Part 27 *Terlelap di Pundak Mu*

3.7K 155 0
                                    

Masih slow update nih. Sabar yaaa guys, makasih ya yang udah setia nunggu hehehe. Langsung aja deh. Part ini banyak peralihan sudut pandangnya karena udah masuk ke awal problem solvingnya. Inget yaaa, baru awal. Sebentar lagi

****

Ia berjalan gontai, pandangannya lurus menelusuri ujung selasar. Seakan sudah tahu kemana langkah membawanya. Tepat di samping selasar terdapat taman di tengah-tengah gedung berlantai 5 ini.

Di ujung selasar langkahnya terhenti di depan pintu. Membuka daun pintunya perlahan, menghela nafas sebelum akhirnya benar-benar masuk.

Seketika nuansa hening, ruangan dingin dengan bau khas obat-obatan.

Di depannya kini ia melihat sebuah ruangan dimana ada seseorang sedang dalam tidur lelapnya diatas sebuah ranjang dengan peralatan medis di sekitarnya.

Terlihat tidak nyaman. Ruangan itu di batasi oleh sebuah kaca besar sehingga ia tak bisa masuk dan mendekati seseorang yang terbaring disana.

"Nak Evan" ucap seorang dokter yang baru saja masuk keruangan itu.

"Dokter. Dok, bagaimana kondisi ibu saya?" Seketika Evan di landa panik. Matanya memerah ia mencoba menahan tangis. "Dok, kenapa ibu saya bisa seperti itu?" Evan tak henti menatap dokter berambut putih itu.

"Silahkan ikut saya." Ujar dokter lantas berjalan keluar dari ruangan ICU.

Mereka tiba di ruangan dokter tepat di sebelah ruang ICU.

"Silahkan duduk di sofa nak Evan...Jadi begini" dokter paru baya itu mengambil berkas dari etalasenya. "Saya sudah menjadi dokter pribadi keluarga anda sejak lama. Bahkan sejak ayah anda masih disini, dan untuk kasus ibu anda sepertinya ada sesuatu yang salah" dokter itu membuka mapnya lantas duduk diatas sofa. Evan sangat serius menatapnya.

"Maksud anda apa dok?" Pupil mata Evan membesar.

"Jika di lihat perkembangan ibu anda rasanya tidak mungkin kalau tiba-tiba ibu anda seperti ini. Bahkan sebenarnya penyakit paru-paru yang di derita ibu anda sudah mengalami perkembangan baik yang signifikan."

"Jadi ibu saya sudah sembuh? Lantas mengapa dia berada di ruang isolasi seperti itu? " Evan tak dapat menyembunyikan kepanikannya.

"Tenang dulu nak Evan. Ibu anda butuh istirahat dan tidak boleh di ganggu untuk sementara waktu, maka dari itu kami meletakannya disana. Penyakit lama ibu anda mungkin sudah membaik, Tapi, sepertinya ada yang salah pada bagian saraf pusatnya. Kemarin ibu anda terkena komplikasi. Untunglah masih bisa kami selamatkan"

"Apa? Jadi ada penyakit lain dok? Ya tuhan. Komplikasi apa dok, tolong jawab membuat saya tambah khawatir" Evan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Sepertinya ada cairan di otaknya. Hipotesa sementara ibu anda terkena meningitis akut. Tapi kami juga masih menunggu hasil lab, kemungkinan besar hipotesanya benar. Tapi apapun itu yang namanya ada benda asing di dalam otak kita harus mengambilnya. Atau akan membahayakan hidupnya" jelas dokter itu dan kembali menutup mapnya.

"Baiklah, lakukan yang terbaik dok. Saya mohon, operasi saja secepatnya. Ambil parasit itu dari ibu saya"

"Iya, kami pasti akan berusaha semaksimal mungkin bagaimanapun juga ibu anda adalah rekan saya. Tapi, tidak bisa secepat itu Evan"

"Kenapa dok???"

"Operasi pada otak adalah operasi terbesar dalam dunia kedokteran, kemungkinan antara selamat atau tidaknya sangat kecil. Lagi pula kami perlu memastikan kondisi ibu anda membaik sebelum kami melakukan operasi mengingat ini cukup membahayakan kesehatannya. Tapi tenang saja nak Evan, berapa pun itu kemungkinannya tetap ada keajaiban dari tuhan. Nak Evan hanya perlu berdoa dan jangan terlalu stres kasihan ibu anda jika ia melihat anaknya seperti ini" dokter itu menepuk-nepuk bahu Evan dan memberikannya secerca senyuman.

Your Medicine (End)Where stories live. Discover now