KIENA hanya terdiam menatap jalanan penuh kemacetan, berhubung hari ini adalah hari Jumat dan banyak orang keluar untuk mencari hiburan karena besok adalah weekend, hanya ada suara radio yang memecahkan keheningan malam di dalam mobil milik Alvo ini.
Ya, mereka sedang menuju kafe yang sudah Alvo siapkan, karena hari ini adalah acara nge-date mereka, entah mau dibilang nge-date atau pertemuan kecil semata, yang pasti mereka akan membicarakan sesuatu yang penting atau hanya mengobrol seperti anak remaja pada umumnya.
"Kok canggung gini ya?" Kiena membuka pembicaraan akhirnya. "Oh, gimana tentang Sumatra, hm?
"Hm, gue udah balik sejak kelas 9 lalu," jawabnya.
"Tapi lo baru hadir, menyebalkan!"
Alvo melihat ekspresi Kiena saat ini, sama sekali tak ada yang berubah, hanya datar. "Maaf maaf udah hilang dari kehidupan lo, tapi sekarang gue balik lagi kan, hm?"
Kiena hanya tersenyum tipis, mungkin bisa dilihat sekilas tidak seperti ia tersenyum. "Em, kita mau kemana emang?" tanya Kiena mengalihkan pembicaraan.
"Yang pasti gue bakalan bawain lo ke tempat makan kok, gue udah tau jelas kesukaan lo, Ca," senyum Alvo seketika mengembang ketika mengingat betapa lucunya ia mengingat Kiena dahulu.
"Lo sekarang beda ya," pernyataan yang membuat Kiena bungkam. Alvo sama sekali tak melihat wajah memerah Kiena sama sekali, ia hanya melihat jalanan didepan yang terkadang berhenti karena macet.
"Yakali gue masih bocah seperti dulu."
"Tapi, gaya lo masih sama seperti dulu, masih rada bocah!" tampaknya senyuman kecil lagi lagi terarah ke Kiena.
Kiena cemberut dengan pernyataan Alvo barusan, refleks Kiena menabok bahu Alvo dengan keras.
"Dan pukulan lo yang masih seperti dulu, masih belum berubah."
Sontak pipi Kiena mendadak menjadi merah. "Trus apa yang membuat gue berubah? Sementara lo masih menganggap gue sama seperti dulu."
"Penampilan lo mungkin," jawabnya sekenanya.
"Penampilan? Emang seperti apa?"
"Gue nganggepnya dulu lo seperti laki-laki, tapi sekarang lo feminim sedikit doang sih."
"Apa lo suka dengan cewek yang feminim?" tanya Kiena ragu penuh harap dan membuang muka ke arah jendela.
-----
"Vin!" panggil seseorang dari bawah.
"Ya," sesaat setelah itu ia menuju ke asal suara, mendapati yang memanggilnya itu adalah ibunya.
"Kenapa, Ma?"
"Kamu tolong jemput adik kamu sekarang Vin, Mama mohon."
Alvin berdecak. "Buat apa Mama jemput Athan sekarang? Nggak ada gunanya, Ma."
"Mama tau soal permasalahan itu Alvin, tapi ini sudah lebih dari setahun kamu melarang Athan untuk tinggal di sini."
"Nggak."
"Kenapa, sayang?" tanya Rina dengan kekhawatiran luar biasa.
"Karena aku nggak suka ngeliat Athan menganggapku sebagai sampah atau apalah, Athan menganggapku bukan sebagai Kakaknya, Ma. Aku nggak suka," pernyataan yang sontak membuat Ibundanya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNATA
Teen FictionKisah seorang gadis lugu, cantik dan konyol tentunya, dalam masa SMA nya yang seperti kata orang adalah masa paling indah, justru membuat sang pemilik nama Kiena ini kebingungan dengan adanya tiga laki-laki yang masuk ke dalam kehidupannya. Membuatn...