Bonus Chapter [1]

1.2K 208 11
                                    

Monday, 21 September 2015

Runa memanyunkan bibirnya ketika melihat daftar to-do listnya sendiri, dan menyadari kalau dia memiliki beberapa tugas kuliah. Huh.

"Leaaaa, helpp meeeee.." Runa berteriak dari dalam kamar, tapi kemudian sadar kalau Lea tidak ada. Sepupunya itu sedang keluar dengan Niall, lagi.

Runa mendengus kesal. Dia sedang tidak di dalam mood untuk mengerjakan tugas-tugas itu.
Gadis itu membiarkan tubuhnya jatuh ke atas tempat tidurnya, dan menutup mata. Dia menghela nafas panjang, dan matanya terasa sangat berat untuk dibuka.

Di dalam benaknya kembali terputar kejadian-kejadian malam minggu itu, saat Ed mengajaknya keluar. Runa tersenyum mengingat itu, dan entah kenapa dia langsung mengecek ponselnya, berharap ada pesan yang masuk atau semacamnya.

Setelah dia menangis hari itu, Ed pun mengantarnya pulang, dan menemani gadis itu sampai keesokan harinya. Tapi dia pulang tepat pukul lima pagi, sehingga Lea tidak bertanya-tanya soal siapa dirinya. Dan dia tidur di sofa jadi jangan berpikiran macam-macam.

Benar saja, ada satu pesan yang masuk, dan senyum Runa mengembang seketika.

From : Ed - Ada waktu?

Runa memutar bola matanya dengan gemas ketika melihat pesan Edward yang singkat, padat dan jelas itu. Dengan lincah jarinya menari-nari di atas papan keyboard.

To : Ed - Ada. Kenapa?

Runa mengulum senyum, karena biasanya ketika Ed bertanya seperti ini, dia akan mengajaknya keluar. Sisi menguntungkannya adalah Ed jarang berjalan-jalan di kota, jadi dia punya banyak 'tempat persembunyian' di daerah pedalaman dan Runa suka petualangan.

From : Ed - Tunggu aku di parkiran depan.

Tanpa menunggu apa-apa lagi, Runa langsung bangkit dari tempat tidur, dan lekas-lekas memakai sepatunya, lalu mengambil helm. Setelah itu dia berlari keluar kamar dan tidak lupa menguncinya.

Senyum Runa terus terukir di wajahnya ketika dia keluar dari lift dan sedikit berlari menuju pintu keluar lobby, dan senyumnya tetap ada ketika melihat sosok Ed di parkiran, masih duduk di atas motornya sambil memainkan ponsel.

"Oi!" Runa menepuk pundak Edward dengan harapan agar pria itu terkejut, tapi tidak. Tanpa menunggu apa-apa lagi Runa langsung naik ke atas motor, dan Edward membawanya pergi.

"Kita mau kemana?" Runa bertanya -setengah berteriak- kepada Ed diantara deru angin yang menghantam wajahnya, dan Ed menoleh sedikit.
"Tempat persembunyianku yang lain."

Runa tersenyum mendengar itu, karena tempat persembunyian Edward selalu menjadi misteri baginya.

Tak lama kemudian, motor Ed berhenti, di tempat yang sama seperti malam Minggu kemarin. Runa melepaskan helmnya sambil menatap ke sekeliling, tempat ini sangat jauh berbeda saat siang hari.

"Ayooo." Ed melambaikan tangannya di hadapan wajah Runa yang melamun, lalu melompat duluan ke bukit di bawah jalan, diikuti oleh Runa. Keduanya berjalan dalam diam, menikmati hangatnya matahari sore yang menerpa kulit melalui rindangnya pepohonan. Runa berjalan di samping Ed sambil sesekali menebak-nebak kemana mereka akan pergi, karena sepertinya letak gazebo yang mereka datangi beberapa hari lalu sudah dilewati.

"Ed, kita mau kemana?" Runa bertanya, merapatkan jaraknya dengan Ed. Mereka makin masuk ke dalam hutan, dan jumlah pohonnya berkurang. Mereka seperti berada di lapangan bundar dengan pohon yang mengelilingi bundaran itu.

"Kesana." Ed menunjuk ke depan mereka, dimana ada sebuah pohon besar yang Runa tidak tahu namanya, berdiri tegak disana, lebih tinggi daripada pohon-pohon lain.

"Kau bisa memanjat kan?" Ed bertanya, dan Runa yang masih sibuk memandangi pohon itu mengangguk. Pohon itu tidak begitu tinggi, so no problem.

Keduanya sampai di bawah pohon itu, dan ada tangga yang terbuat dari tali disana.

"Kenapa kau punya banyak tempat persembunyian?" Runa bertanya sambil melangkah ke depan, bersiap-siap memanjat pohon itum

"Entahlah, kadang aku hanya bingung mau kemana, dan pada akhirnya aku berakhir disini." Ed terkekeh, lalu ikut memanjat setelah Runa sudah berada sedikit di atasnya. Pohon ini tingginya hanya sekitar 15 meter, lumayan.

Begitu sampai di atas, Runa mendorong tubuhnya untuk naik ke dalam rumah pohon, lalu membantu Ed. Rumah pohon ini memiliki langit-langit yang cukup tinggi, sehingga Runa tidak perlu membungkuk. Dia hanya terdiri dari satu ruangan tapi cukup luas. Ada matras yang tergulung rapi di sudut ruangan, dan bangku panjang kecil. Tak lupa jendela ukuran medium yang menghadap ke barat. Matahari bersinar dengan hangat dari sana, dan senyum Runa mengembang.

"Kau hebaaat!" Runa memeluk Ed dari samping lalu melepaskannya lagi, dan membuka gulungan matras itu. Setelah meniup-niup debu yang ada, Runa pun berbaring di atas matras yang muat untuk dia dan Ed itu.

Ed ikut berbaring di sampingnya, meletakkan tangannya di bawah kepala menjadi pengganti bantal. Ternyata langit-langit rumah pohon ini terbuka di bagian tengah, sehingga pemandangan malam bisa terlihat nanti.

"Kau mau bercerita?" Runa bertanya, melirik Ed dari ekor matanya.

"Tidak ada." Ed menjawab dengan singkat, matanya menatap langit yang berwarna kemerahan di atasnya.

"Baiklah. Aku mau tidur sebentar kalau begitu." Runa mengubah posisinya menjadi menyamping, menumpukan berat badannya di tubuh bagian kirinya. Runa berbaring di sebelah kanan Ed, sehingga wajahnya terlihat jelas oleh pria itu. Runa menekuk lututnya sebatas pinggang dan mempertemukan dagunya dengan dada, sehingga dia tampak nyaris seperti bola sekarang.

Menit berganti, dan dengkuran halus Runa terdengar. Edward tersenyum, lalu merengkuh Runa ke dalam pelukannya, sehingga kepala gadis itu kini ada di dadanya.

"Selamat tidur, princess."

Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang