Aku tak bisa cinta.
Aku tak bisa rindu.
Aku tak bisa nangis biru.
Aku tak memberitahumu:
bahwa di dalam aku mati.
Menyimpan mayat - mayat busuk masa lalu dengan rapi.
Yang kututupi rapat - rapat.
Dengan gerendel pintu dari baja.
Dan rantai tembaga.Sudah lama aku mengukir ayat - ayat kematianku sendiri. Kuwiridkan tengah malam dengan mata terpejam. Berharap ragaku semati jiwaku nanti. Namun, Tuhan masih minta aku hidup, hingga tahun ke seribu.
Lantas kau tiba.
Dengan cinta.
Dengan rindu.
Dengan pijar pada merah mawar.
Dan memberitahuku bahwa
harapku belum pengap.
Musim yang muram kelak tersudahi.
Jalan - jalan rahasia pasti terjejaki.Katamu:
"Tanganmu tercipta untuk kugenggam,
Air matamu tercipta untuk bahagia kita,
Jangan sedih, jangan pedih.
Kita akan menggulung masa yang abu - abu itu.
Ganti biru, ganti cerah matamu."5 Mei, 2013 (Revisi).
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Perjalanan
PuisiAkan ada nafas - nafas yang terlupakan di lorong - lorong. Ada jejak - jejak di lantai yang terhapus putaran waktu. Derai tawa kita akan menjadi nada - nada yang hilang pada partitur perjalanan kita. Aku benci sebuah pertemuan, karena di ujungnya me...