FOURTEEN

176 14 0
                                    


this new chapter, and happy reading guys!

-------


KIENA meratapi sepatu hitamnya, seraya melirik ke arah samping yang ternyata sama diamnya, ia sempat bingung kenapa Alvin membawa dirinya ke taman ini, kenapa tidak sekalian saja mengantarkan dirinya langsung ke rumahnya? Toh, kalau langsung pulang, ia bisa langsung terkapar di tempat tidurnya dengan selimut yang tebal, oke lupakan bayangan itu.

"Jadi, lo buat apa ngajakin gue ke sini? Bukannya lo janji untuk nganterin gue balik?" tuturnya geram melihat Alvin yang masih lurus ke depan.

Alvin berdeham pelan seraya menyisir rambutnya dengan tangannya. "Mau es krim?"

Dengan antusias Kiena mendongak dan mendapati Alvin masih menatap ke depan, matanya berbinar dikala Alvin mengatakan hal semacam itu. "Mau!"

Alvin beranjak dari duduknya dan siap untuk membeli es krim yang berada di sekitaran taman, tak lama ia kembali dengan membawa dua cone ice cream, yang satu rasa green tea dan satu lagi rasa chocolate.

"Lo suka rasa apa?" tanyanya seraya menyodorkan kedua ice cream tersebut, Kiena dengan antusias melebarkan matanya ketika melihat ice cream di hadapannya. "Gue suka coklat! Dan gue pilih ini."

Alvin terkekeh geli dengan perilaku kekanakan yang dimiliki oleh Kiena ini, entah kenapa sekarang ia lebih nyaman bila berada di dekatnya,entahlah.

"Jadi, balik ke topik, lo kenapa ajak gue ke sini?" tanyanya seraya menjilati ice cream dihadapannya, tatapannya masih fokus pada lumeran ice cream.

Terdengar helaan napas berat dari sisi kanannya, entahlah, mungkin ia akan membicarakan topik ini dengan serius. "Hm, gue hanya ingin bercerita dan gue rasa lo bisa ngasih gue pendapat atau apalah itu."

Kiena mengernyitkan alisnya heran dengan perilaku Alvin saat ini, bagaimana tidak? Jelas-jelas Kiena ini adalah manusia yang sangat aneh, Alvin memintanya untuk memberikan pendapat, yang benar saja.

"Terdengar serius."

"Mungkin."

"Jadi?" Kiena menautkan alisnya sejenak, dan meratapi setiap detail wajah Alvin yang nampaknya benar-benar serius.

Alvin terkekeh melihat wajah Kiena yang juga sama-sama serius, namun wajah seriusnya mungkin terlihat lebih absurd, "Jangan memperlihatkan wajah konyol lo itu, Nat."

Kiena menyadarkan omongan Alvin itu, dan apa yang terjadi, Kiena hanya menautkan alisnya tak mengerti, apa yang konyol dari wajahnya ini?

"Sudahlah, sekarang apa?"

Ia nampak menimbang omongan yang akan diutarakan nantinya, wajahnya sangat serius, dan disitulah wajah yang memang sudah tampan, malah makin tampan lagi, membuat pipi Kiena merona padam dikala ia dulu sempat menyukai cowok di hadapannya ini, entahlah apa mungkin rasa suka sesaat atau selamanya, ia bahkan tidak mengerti dengan perasaannya saat ini.

"Lo banyak masalah ya?" tebak Kiena langsung tanpa ada aba-aba dari Alvin, tampak Alvin mengkerutkan keningnya sejenak melihat Kiena yang langsung mengutarakan itu kepadanya, dengan tatapan aneh Kiena menjelaskan. "Gue tau dari raut wajah lo, Vin, jangan tanyakan hal itu."

"Baiklah," senyuman kecil terbit di bibirnya saat ini.

"Cerita sama gue!" serunya seperti anak kecil.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang