggalkan tempat ini. Aku menyusulnya keluar.

Aku melihatnya bersandar di mobilku yang di parkir tak jauh dari rumah Sakura. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Tak salah lagi, ia menangis.

"Sudah-sudah" Aku memeluknya dan menenangkannya.

"Aku tak bisa terima Van, Hayley sungguh kejam." Tangisan Talita tumpah ruah hingga membasahi kemejaku. Ia menangis sesegukan, dia pasti sangat sedih sahabatnya di perlakukan jahat oleh kakaknya sendiri.

"Iya, aku mengerti. Kita masuk dulu ke mobil yaa." Ucapku melepaskan pelukan, kami masuk kedalam mobil.

"Biadap! Sungguh biadap! Kakak tidak tahu diri. Ya tuhan, Sakura...bagaimana keadaan dia sekarang. Aku tak bisa membayangkannya jika ia benar-benar dibeli oleh lelaki brengsek" Talita terus menangis hingga matanya sembab.

"Aku juga tak menyangka. Oh, tuhan bagaimana caranya aku mendapatkannya kembali. Jangan sampai, jangan sampai ia terluka." Aku membenamkan wajahku pada kemudi mobil. Sama seperti Talita, aku juga tak terima dengan perlakuan Hayley. Aku sudah cukup melihat luka di sekujur tubuh Sakura dan kini aku harus mengetahui fakta bahwa dia sudah di jual oleh kakak biadap itu.

Tuhan, aku mohon lindungi wanita yang ku sayangi itu.

Sakura dimanapun dirimu sekarang, aku mohon jaga dirimu. Kau harus bisa melarikan dirimu, kau tak pantas disana. Percayalah, aku akan berusaha mendapatkanmu kembali. Kau pasti akan kembali padaku. Aku sangat percaya itu Sakura.

"Kita tak bisa tinggal diam, Van!"

Your Medicine (End)Where stories live. Discover now