DIA, dia selalu berada di pikiranku saat ini. Dia yang selalu aku tunggu dari dulu. Dia seketika menghilang entah kemana, meninggalkanku sendirian tanpa jejak, matanya yang coklat legat, bulu mata lentik ditambah dengan hidung yang mancung serta alis mata yang tebal. Itulah Dia, kenapa dia tiba-tiba meninggalkan ku, oh bukan. Dia memang sengaja. Kita terpisah. Oleh waktu.
Seketika suara anak-anak kelas 6-A menyeruak membuat heboh satu kelas dengan teriakkan anak-anak akan hasil nem mereka, dan segala piala yang mereka terima, segala prestasi yang mereka dapati setelah enam tahun bersekolah disini. Iya ini di SD.
Kiena, ia ingin menangis saat teman-temannya pergi meninggalkannya, bukan, mereka akan melanjutkan sekolah mereka ke jenjang yang lebih tinggi, dan ini yang ia takutkan akan perpisahan. Ia melihat dia dipojokan sambil bergurau dengan kawanannya, dengan menenteng piala yang ia banggakan akan kesuksesannya.
"Ca!" panggil seseorang dari belakang. Oh dia.
Kiena tersenyum saat bulir air matanya sudah diujung dan siap-siap terjun ke pipinya. "Ya?"
"Lo nangis?" tanya Alvo. Ya dia namanya Alvo.
Kiena kecil menggeleng manis, membuat semburat merah tertera di gadis kecil ini melihat Alvo tersenyum manis kepadanya.
"Beneran?" tanyanya sekali lagi tak percaya.
Kiena mengangguk.
"Lo mau lanjutin sekolah kemana?"
"Bakalan ngelanjutin sekolah yang dekat rumah, Vo, lo sendiri?" tanyanya penasaran.
Alvo menggigit bibir bawahnya, terlihat gugup untuk melanjutkan kata selanjutnya, ia paham betul akan sikap Alvo seperti ini. "Ehm, aku-"
"Hahahaha, sejak kapan lo panggil gue dengan sebutan aku-kamu, Vo?" tawa Kiena berderai mendengar Alvo mengucapkan kata itu. Terlihat manis sih.
"Aku serius Kiena! kamu harus dengerin aku, dan jangan ketawa," desisnya menggenggam tangan Kiena.
Kiena sudah mulai bisa menstabilkan tawanya saat ini, ia kembali ke sikap datarnya. "Oke, ada apa?"
"Aku, bakalan ...," jedanya melihat Kiena nampak antusias melihat matanya lekat-lekat. "Pindah, ya pindah."
Kiena melepaskan genggaman tangannya dari Alvo, diam. Hening beberapa saat.
"Gue kira, lo bakalan janji akan ngejagain gue," jawabnya masih datar. "Dan gue berasumsi soal itu, tapi lo malah ninggalin gue, Vo."
"Astaga, gue ...," Alvo ingat betul kapan mereka mengikat janji persahabatan. "Lupa soal itu, tapi ini menyangkut masa depan gue, oke? Gue bakalan pindah ke Sumatra."
Tawa Kiena lantas berderai begitu saja mengingat Alvo hanya bercanda. "Lo bercanda 'kan Vo? Ya 'kan?"
"Gue serius."
DEG.
Kejadian itu. Dan mimpi itu kembali datang kepadaku, membuat seluruh tubuhku basah akan keringat. Keringat dingin, aku takut.
Dia, dia yang selalu dipikiranku setiap hari bahkan setiap saat, sampai detik ini. Tak akan berpaling dengan orang lain. Aku yang sampai detik ini masih menunggu kedatangan dia kembali.
Pertanda, Natasha Kiena.
===
a/n
Haloha! Salam kenal untuk semuanya, gimana dengan prolognya yang absurd abis ini? Btw, gue baru pertama kali buat cerita disini. Jadi maaf kalau banyak typo atau kurang jelas dalam penulisan.
Vote dan comment sangat ditunggu!
26-11-2015
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNATA
Fiksi RemajaKisah seorang gadis lugu, cantik dan konyol tentunya, dalam masa SMA nya yang seperti kata orang adalah masa paling indah, justru membuat sang pemilik nama Kiena ini kebingungan dengan adanya tiga laki-laki yang masuk ke dalam kehidupannya. Membuatn...