23

996 74 5
                                    


"gelombang mantra putih dan biru," ucap seorang lelaki yang memakai jubah.

Orang yang ada dihadapan lelaki itu hanya tersenyum. Dalam senyumannya seperti ada kepuasan mendengar kata-kata lelaki tadi.

"aku sudah menemukannya," ucap lelaki itu sembari memegang botol kaca yang terbuat dari Kristal dan ada cairan di dalamnya.

Lelaki yang ada dihadapannya menatapnya tidak percaya. Seperti pandangan meremehkan, sedangkan dirinya menyunggingkan senyumannya.

"jangan berbohong Cedric!" bentak lelaki itu.

Sedangkan lelaki itu – Cedric, dia terus saja menyunggingkan senyumannya. Tidak peduli fakta bahwa lelaki di hadapannya tidak percaya kata-katanya.

"mantra biru itu berasal Ariana Luffita. Tapi tentang mantra putih, aku sama sekali tidak tahu," ucap Cedric sembari menyimpan botol kaca itu kedalam saku.

"apa kau punya bukti tentang keberadaannya? Maksudku, apa kau benar-benar melihat gadis itu menggunakan mantra biru?" Tanya lelaki itu.

"tentu saja aku melihatnya," ucap Cedric dengan tatapan sinis.

Cedric sangat membenci orang yang tidak percaya kata-katanya. Walaupun terkadang dirinya sering berbohong, tapi dia tidak pernah berbohong mengenai hal yang serius.

***

"hei Ariana, apa aku boleh meminum ramuan itu?" Tanya Sabrina pada Ariana yang terus saja mengaduk-ngaduk ramuan sedari tadi.

"tidak boleh," ucap Ariana ketus.

Sabrina hanya bisa mengembungkan pipinya dan menggerutu. Ia tahu dirinya salah karena sudah berkata yang tidak-tidak tadi. Karena itulah Ariana menjadi ketus pada dirinya sedari tadi. Dirinya sudah meminta maaf tadi, tapi Ariana masih tidak memaafkannya dari tadi.

"maafkan diriku ini nyonya penguasa kerajaan awan," bujuk Sabrina. Tapi tidak ada hasilnya, Ariana tetap saja ketus padanya.

"sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap lelaki yang tiba-tiba masuk.

"kenapa? Karena insiden itu?" Tanya Sabrina.

Bukannya menjawab, lelaki itu malah mendekati Ariana. Sabrina bingung, kenapa kedua sahabatnya ini sangat menyebalkan hari ini? Dia sekarang seperti sahabat yang tidak dibutuhkan lagi sekarang. Jangan-jangan kata-kata yang dirinya katakana pada Ariana akan menjadi kenyataan. Kehidupannya sangat menyedihkan saat ini.

"aku juga akan pulang, Gio pasti akan pulang karena insiden yang terjadi pada kelompoknya," ucap Sabrina sembari membereskan tas nya.

"bukankah kau harus menemui kelompokmu dan minta izin pada guru?" Tanya lelaki itu.

"untuk apa aku menemui mereka sekarang? Dari awal berangkat aku langsung kesini, bahkan aku tidak tahu siapa saja yang ada di kelompokku," ucap Sabrina dengan polos.

Lelaki itu tersenyum mendengar kata-kata sahabatnya itu. Dia sudah terbiasa mendengar Sabrina seperti itu. Setiap ada kegiatan sekolah yang dikelompokkan, Sabrina tidak pernah sekalipun berbaur dengan kelompoknya. Walaupun kelakuannya agak aneh, Sabrina termasuk orang yang tidak suka keramaia. Karena itulah dia bersahabat dengan Ariana.

"kau akan mengajari Gio lagi?" Tanya Ariana pada Sabrina.

"ya, begitulah.. anak itu selalu menyusahkanku. Kalau dia tidak punya keterampilan seharusnya dia jangan punya keinginan menjadi wizard. Kenapa juga aku harus terlahir sebagai perempuan? Kalau aku terlahir sebagai lelaki, aku pasti akan menjadi wizard dari dulu," keluh Sabrina.

"kenapa kau seperti itu? Bukannya dia kembaranmu?" Tanya lelaki itu.

Sabrina hanya bisa menghela napas. Entah kenapa pertanyaan sahabat lelakinya itu membuat dirinya kesal.

"dia memang kembaranku, kembaran yang tidak berguna. Kenapa juga aku harus terlahir sebagai pendamping?" keluh Sabrina lagi.

"seharusnya kau berkata seperti ini 'kenapa tidak ada wizard yang ingin kudampingi'?" ucap lelaki itu sembari tertawa.

Rasa kesal Sabrina berlipat ganda ketika mendengar kata-kata sahabatnya yang merendahkannya. Fakta bahwa belum ada wizard yang mau ia damping membuat Sabrina sangat kesal

"sudahlah, lebih baik aku pergi dari pada mendapat hinaan darimu secara terus menerus," ucap Sabrina sembari pergi dari tempat itu.

"ah, aku juga harus pergi."

***

"bisakah kau membawanya padaku?" Tanya lelaki berjubah itu pada Edward.

"aku tidak ya—"

"CEDRIC! ALEX! GIO! DIMANA KALIAN?"

Teriakan Arcadia membuat Cedric tidak meneruskan kata-katnya. Dan membuat teman Edward menghilang seketika. Mau tidak mau iamenuju kea rah sumber suara.

"ya ampun, Suaramu membuat kepalaku sakit," ucap Cedric.

Arcadia mendelikan matanya. Dia sekarang malah memunggungi Cedric dan malah mengajak ngobrol Alex.

"cih, dasar perempuan," ucap Cedric.

"Alex, aku ikut naik permadanimu ya? Emlyn pasti dengan Cecillia dan Gio pasti memakai lingkarannya," bujuk Arcadia pada Alex.

"tentu saja boleh," ucap alex sembari tersenyum.

"lalu aku dengan siapa?" Tanya Cedric.

Bukannya menjawab, Arcadia malah mengajak Alex untuk bersiap-siap pulang. Dasar perempuan.

Ini kesempatan yang bagus, aku bisa mencari dan membawa Ariana dengan waktu yang singkat. Dan juga aku bisa mencari tahu keberadaan pemakai mantra putih

TBC

Maafkan author yang ngaret ini, author lagi banyak tugas jadi susah buat ngetik.

Makasih juga buat yang nanyain keberadaan pangeran Nico, dan pertanyaan kalian itu akan terjawab pada chapter mendatang~

Dan maaf chapter-chapter yang dulu aku private


THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang