Aku memahami kesendirian lebih dari siapapun. Rasanya seperti ketika kau terbangun pagi-pagi buta dan merasa sakit di bagian kepala, kau menemukan kesendirian sedang terbaring pulas di sampingmu. Tanpa sehelai benang. Wajahnya merona, tersenyum kecil. Seolah-olah kau usai bercinta hebat dengannya semalaman suntuk.
Selalu, dan selalu setelah itu, kau dan kesendirianmu akan mengandung rasa sepi dan melahirkannya setiap hari. Setiap hari. Muak.
Aku ingin berpisah dengan kesendirian. Aku ingin cerai. Dan menelantarkan anak-anak sepi itu ke tengah jalan, agar digilas truk, sepeda motor, bajaj, atau apapun yang kebetulan melintas..
Aku ingin bebas.
31 Oktober, 2015.
___________________
Puisi ini ditulis ketika aku bangun pagi di tengah-tengah rasa sepi yang mendadak merasuki. Entah apa dan bagaimana.. Well, happy halloween!
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Perjalanan
PoesiaAkan ada nafas - nafas yang terlupakan di lorong - lorong. Ada jejak - jejak di lantai yang terhapus putaran waktu. Derai tawa kita akan menjadi nada - nada yang hilang pada partitur perjalanan kita. Aku benci sebuah pertemuan, karena di ujungnya me...