Kadaluarsa

365 13 0
                                    

Pada akhirnya persahabatan akan menemui masa kadaluarsanya.

Aku teringat dengan begitu jelas dulu, saat-saat kita berjabat tangan sambil mengeja nama kita masing-masing. Kurasa, beberapa dari kita sudah lupa.

Aku maklum.

Kepala kita kini sudah terisi oleh banyak hal, sehingga kenangan tentang kita seakan-akan tergeser ke sudut ruang pikiran. Bersyukur jika ia masih di sudut, bagaimana jika kenangan itu sudah benar-benar menjadi kotoran yang hanya memenuh-menuhi saja dan diam-diam kita buang ke tong sampah?

Tidak banyak dari kita yang benar-benar menghargai arti sebuah persahabatan.

Ketika kita bersama, kita seakan lupa bahwa pada suatu saat nanti, kita akan mulai menempuh jalan masing-masing. Jalan yang sudah kita pilih. Jalan yang membuat jarak di antara kita semakin melebar.

Dan ketika hal itu terjadi, kita memilih untuk purapura lupa. Kita berpura - pura tidak pernah menjalani satu masa secara bersama-sama dan mengakhiri kebersamaan kita dengan pahit yang sedikit demi sedikit menjadi obat penghilang rasa rindu-rutinitas.

Iya, rutinitas keparat. Rutinitas yang dikonsumsi oleh semua orang yang khawatir akan masa depan. Persetan. Apa kabar dengan mimpi-mimpi bebas kita yang liar?

Sekarang, kurasa tidak ada yang tersisa. Atau mungkin masih.

Ah, apa bedanya?

Tidak ada satupun dari kita yang berani memanggil setan dari masa lalu. Setan - setan yang selalu berhasil menarik kita untuk menjelajahi masa muda, sebelum kita benar-benar menua dan sakitsakitan.

Tapi, kapan?

Kapan kita mulai berani memberontak pada penguasa dan berhenti menjadi budak waktu? Apakah nilai kebersamaan kita yang dulu sudah hilang?

Seandainya aku tahu bagaimana memperbaiki ini semua, maka akan aku lakukan. Tapi, sepertinya di antara kita sudah tidak ada yang peduli. Kita lebih suka mencari orang - orang baru yang belum paham siapa diri kita sebenarnya dan memaksakan diri untuk beradaptasi di sebuah ekosistem yang menjemukan dan melelahkan setiap hari.

Ini bukan kita lagi.

Ini bukan kita yang dulu aku kenal. Kita sudah berbeda. Jauh berbeda. Dan perbedaan ini semakin kental.

Jadi, barangkali, sampai di sini saja. Jika pada akhirnya kita bertemu, aku harap kita masih saling mengingat. Minimal sekedar nama, dan apa saja makanan favorit kita dulu saat masih bersama.

Dan suatu saat, kita bisa memulai lagi dari awal, mulai saling menanyakan kabar, dan menghabiskan waktu seperti dulu.

Semoga saja.

5 Oktober, 2014.

________________________

Dedicated to all of my friends since i was in Bandung, Jakarta, Batam, and now, in Tebingtinggi.

Akhir Sebuah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang