You and Music - One Shoot

70 4 1
                                    

Zidan sedang asik memetik gitar usangnya dengan hikmat dan terkesan sangat serius, hal ini yang sering ia lakukan ketika tidak ada ujian atau try out yang mengganggu hidupnya akhir-akhir ini. Bermain gitar diruang tengah dengan beberapa kertas kosong serta pulpen yang ada dihadapannya adalah salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh Zidan. Ah ya, dia sangat menyukai musik.

Tapi, semenjak dilanda dengan kegalauan banyaknya try out serta ujian tingkat mana pun, hobinya ini jadi ketunda. Dan membuatnya muak.

"Bang, anterin Saskya ke rumahnya Caca yuk?" adiknya ini salah satu dari banyaknya pengganggu hidup Zidan.

"Yuk."

Dan bagaimana pun kesibukkan Zidan, usaha untuk bertemu Kiena akan ia lakukan bagaimana pun itu caranya.

-----

Kedai kopi di salah satu sudut Ibu Kota yang tenang dan nyaman ini, membuatnya betah berlama-lama walaupun ia sudah duduk di sini kiranya satu jam lebih dengan mata yang tak lepas dari senar gitar yang baru saja ia ganti kemarin dengan tangan yang tak henti-hentinya menggerakkan tanggannya pada pulpen dan menulis bait demi bait pada kertas kosong, dan menampilkan beberapa not lagu yang ia ciptakan sendiri.

Hanya ditemani satu cangkir kopi espresso, sudah memperlengkap permainan gitarnya di dalam kedai kopi. Aneh, pengunjung ini beda dari yang lain. Oh ayolah, biasanya pelanggan yang datang ke sini atau hanya sekedar memesan menu di sini tidak seaneh dirinya. Menurut barista yang berada di kedai ini, biasanya pelanggan akan memesan menu lalu berkutat pada tugas-tugas atau hanya sekedar mengobrol ringan dengan pelanggan lainnya, lain hal dengan Zidan yang lebih memilih untuk berkutat dengan gitar usangnya. Harusnya ia tampil pada panggung kecil yang berada di sudut kafe. Tapi, ia mengurungkan niat tersebut. Karena satu hal, ia tidak percaya diri.

Bunyi kelonceng yang berasal dari ambang pintu, tidak membuatnya menoleh pada asal pintu itu. Ia tetap saja kekeh dengan kertas di hadapannya dan beberapa kali ia salah memetik senar gitarnya tersebut.

"Sial," dengusan macam ini, biasanya jika ia salah menata not lagunya serta pusing memikirkan bagaimana menciptakan lagu yang enak didengar serta membuat penikmat lagu, santai mendengar lagu yang ia ciptakan sendiri.

Ia menggaruk kepalanya asal, nampak ia sangat lelah, lalu dengan satu tarikan napas ia menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menutup matanya sejenak untuk menghilangkan rasa letihnya.

"K-kak Zidan?"

Zidan membuka kelopak matanya, tampak seorang perempuan cantik dengan baju terusan berwarna biru, rambut ikal bawahnya membuat perempuan di depannya sangat sempurna.

Malah. Sekarang, Zidan menaikkan alisnya heran, lalu dengan satu kedipan mata, ia baru menyadari bahwa di hadapannya ini adalah perempuan yang baru-baru ini dekat dengannya.

-----

"Luka-nya udah sembuh 'kan?" tanyanya melihat mata indah sang perempuan ini, aneh.

Gadis yang di hadapannya sekarang malah tersenyum kecil lalu dengan cepat ia berkata, "Udah, berkat Kakak jadi nggak sakit lagi."

Zidan hanya tersenyum, menampakkan dua lesung pipinya yang dalam memperindah senyumannya. "Gue nggak bisa lama, tapi kalau mau ketemu lagi bisa kok."

"Sibuk ya?" ada nada kecewa pada gadis ini, tapi gadis ini tidak sama sekali menampakkan kekecewaannya, tapi malah menanyakan dengan senyuman dan intonasi yang lembut.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang