7 • MARI KITA BERTEMAN•

2.6K 250 6
                                    

"Sebenarnya Rio..."

••••••••••••••••••••The wizard••••••••••••••••••••

Tok tok

Suara ketukkan pintu terdengar, membuat Ria dan Dania mendengus sebal.

Disaat sedang menegangkan, pasti ada gangguan. Kenapa selalu ada yang menganggu saat mereka berusaha mencari informasi yang sangat penting.

Bibi Jenita berjalan mendekati pintu. Setelah ia berada didepan pintu, ia langsung membukanya.

"Ternyata kau Rio" ucap bibi Jenita. "Mari masuk"

Rio pun masuk. Ia sedikit terkejut saat melihat dua gadis duduk manis di salah satu kursi di kamar bibi Jenita.

"Kenapa kalian ada disini?" tanya Rio.

Dania kesal mendengar pertanyaan Rio. Memangnya ia tidak boleh ada dikamar bibi Jenita? Memangnya dia saja yang boleh kesini.

"Memangnya tidak boleh?" tanya Dania sinis.

Rio hanya memandang Dania dengan wajah tanpa ekspresi. Dania tidak suka dengan tatapan yang terkesan datar yang selalu Rio tampilkan pada semua orang.

"Rio silahkan duduk. Aku akan membawa air untuk kalian" ucap bibi Jenita sembari melangkahkan kakinya ke dapur yang ada dikamarnya.

Mereka bertiga hanya diam. Tidak ada yang membuka obrolan. Hanya ada suara helaan napas dari mereka.

"Hei, adakah yang ingin berbicara?" ucap Ria memecah keheningan.

Tetap saja hening. Tidak ada yang menggubris ucapan Ria. Ria sungguh tidak menyukai keheningan.

"Suasana disini canggung sekali. Bagaimana kalau kita mengobrol?" usul Ria ragu.

"Kau benar" ucap Dania.

Mendengar perkataan Dania, Ria jadi semangat. Rasanya, ia ingin melontarkan banyak pertanyaan.

"Rio, a-"

"Aku tidak ingin bergabung dengan kalian" belum sempat Ria berbicara, Rio sudah memotong perkataan Ria.

Ria mendelik. Dania memutar bola matanya bosan 'seperti biasa' pikirnya.

Bibi Jenita datang sebari membawa nampan. Di nampan itu ada air minum dan kue.

"Nah, silahkan dinikmati" ucap bibi Jenita sebari tersenyum. Tentu saja ia berucap seperti itu setelah menyimpan nampannya ke meja.

Dania yang tadinya seperti tidak ada semangat hidup, menjadi semangat. Ria masih saja memasang wajah kesalnya. Rio? Seperti biasanya.

"Terima kasih" ucap mereka bertiga bersamaan. Tentu saja dengan raut wajah yang berbeda-beda.

"Bibi!" panggil Ria.

Bibi Jenita hanya mengangkat sebelah alis matanya sebari berucap,"apa?"

"Kau belum menyelesaikan perkataanmu tadi!" tagih Ria. Dania hanya mengangguk dengan mulut yang penuh dengan kue.

"Ehm.. Rio itu adalah orang yang diincar oleh keluarga Ariana" ucap Bibi Jenita.

Ria masih bingung. Incar? Memangnya apa keistimewaan Rio? Apa karena ia adalah keturunan asli kerajaan api? Alasan itu memang logis. Pikir Ria.

Dania memasang raut wajah, seolah-olah ia mengerti. Tapi, bisa saja karena kuenya terlalu enak.

Rio hanya diam. Kalau dilihat dari luar ia terlihat baik-baik saja. Ia memasang wajah yang seperti biasanya tampan plus dingin. Tapi, jika kita lihat matanya akan terlihat bahwa ia sedang cemas.

RIO POV

mereka terlihat sangat penasaran. Sepertinya, bibi Jenita sudah menceritakan banyak hal.

"Karena Rio istimewa"

Cih, kata-kata yang selalu ia ucapkan pada semua orang membuatku muak. Dasar gadis tidak tahu malu! Menurutnya, aku akan tunduk padanya? Maaf, seorang Rio tidak akan melakukan hal sehina itu.

"Jadi-" gadis menyebalkan yang cerewet itu menggantung perkataannya,"-Rio diincar untuk dijadikan suami Ariana?"

Pemikiran macam apa itu?! Memang, agak masuk akal karena Ariana selalu berkata aku itu istimewa.

Ingin sekali aku berteriak di depan wajahnya. But, it's impossible.

"Tapi, menurutku itu tidak mungkin" ucap gadis yang waktu itu ku jemput.

Sebenarnya, hanya kakaknya yang seharusnya masuk. Tapi, kepala sekolah ingin adiknya juga masuk.

Dan aku pernah mendengar seseotang dari kelas D berkata 'murid baru itu payah sekali! Menghilangkan diri saja tidak bisa'

Tapi, bisa saja suatu saat nanti ia menjadi sangat kuat.

"Menurut pemikiranmu bagaimana?" tanya bibi Jenita.

Gadis itu menghela napas,"bisa saja mereka menginginkan Rio untuk mengambil kekuatannya. Ibuku pernah berkata padaku, kekuatan dari keturunan kerajaan bisa saja diambil oleh para pengguna mantra hitam".

Aku suka dia. Aku suka pemikirannya. Aku suka keseriusannya. Tidak pernah kusangka ia punya pemikiran seperti itu.

Tapi, kenapa ibunya bisa tahu tentang itu? Bukannya keluarga gadis itu hanya keluarga kecil yang tinggal di tengah-tengah hutan? Kenapa bisa tahu semua itu?

Bibi Jenita juga terkejut. Di lihat dari raut wajahnya ia sangat terkejut. Mungkin, ia se-pemikiran denganku.

"Rio, apa yang diucapkan Ria itu benar?" tanya Dania. Aku tidak peduli dengannya.

Yang ada dalam pikiranku adalah, kenapa ibunya bisa tahu tentang itu?

"Kenapa ibumu bisa tahu tentang itu?" tanyaku. Bibi Jenita juga sepertinya menyetujui pertanyaanku.

Ia berpikir. Entah apa yang ia pikirkan. Mungkin, bagaimana cara membohongi mereka? Atau apakah harus kuceritakan pada mereka? Atau juga untuk apa aku memberitahukannya pada mereka.

"Ibuku pernah bercerita, ia adalah seorang petualang. Ia selalu mendapat informasi-informasi yang penting saat bertemu dengan petualang lain" ucapnya.

Seorang petualang ternyata. Tapi, bibi Jenita sepertinya masih belum percaya.

"Mari kita berkenalan" usulku.

"Aku sudah mengenalmu Rio" ucap gadis cerewet yang sedari tadi sibuk dengan kue.

"Aku juga" ucap gadis baru itu.

"Aku hanya ingin berkenalan secara formal saja" ucapku.

Aku tersenyum. Mereka berdua terkejut. Mungkin karena aku tersenyum.

"Ariona erdward" ucapku sebari tersenyum.

"Ariana luffita" ucap gadis baru itu. Ia juga tersenyum, ia tersenyum tipis.

"Aku baru tahu kalau namamu Ariona" ucap bibi Jenita.

"Aku juga!" ucap Dania.

Aku memang menyembunyikan namaku dari siapapun. Hanya keluargaku yang tahu.

"Dania thalia carolline!" ucap Gadis cerewet itu sebari tersenyum lebar.

"Mari kita menjadi teman!" ucap Ariana yang sering dipanggil Ria oleh Dania.

Aku tersenyum sebari mengangguk. Tidak ada salahnya mempunyai teman.

Dania berteriak 'tentu saja!" beberapa kali.

Bibi Jenita tersenyum. Kami betiga tersenyum. Semoga saja dunia juga tersenyum.

To be continued

Hai minna~
Author yang keren ini baik, 'kan?
Lagi sibuk-sibuknya praktek masih nyempetin buat ngetik (lah, terus kenapa ditinggalin selama sebulan lebih?!)
do'ain author biar UAS lancar, ya?
Nanti, author juga bakal do'ain readers-readers biar UAS lancar, kok!

Akhir kata 'VOMMENT?'

THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang