SEVEN

262 16 2
                                    


SASKYA tampak menimbang-nimbang cemilan yang ada di depannya saat ini, apakah ia akan membeli chiki yang ini apa yang itu, sontak membuat Zidan geram dengan perlakuan adiknya itu. Dan lagi, tampak Saskya yang hendak akan mengambil minuman, membuatnya gondok setengah mati.

"Oh Saskya, cepetan kenapa sih, kalau mau pilih yang itu ya yang itu nggak usah labil," omel Zidan lagi-lagi melihat Saskya seperti itu.

"Gue 'kan mau dua-duanya tapi lo malah nyuruh satu doang, huh!" desisnya melihat Zidan yang terlihat kikuk di depannya.

"Okay dua, biar cepet," dengan gontai ia berjalan ke kasir melihat Saskya seperti itu ia hanya memutarkan kedua bola matanya.

Dengan sorai sorai bergembira Saskya mengikuti abangnya ke meja kasir, sampai disitu ia melihat cokelat yang tersusun rapi dengan gaya memohon andalannya membuat Zidan capek sendiri melihat perlakuan Adiknya seperti itu. Seperti anak kecil saja.

"Bang Zidan baik sama Saskya!" celotehnya sepanjang antrean kasir.

"Gue nggak lagi ajak lo ke supermarket!" begitu sadiskah ancaman Zidan kepada dirinya? Oh sangat disayangkan Saskya tidak terkecoh dengan omongan Zidan barusan.

"Iya, aku udah ambil nih susunya, kamu mau apa lagi cepet, antriannya tumben panjang nih," suara di belakang Saskya membuatnya menoleh kebelakang.

Serem. Itulah kata yang ia katakan pada manusia di belakangnya.

"Yayaya, air soda nggak bagus, Gi, buat kondisi badan kamu saat ini, udah minum susu sama air putih aja ya?"

Entah seberapa kalinya ia bergeram mendengar pembicaraan orang itu dengan penelpon yang disebut 'Gi' itu.

"Okay, akan aku ambil buah, tapi sampai rumah, Gia, bakalan makan buahnya dan minum susunya ya? Dan oh, di rumah nanti aku bakalan buatin sayur ya? Biar kamu sehat, Gi," ocehannya terlalu mengusik telinga Saskya.

"Oke, sampai nanti."

Dengan cepat Saskya membuang pandangan dan mengalihkan pada Zidan yang hendak membayar barang bawaannya.

"Udah, Bang?" tanya Saskya melihat Zidan yang hendak membayar.

"Lo nggak liat gue lagi ngapain?" jawabannya ketus sekali. Oh. Mau main-main anak ini dengannya.

Untuk kesekian kalinya Saskya memutarkan bola matanya dengan kesal.

"Ayok pulang," ucapan Zidan membuat lamunannya buyar.

"Eh, iya."

"Weh mas, mba, tunggu, itu plastik satunya nggak dibawa?" tanya orang di belakang Saskya tadi 'si serem'.

Sontak keduanya menoleh mendapati orang itu dan sekantong plastik yang berisikan minuman, membuat Saskya dengan cepat mengambil kantong tersebut.

"Tunggu," ucap orang itu.

"Zidan?" tanyanya melihat abangnya sedang memerhatikan Saskya.

Zidan sontak mengekerutkan keningnya, sedangkan Saskya bingung sendiri dengan 'si serem' itu memanggil nama abangnya dan katanya sok kenal banget.

"Oh! Lo Afza?" tanya Zidan melihat Afza yang sedang menunggu jawaban Zidan, sontak keduanya bersorai senang, mereka sudah lama tak jumpa dan makanya seperti ini.

"Apa kabar lo?" tanya Afza nama si serem itu.

"Baik, bro, lo?"

"Alhamdulilah baik banget," jawabnya antusias.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang