TEN

206 12 2
                                    


"LO?" Kiena dengan cepat melebarkan kedua matanya, gimana nggak kaget, tiba-tiba spesies ini muncul di hadapannya dan lagi, dia membangunkan dirinya dari alam mimpinya.

Spesies itu tersenyum konyol layaknya orang gila, entah berantah spesies ini muncul kayak siluman saja.

"Nggak usah kagetan gitu juga kali, biasa aja," jawabnya, yang sekarang lagi nyantai-nyantainya duduk manis di pinggir kasur yang berada di sebelah kasur Kiena.

"Lo ngapain di sini?" tanyanya dengan kasar.

Pemuda itu tersenyum miring. "Ya, gue tadi pingsan, eh—nggak deng pura-pura doang."

Kiena memutarkan kedua bola matanya, eneg juga dia lama-lama kalau di sini, dengan berjalan gontai ia keluar dari UKS, tapi ... kenapa pala gue jadi berat gini? Eh kok pusing? Eh ehh ....

Bruk.

Semua hitam, nggak ada pencahayaan di sini, entah kenapa badannya ringan dan, ada seseorang yang menggendongnya, tapi matanya terus menutup sampai akhirnya tidak melihat siapapun.

-----

Spesies itu di mana? kok gue nggak liat dari tadi? pas awal masuk doang gue liatnya, eh kok gue jadi mikirin spesies itu? Pikirannya sekarang menjadi ke mana-mana, mendengar tadi upacara bendera ada yang pingsan sekaligus dua, lo bayangin satu lagi cowok woi.

Dengan berlari kecil ia menuju lapangan, melakukan aktivitas setiap minggunya, ya olahraga, pelajaran ini cukup menyenangkan, malah ingin setiap hari melakukan ini.

Tuh 'kan, dia nggak ada di saat pelajaran olahraga, oke gue berasumsi bahwa dia masih di UKS, dan yah apa daya, gue nggak bisa liat itu spesies.

"Vin, lo kenapa sih?" tanya Andra seraya memainkan bola basketnya.

"Eh?" tanyanya karena lamunannya buyar.

Andra berdecak sebal kala Alvin seperti orang kesetanan seperti itu. "Lo tadi denger nggak instruksi pak Ferdi, hah?"

"Hah? Instruksi?" tanyanya gelagapan. Rasanya Andra untuk sekarang ini lebih memilih untuk membunuh orang di depannya saja.

"Lo ambil bola basket lo, sekarang tanding lima orang lima orang, dan lo masuk ke tim gue, lo jangan buat gue jadi marah deh gara-gara lamunan lo itu, buat tim kita jadi menang, oke?" jelasnya panjang lebar.

"Hm," hanya itu gumaman yang di berikan oleh Alvin seraya ia mengangguk dan mengambil lemparan dari Andra.

Setelah tanding basket antar tim, kini dirinya tengah istirahat di pinggir lapangan, dengan baju penuh keringat dan bau ketek , ia menegukkan sebotol air dan langsung ia habiskan begitu saja, begitu capekkah bermain basket?

"Hai Alvin, nih gue bawain minuman segar buat lo, lo mau 'kan?" tanya seseorang di hadapannya, cantik, tapi centil abis, dan Alvin nggak suka.

Alvin mendengus ketika cewek centil itu duduk di sampingnya sambil memberikan sebotol air mineral. "Nggak, lo pergi sana."

Perempuan itu cemberut dengan apa yang diperlakukan oleh Alvin barusan dengan setengah hati ia masih sabar dengan perlakuan Alvin ini.

"Gue bilang, lo pergi, jangan ganggu gue," sergahnya setelah itu mengelap keringatnya.

"Vin, sebaiknya lo pake sapu tangan gue deh, dari pada lo elap pake baju lo sendiri yang bau apes itu, iuh," jijiknya melihat Alvin seperti itu.

KUNATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang