8.

1.3K 214 25
                                    

Friday, 18 September 2015

Hari Jumat siang ini, Runa sudah selesai dengan urusan kuliahnya. Kini, dengan mengendarai Buddy, Runa melajukan motornya kembali ke tempat itu, rumah Edward.

Beberapa hari terakhir ini, Runa memutuskan untuk membangun komunikasi dengan Myra, dan gadis itu menyuruhnya untuk datang, karena dia tidak bisa memberitahu banyak pada Runa tanpa persetujuan Ed.

Runa menarik nafas panjang, berharap bahwa kunjungannya hari ini tidak akan sia-sia. Runa sedikit khawatir akan pertemuannya dengan Edward.
Apakah dia mirip dengan Haz?

Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya, dan buru-buru Runa menggeleng. Begitu sampai pada jalan utama yang akan membawanya ke rumah Ed, Runa mencari jejak bekas ban, dan untungnya, dia menemukannya lagi.

Rumah itu masih sama. Dengan aura sepi dan kosong, dan tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Kali ini Runa tidak ragu. Dia langsung menaiki anak-anak tangga kecil di depan teras rumah dan mengetuk pintu kayu itu begitu sudah berada di depannya.

Tanpa menunggu lama, pintu terbuka, dan muncullah sosok Myra dari dalam sana, yang sedang menjengukkan kepalanya keluar.

"Ah, Runa! Masuklah. Edddd!! Diaa datang!" Myra mempersilahkan Runa masuk dengan membuka pintu lebih lebar, dan Runa pun masuk. Bagian dalam rumah itu hampir sama seperti dengan bagian luarnya. Dindingnya terbuat dari kayu, dan rumah ini memiliki wangi khas tersendiri. Runa tidak tahu wangi apa ini. Dia melihat sebuah beanbag warna hitam di ruang depan dan memutuskan untuk duduk di situ. Myra sudah menghilang ke belakang, mungkin untuk memanggil Edward. Runa duduk manis, melihat-lihat ke sekitar. Di dinding tidak ada pigura ataupun kalender, ataupun jam dinding. Di meja tidak ada vas bunga, melainkan sekotak kartu remi yang tersimpan rapi.

"Runa, sabar sebentar ya. Edward masih di kamar mandi." Myra kembali muncul dan terkekeh geli, dan Runa hanya bisa tersenyum kecil.
"Aku tahu kau pasti bertanya-tanya apakah dia mirip dengan Harry atau tidak, kan?" Myra memicingkan matanya sambil menunjuk Runa dengan jari telunjuknya, dan Runa terdiam sedikit, lalu mengangguk. Dia sedikit terkejut bahwa Myra mengenal Harry, tapi dia yakin itu ada hubungannya dengan Edward dan dia akan menanyakannya nanti.

"Tenang saja. Rambut Ed jauh lebih panjang, dan dia-"

"Berhenti membicarakan tentang aku."

Otomatis Runa mengangkat kepala ke arah sumber suara itu, dan didapatinya ada sosok pria disana, berdiri dengan gaya santai di persambungan antara ruang depan dengan ruang tengah, mungkin?
Runa melongo.

"Kau?" Runa bertanya, kepalanya dia miringkan ke sisi kanan.
"Apa?" Pria tadi, Edward, menjawab dengan ketus.
"Ayolah Ed, buka saja masker sialanmu itu." Myra mendengus dan memutar bola matanya, sementara Edward menggeleng singkat dan duduk di beanbag yang ada di samping Myra.
"Asal kau bisa jamin perempuan ini tidak akan melihatku dengan tatapan aneh." Edward menyambung. Myra menatap ke arah Runa, lalu berdiri dari beanbagnya, berjalan ke arah Runa melewati meja dan berbisik, "Ed memiliki luka robek di pipi kanannya, jadi ada bekas jahitan disana." Myra menjelaskan sambil mengarahkan jari telunjuknya di sudut kanan bibir Runa, lalu bergerak ke atas sampai ke tulang pipi. Runa bergidik, tapi segera mengangguk setelah itu.

Myra menoleh menatap Edward, seolah-olah meminta pria itu untuk segera membuka maskernya tanpa suara. Manik hijau Edward menatap Runa dengan dingin, sementara tangannya bergerak membuka masker yang menutupi hidung dan mulutnya.

Benar kata Myra. Selain rambut yang jauh lebih panjang, Ed memiliki bekas luka robek di pipi kanannya.
"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulut Runa, dan Myra kembali ke tempatnya semula. Kalau mau diberi perbandingan antara Ed dan Harry, wajah mereka tidak jauh berbeda. Hanya saja garis wajah Ed tampak lebih keras dan tegang daripada Harry. Rambutnya yang panjang bahkan sanggup dia ikat menjadi sebuah bun. Tapi selain itu sama, secara fisik. Mata hijaunya. Tapi caranya menatap orang sungguh berbeda. Dan tentu saja aura-nya berbeda.

Runa menghela nafas lega. Dengan kata lain dia tidak akan apa-apa jika kedepannya harus terus bertemu dengan Ed. Bayang-bayang Harry tidak muncul ke kepalanya dan dia tidak akan menangis tersedu-sedu seperti ketika terbangun dari mimpi buruknya.

"Jadi, apa tujuanmu datang kemari?"
Edward duduk sambil menopangkan dagu di tangan kanannya. Tangan kirinya dia tempatkan di atas pahanya.
"Myra bilang kau ingin memberitahu sesuatu padaku."
Runa mengangkat bahunya sambil menatap Myra, dan perempuan itu mengangguk.
"Kau berjanji, Edward." Myra melirik Ed dari sudut matanya, dan Edward mendengus.

"Margareth pasti sudah memberitahumu tentang hubungan keluarga Styles, Twist dan Blackburn kan?" Edward bertanya, menatap Runa dengan dingin. Runa mengangguk.
"Benar yang dia katakan. Anne-"
Perkataan Edward terpotong ketika sebuah tonjokan kecil mendarat di pipinya. Edward membelalak kaget dan menoleh, mendapati Myra yang menatapnya dengan tajam.
"Bagaimanapun juga, dia itu ibumu." Myra berkata dengan gigi yang terkatup rapat, dan Edward menatapnya dengan tatapan kosong, lalu membuang muka dan kembali menatap Runa. Satu hal yang Runa sadari, Harry dan Edward sama-sama mempunyai satu kebiasaan, yaitu menatap lawan bicaranya lekat-lekat saat berbicara. Tapi tatapan Edward berbeda jauh dengan tatapan Harry.

"Anne sengaja memberitahu Harry kalau Gemma itu bukan kakak kandungnya, karena dia ingin mengantisipasi keadaan setelah Harry meninggal. Dia ingin agar setelah itu, kau membenci Margareth karena membuang Gemma. Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi Gemma itu anak Anne. Dia berbohong karena ingin membalaskan dendam lamanya pada Margareth." Edward menjelaskan kembali, tanpa memperdulikan Myra yang menatapnya dengan tatapan maut. Runa terdiam, lalu mulai membayangkan tali-tali merah yang menghubungkan misteri-misteri ini.

Semuanya sesuai.

Runa tidak merasa begitu terkejut, karena hal ini tidak berhubungan langsung dengannya. Hanya saja dia masih agak kaget dengan fakta bahwa Mom Anne berani berbohong soal ini. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang ibu. Perkataan Edward yang tidak disaring sama sekali membuat Runa cukup terkejut, dengan kata lain Mom Anne tidak semanis dengan apa yang terlihat. Dia masih menyimpan dendam lama soal perjodohan Margareth dengan Robin sejak dulu.

Semua orang mempunyai sisi buruk dan sisi baiknya masing-masing, Runa.

Perkataan almarhumah ayahnya tiba-tiba terngiang di kepalanya, dan dalam hati Runa membenarkan hal itu. Hal yang membuat Runa bertanya-tanya disini, apakah Edward membenci Anne, sampai-sampai tidak memanggilnya dengan sebutan Ibu? Ditambah lagi dengan nadanya saat bercerita yang penuh dengan kebencian. Runa menjadi penasaran dengan hal yang tidak seharusnya dia khawatirkan.

"Sudah. Hanya itu saja kan?"
Edward mengibas-ngibaskan tangannya, seolah-olah menunggu respon Runa.
"Apakah kau setuju kalau setelah ini aku pergi ke kediaman Styles dan berbicara soal ini pada Mom Anne?" Runa bertanya sambil melirik Edward, pertanyaan ini keluar begitu saja tanpa dia saring. Sebenarnya dia hanya ingin mengetes pria ini. Oh iya, satu lagi soal Edward, suaranya jauh lebih serak dari Harry, dan jauh lebih berat.
"Terserah. Itu urusanmu." Edward menjawab dengan acuh, dan Runa mengambil kesimpulan bahwa itu adalah salah satu bagian dari ketidakmauan Edward untuk pulang. Dia tidak berniat sama sekali untuk pergi ke sana. Toh tidak ada gunanya kan? Malah akan memperburuk suasana. Dengan ini Runa lebih memilih untuk tetap hati-hati dalam melakukan sesuatu.

"Kalau sudah, kau boleh pulang sekarang." Edward angkat bicara, dan secara tidak langsung mengusir Runa dengan halus. Myra yang sedari tadi diam memperhatikan mereka menatap Edward dengan alis yang bertaut, tanda tidak setuju.

"Kalau begitu, siapa anak dari Margareth dan Robin yang sebenarnya?"

________________________

HAII!
Gue nongol, karena besok Pilkada Serentak di daerah gue huohohoho jadi besok pada libur huray!
Doain gue plis, hari Jumat Ujian Matematika :' Doain pliiissssss... Mksh yaa :*

Cya next chapt!



Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang