FIFTEEN

206 15 0
                                    


-sweet moment-

------

IA melebarkan matanya ketika melihat sepasang mata manatapnya dengan senyuman manis di pagi hari, entah Kiena bermimpi apa semalam akan dijemput oleh pangeran yang siap dengan kereta kudanya, oh lupakanlah bayangan tentang itu. Dan di sinilah dia, dengan pakaian super urakan, bisa dibilang ia hanya memakai celana tidurnya dan kaos yang kebesaran yang ia kenakan dengan rambut ia jepol asal, bahkan muka bantalnya saat ini terlihat jelas, dan di sini Kiena hanya bercengir kuda layaknya orang tak bersalah apapun.

Kiena menyuruh pemuda itu untuk masuk dan menunggunya untuk mandi dan segalanya di ruang tengah, entahlah ia sangat suka jika pemuda itu menunggunya di ruang tengah, sangat terlihat taman belakang Kiena yang oh, bahkan sangat indah untuk dipandang, dan pemuda itu juga nampaknya sangat senang berada disini.

"Tunggu sebentar, gue nggak akan lama," itulah kalimat yang terakhir Kiena ucapkan setelah lima puluh sembilan menit bahkan hampir satu jam pemuda ini menunggu Kiena, apa mungkin ia akan melakukan hal aneh? Melakukannya di kamar mandi? ugh, lupakan.

Dan sekarang lihat, pemuda itu tampaknya sangat santai dengan kaos berwarna hitam-putih, celana jins yang tampaknya senada dengan kaos dan sepasang sepatu juga senada dengan atasan yang ia pakai, serta jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, uh sangat tampan bukan?

"Alvo?" panggil seseorang yang sekarang tepat di sampingnya, perempuan paru baya tengah menatapnya lembut dengan helaian rambut yang menggantung di kepalanya, perempuan ini adalah Ibunya Kiena yang menurutnya sangat cantik.

Alvo tersenyum semringah tatkala melihat Dina menampakkan wajah dan senyuman yang sangat manis, bahkan ia menganggap Dina sebagai Ibunya sendiri, oh betapa bahagianya dunia ini.

"Ya, Tante, apa kabar?" tanyanya tersenyum manis.

Dina membalas senyuman itu dengan khas. "Sangat baik, bagaimana denganmu?"

"Seperti yang Tante lihat, bahkan Alvo mengajak Kiena jalan-jalan hari ini," senyumnya lagi-lagi tak berhenti untuk ia sembunyikan.

"Start yang sangat baik," tampak senyum jahil berada di bibirnya saat ini, sangat mengejutkan, bahkan Alvo tersenyum juga, dan saat itu Kiena turun dari tangga dengan pakaian yang Alvo lihat sehari-hari, ya bisa kalian tebak kalau Kiena akan mengenakan kaos berwarna putih dengan balutan di luarnya kemeja panjang dengan kancing yang ia sengaja lepaskan, dengan lengan panjangnya ia sengaja gulung sampai siku dan celana jins tentunya oh bahkan sekarang ia memakai snikers untuk alas kakinya, serta tas selempang selalu menemaninya kemanapun ia akan pergi, dan yah satu hal lagi rambutnya yang ia sudah rapi untuk dikucir menjadi satu.

"Nggak pernah berubah," ucapan itu terdengar hingga ke alat pendengaran Kiena yang sekarang nampak sangat santai mendengar kalimat itu.

"Kalo nggak suka, ya udah," itulah pikirnya setelah Alvo mengutarakan itu, ia lantas mencium punggung tangan Dina dengan sopan lalu beranjak keluar tanpa mempedulikan Alvo yang masih mengomentarinya.

"Astaga, apa lo sebaper itu?"

"Nggak."

"Trus? Lo marah?"

"Buat apa?" tanyanya dengan nada yang sok disiniskan, bagaimana bisa ia marah kepada sosok laki-laki yang sangat ia sayangi, bahkan untuk sekarang ia jatuh dalam hal percintaannya dengan Alvo.

"Nggak usah disinisin lah, muka lo tambah jelek tuh," ucapnya menggoda Kiena, apa yang Alvo perbuat untuk saat ini? Marah saja tidak bisa karena Kiena terlalu lucu dan gemesin untuk di ajak berantem.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang