part 9 *menunggu adalah hal bodoh*

5.5K 291 1
                                    

Hi, readers. Balik lagi nih, setelah kemaren sakit dan sibuk. Sekarang aku bom nih dengan part yang seru. Aku langsung update 2 deh, tapi hati2 ya kalo udh baca partnya. Bikin penasaran kelanjutannya lho. Tinggalkan jejak yah silent readers

*******************

Evan duduk di depan meja kerjanya, di tatapnya sebuah bingkai foto yang berisi fotonya dengan wanita blonde bermata biru. Keyla!

Baru beberapa hari dirinya merasakan kesendirian, kini ia sudah merindukan sosok wanita di bingkai foto itu.

Sungguh tega Keyla, meninggalkannya hanya demi pria lain. Menolaknya menikah hanya karena tak ingin karirnya hancur setelah menikah.

Sampai detik ini, Evan tak tahu apa yang ada di benak mantan kekasihnya itu. Semula terlihat baik-baik saja, tapi tak di sangka-sangka wanita itu memberikan kejutan luar biasa. Pemutusan sebelah pihak serta rasa malu di depan umum.

Amarah Evan seketika memuncak saat mengingat seorang pria Eropa yang merebut wanitanya itu. Di genggam erat bingkai itu, tangannya gemetar.

"Bajingan!" Evan melempar kuat bingkai itu hingga membentur tembok keras.

"Wanita itu sudah mempermalukanmu, bahkan memilih lelaki lain dihadapanmu. Tapi kenapa? Kenapa aku masih belum mampu melupakannya. Sadarlah Evan! Dia menolakmu " Evan menjambak rambutnya frustasi.

"Tunggu, tapi dimana cincin itu? Apa sungguh-sungguh ia membuangnya?" Seketika Evan teringat sebuah cincin yang akan ia berikan kepada Keyla.

"Aaaaaa!!!!! Cincin itu peninggalan ibu" Evan berteriak dan menghamburkan semua barang yang ada di atas meja kerjanya. Untunglah sudah jam pulang kantor, tak banyak orang disana.

Evan termenung mencoba mendinginkan fikirannya, ia tak bisa seperti ini terus. Ia sangat frustasi, dan Evan adalah tipikal orang yang tidak bisa sendiri saat menghadapi masalah karena akan berdampak buruk bagi dirinya.

Ia tahu sesuatu yang bisa memulihkan fikirannya dan melupakan segala permasalahannya.

Wine!

Yaa, Evan harus mendapatkan wine secepatnya. Ia berfikir untuk mencari restauran terdekat untuk mendapatkan sebotol wine.

Seketika terlintas dalam fikirannya sebuah restauran oriental yang ia datangi tempo hari. Bukankah dia ingin bertemu dengan penyanyi restaurannya?

Evan berkemas dan segera meninggalkan kantor di hari yang sudah gelap ini. Pukul 8.15 pm ia meninggalkan ruangan yang masih berantakan karena emosinya yang meluap itu.

Dengan kecepatan tinggi Evan mengendarai mobil ecosport miliknya. Saat mobilnya baru keluar dari basement, ponselnya berdering.
Deringannya cukup membuat Evan kesal dan mengangkat panggilan telfon yang langsung ia sambungkan dengan radio mobilnya.

Kali ini ia memastikan, siapa yang menelfonnya. Ia kira Keyla akan menghubunginya, ternyata panggilan itu dari Luvita sekretaris pribadinya.

"Ada apa? Ini sudah malam. Tak bisakah kau tunggu besok pagi saja? Aku sedang dalam perjalanan pulang"
"Maaf pak, tapi ini keadaan darurat. Investor mengatakan jika perusahaan kita belum memberikan feed back untuk mereka. Sudah saya jelaskan tapi mereka tidak percaya, mereka lebih percaya jika anda yang berbicara." Jawab Luvita dari telfon

"Tapi saya baruuuu...."

"Maaf pak, jika masalah ini tidak terselesaikan malam ini juga. Pihak investor akan membatalkan kontrak kerja dengan perusahaan kita besok pagi. Sudah tidak ada waktu pak."

"Hahhh...baiklah, saya akan memastikan kesana sekarang. Hubungkan alamatnya dengan GPS mobil saya sekarang dan pastikan kau juga datang membawa bukti anggarannya."

Your Medicine (End)Where stories live. Discover now