Wednesday, 16 September 2015
(A/N : Mulai hari ini perhatikan tanggalnya ↑ yaa ;))
*
Runa mengambil sebuah sweater warna abu-abu yang tersimpan rapi di dalam lemarinya, dan mencium aroma sweater itu.
Wangi mint.
Runa sengaja tidak mencuci sweater itu, agar wangi Harry masih melekat disana. Ada beberapa pakaian Harry yang sengaja dia ambil agar dia bisa memakainya saat dia merindukan Harry.
Pagi ini, dengan skinny jeans hitam yang memperlihatkan kejenjangan kakinya, ditambah dengan baju kaus yang dibalut sweater oversized Harry, plus sepatu converse dan snapback, Runa berjalan keluar kamar dengan menggendong ransel di punggungnya. Lea sudah diantarnya tadi, karena hari ini Runa mendapat jadwal kuliah siang. Dia bahkan tidak terlihat seperti anak kuliahan sekarang.
Runa duduk di sofa ruang tamu, karena sekarang baru jam sembilan sedangkan kuliahnya dimulai jam sepuluh. Sambil memainkan ponselnya, Runa memikirkan berbagai macam hal di dalam otaknya. Dia lalu mematikan ponselnya, dan merogoh sakunya untuk mengambil selembar kertas yang dilipat, dan pena.
Dia membuka kertas itu, dan tampaklah tulisan yang cukup rapi tentang hal yang sudah dia mengerti. Gambar teratas adalah silsilah keluarga mereka, lalu fakta-fakta yang sudah dia ketahui dan hubungan-hubungan dari satu rahasia ke rahasia yang lain. Runa jadinya mengerti dengan maksud Margareth soal koneksi, karena ya, semuanya saling berhubungan disini.
Hanya saja, masalahnya sekarang adalah, siapakah yang harus Runa percayai?
Orang yang memberikannya banyak info adalah Margareth, dan hanya itu saja yang tantenya itu ketahui. Lalu Ed, dia membeberkan lebih banyak teka-teki yang sulit dipahami, dan Runa tidak tahu pada siapa dia bisa menemukan jalan keluar dari teka-teki Ed. Dia tidak berencana untuk segera kembali ke rumah Edward, karena menurut perkiraannya, pria itu akan muncul di hadapannya, atau membawa pesan lain. Runa rasa dia akan beristirahat dulu untuk sementara. Semua hal ini membuatnya bingung, dan untuk menemukan jawaban yang tepat, dia harus memikirkannya dengan otak dingin.
Situasinya sekarang tidak se-aman itu. Dia harus, harus istirahat. Sebelum emosi mengambil alih pikirannya dan semua menjadi kacau.
Yang harus Runa ketahui sekarang adalah, mencari cara agar Ed mau buka mulut, barulah dia membujuk laki-laki itu untuk pulang.
Runa hanyut terlalu jauh ke dalam pikirannya, sampai-sampai ketukan di pintu apartemennya tidak dia sadari. Dia baru sadar saat orang di luar sana mulai berteriak.
Dari suaranya, Runa tahu siapa itu dan senyumnya merekah.Dengan semangat Runa berjalan menuju pintu dan membukanya, benar saja.
"Zayn!" Runa menyapa kakak tirinya itu, dan memberikannya pelukan kecil. Lalu dia mempersilahkan Zayn masuk.
"Ada apa? Tumben," Runa menaikkan alisnya, dan Zayn terkekeh.
"Baiklah. Aku tidak akan lama, kuliahmu dimulai sebentar lagi. Begini, dalam rangka acara pertunanganku nanti, aku ingin melakukan sesuatu," Zayn mengerling dan Runa membuat ekspresi seolah-olah ingin muntah, tapi Zayn tidak peduli. Dia terus melanjutkan."Aku ingin ikut balapan untuk terakhir kalinya." Mata Runa membulat mendengar permintaan Zayn, dan dia mengedipkannya beberapa kali. Berbeda dengan dulu, Runa sekarang tidak terlalu bersemangat ketika mendengar kata 'balapan'. Tidak ada lagi api kecil yang tiba-tiba berkobar ketika mendengar kata ajaib itu.
"Lalu apa hubungannya denganku?" Runa bertanya dengan nada bingung, dan Zayn tersenyum singkat. Tapi setelah itu bibirnya maju beberapa senti, membuat puppy face ala Zayn Malik.
"Pinjam kartumu." Zayn mengatupkan tangannya di depan dada, guna memperlancar jurus mautnya. Runa menghela nafas kasar dan tertawa lepas.
"Santai saja, akan kupinjamkan. Tapi kau bayar gantinya," Runa mengangkat bahunya, dan Zayn yang duduk di sebelahnya langsung memeluk Runa dari samping.
"Iya, nanti aku bayar. Balapannya nanti tanggal 25 September. Terimakasih!" Zayn memeluk Runa dengan erat, dan Runa berusaha sekuat mungkin mendorong kepala Zayn agar menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You Home [Sequel To NEY]
FanfictionRuna kini sudah berada dalam masa-masa kuliahnya, sendiri. Harry memang sudah tidak ada, tapi permintaan Harry akan selalu diingatnya, untuk menemukan Edward. Masalah pertama sudah diselesaikan, Runa berhasil menemukan pria itu. Tapi maukah Edward...