13 •kegiatan wizard school (2)•

2.4K 255 10
                                    

Ria
Aku mengambil tas sampir yang lumayan kecil. Tapi, jangan salah. Tas ini bisa menampung banyak barang tanpa batas. Asal kalian tahu, sihir itu membuat segalanya menjadi praktis.

Aku melihat kertas dari Rio. Kemarin, team kami tidak berkumpul seperti team yang lainnya. Karena itulah, Rio sebagai ketua memberikan kertas berisi barang-barang yang harus dibawa.

Untuk Ariana Luffita :

Bawa barang-barang dibawah ini!
- pakaianmu untuk digunakan selama dua minggu,
- mantel yang tebal,
- makanan mentah
- tenda
- futon¹

(Barang-barangnya masukkan saja ke tas sihir. Kau bisa memintanya ke miss. Nurama)

Kau akan berangkat dengan Giovanni Russel. Rambutnya berwarna merah. Ingat, jangan salah orang!

Semua murid wizard school berkumpul di arena pertandingan pukul 07.00 am. Jangan terlambat!

Aku yakin, isi surat ke anggota lainnya tidak seperti ini. Mungkin, aku ini orang yang beruntung. Aku beruntung bisa tahu Rio yang asli. Rio yang keras kepala dan suka merengek. Terkadang, aku ingin tertawa saat membandingkan Rio yang sedang sekolah dan Rio yang sedang mengobrol dengan aku dan Dania. Bagaikan bumi dan langit.

Sekarang aku harus cepat-cepat ke arena pertandingan. Sekarang pukul 06.30. Lebih baik aku pergi ke arena pertandingan, supaya tidak terlambat.

Aku pun cepat-cepat keluar dari kamarku. Aku langsung berlari ke arena pertandingan. Belum banyak murid yang ada disana. Tapi, Rio sudah ada disini.

"Rio!" teriakku sembari melambai-lambaikan tanganku pada Rio.

Kenapa murid yang ada disini sudah memakai mantel tebal. Apa mereka tidak kepanasan? Rio juga sudah memakai mantel. Jadi, hanya aku saja yang tidak memakai mantel?

"Ada apa?" tanya Rio saat berjalan menghampiriku. "Mantelmu pakai. Jubahmu simpan di tasmu".

Aku menurutinya. Aku membuka jubahku lalu memakai mantelku. Ugh, ini sungguh panas.

"Kau.. Tidak membawa celana panjang?" tanya Rio. Aku menggelengkan kepalaku.

Aku membelalak kan mataku. Oh, aku lupa! Tapi, ini salah Rio tidak memberi tahuku. "Memangnya harus?"

"Tidak juga. Tapi, kalau memakai rok pendek kau akan kedinginan" ucap Rio.

Rio memang benar. Tapi, harus bagaimana lagi? Apa aku harus kembali ke asrama? Tapi, nanti aku akan tertinggal. Lagi pula aku harus segera mencari Giovanni.

"Tidak apa-apa Rio, ini sudah terlambat" ucapku lirih.

Rio mengeluarkan sesuatu dari tas nya. Oh, ternyata celana panjang. Apa!? Itu-

"Ini. Aku tahu kau tidak akan membawanya, kau 'kan ceroboh" ucap Rio sembari meledekku.

Aku mengembungkan pipiku. Lagi-lagi aku disebut ceroboh. Aku sangat tidak suka disebut ceroboh. Walaupun itu kenyataannya.

"Rio" ucap seseorang dibelakang kami. Kami membalikkan badan kami. Terlihatlah gadis yang memakai tas sampir seperti yang kupakai. Rambutnya panjang berwarna coklat, bola matanya berwarna coklat gelap.

"Kau siapa?" tanya Rio. Tapi, tidak seperti nada bicara saat bertanya padaku.

"Pearce" ucapnya singkat.

"Sampai jumpa" ucap Rio sembari menepuk pundakku. Mereka berdua pergi meninggalkanku. Ini sungguh menyebalkan. Gadis manis sepertiku ditinggalkan ditengah-tengah kerumunan.

THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang