SIX

416 17 0
                                    


ALVIN dan teman-temannya saat ini berada di dalam rumah tuan Alvin. Ya ... itu sebutan untuk menggoda Alvin tentunya. Siang ini. Siang yang cukup panas, membuat mereka gerah dan malas untuk melakukan sesuatu kecuali memainkan games. Padahal mereka harus berhadapan dengan soal yang rumit esok hari. Entahlah mungkin mereka lelah.

"Gue pengin berenang ah!" seru Galih membuat ke-tiganya menoleh kepadanya.

"Huh? Ada apa?" tanya Galih sekali lagi, ia bingung seratus dua puluh persen dengan tatapan temannya. Ambigu.

"Panuan lo!" seruan dari Dheka beralih pada ponsel di tangannya.

"Biang kringet muncul aja," sorakkan ini berasal dari Andra yang sedang membaca komik dengan ia cekikikan sendiri membacanya.

"Badan lo kaku, gimana tuh?" sahut Alvin setelah melongo dengan reaksi Galih tadi, kini ia beralih pada TV yang ada di hadapannya dengan menampilkan layar kartun.

"Ih kalian ..." kini ada jeda yang Galih akan berikan, "Sweet banget sumpah, kalian emang the best deh."

Dheka menaikkan alisnya, Andra tersedak saat meminum, Alvin. Tak beraksi apa-apa.

"Menjijikan sekali, bung," itu balasan dari Alvin. Datar.

Kembali, Dheka menoyorkan kepala Galih dengan sontakan dramatis. "Sejak kapan lo saking dramatis kayak gitu hah? Sejak lo jadian sama Keyta?" tawanya kini berderai.

"Keyta anjir, dia masih jadian apa udah pu—" belum sempat Andra menyambung kalimatnya tapi sudah terputus dengan omongan Galih.

"Gue NGgak sama sekali jadian jing sama Keyta, gue sama dia cuma ... yah kalian tau," jawabnya lelah beralih ia duduk di sofa tepat sebelah Alvin.

"Apa?" tanya Alvin menaikkan alis matanya yang terkesan kece.

"Kalian pasti bakalan goda gue," jawab Galih parau.

"Nggak bakal," jawaban Andra membuat Galih bersinar sinar layaknya cahaya, aduh.

"Gue dan dia bagaikan friendzone di tepi jurang, mau deketin takut si dia berpaling ke orang lain, dan akhirnya mundur-mundur sampai tepat belakang jurang, dan akhirnya gue tau ekspitasi gue nggak seusai dengan harapan dan akhirnya gue jatuh di jurang itu."

"Lah, bahasa lo ckck, leh ugha," Andra tertawa terpingkal pingkal mendengar ocehan Galih tadi.

"Tuh 'kan kalian bakalan ngetawain atau bakalan ngegoda gue abis gini, kalian bener bener PHP!" ngebom. Galih marah. entah marah sampai kapan mungkin juga semenit udah baikkan lagi. Kini Galih harus berhadapan dengan air di halaman belakang Alvin, yup! Kolam renang. Hal yang paling Galih senangi ketika cuaca sepanas ini menyinari ibu kota.

-----

Terdengar helaan napas dari sebrang sana, dan Kiena berdecak sebal dengan apa yang sahabatnya barusan kasih. Ia tetap menggenggam erat ponsel miliknya dan tangan kanannya memegang gelas berisikan air berasa yang segar.

"Gue harus apa?" tanyanya seolah anak kecil polos yang tak tahu bagaima bersikap yang sepatutnya.

"Ah, lo mah nggak bisa bersikap dewasa dikit, dia itu perlahan mendekati lo Caca, dengan lo berekspresi menyebalkan yang barusan lo ceritain, kemungkinan orang itu bakalan makin penasaraan dengan lo," saran Saskya benar juga, seandainya ia masih bersikap seperti itu pasti orang itu bakalan mendekatinya secara gak langsung.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang