Aku membuka mataku, dan yang kudapati adalah sebuah ruangan putih. Dengan heran aku berdiri, dan mendapati bahwa aku mengenakan sebuah baju terusan berwarna putih polos.
Bukannya tadi aku sedang balapan dengan Ed?
Tiba-tiba saja ruangan putih itu lenyap, dan aku kini menginjak jalanan. Di hadapanku, ada sebuah motor yang terbakar, terkurung lidah-lidah api yang menari-nari.
Tunggu.
Ini Golden Park.
Itu Buddy.
Aku menutup mulutku dengan tangan ku sendiri, dan berjalan mendekat.
Sebagai manusia normal, air mataku langsung jatuh begitu melihat aku, diriku sendiri terkapar di sana, gosong.
Tubuhku ambruk ke jalanan, dan aku menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba terdengar suara ambulans yang mendekat, dan aku menoleh. Ambulans itu mengarah tepat ke arahku, tapi aku tidak menghindar. Toh aku sudah menjadi hantu sekarang.
Ambulans itu menembus tubuhku, dan dengan susah payah aku berdiri. Aku melihat petugas turun dan memadamkan api yang membakar buddy.
Edward.
Aku langsung mencari-cari keberadaan pria itu, berharap agar dia tetap selamat.
Itu dia. Terkapar di pembatas besi jalanan.
Petugas medis mengangkat tubuhnya dan mengangkatnya ke atas tempat tidur, lalu digotong ke ambulans. Motor-motor lain berdatangan, dan bisa kulihat ada Zayn disana bersama Perrie, lalu Niall dan Lea. Mereka semua menangis. Bahkan Zayn dan Niall sekalipun.
"Zayn! Aku disini!" Aku berteriak, tapi nihil, tidak ada satupun dari mereka yang mendengarkanku. Aku berlari ke hadapan Zayn, dan mencoba menyentuhnya, tapi tanganku malah menembusi tubuhnya. Air mataku kembali jatuh, tapi aku berusaha untuk menenangkan diriku. Aku berbalik, dan melihat pintu belakang ambulans baru saja tertutup. Aku berlari mengejar ambulans itu, tapi tiba-tiba jalanan itu kembali berubah menjadi ruangan putih, dan aku kembali ambruk ke lantai ruangan itu.
Aku tidak menangis. Tidak ada gunanya aku menangis.
Tapi kenapa aku mati? Seingatku aku tidak jatuh sama sekali.
Aku melipat kakiku sampai lututku menyentuh dada, dan menenggelamkan kepalaku diantara lututku. Bayang-bayang tubuhku yang gosong kembali muncul, dan air mataku menetes. Aku mengerang, melepaskan semua emosi.
Aku tidak takut mati, tapi bukan berarti aku benar-benar tidak takut mati. Aku tidak menyangka bahwa aku akan mati seperti ini dan pada hari ini.
Aku menutup mataku dan menangis kuat-kuat, karena biasanya aku akan merasa lebih baik setelah menangis. Kuharap itu bisa bekerja walaupun sekarang aku adalah roh.
Harry.
Aku membuka mataku, ketika nama pria itu secara tiba-tiba terlintas di pikiranku. Aku berdiri dari posisiku yang duduk di lantai tadi, dan melihat ke sekeliling. Kalau ini dunia orang mati, berarti dia juga ada di sini, bukan?
Tapi ini hanya ruangan putih kosong.
Aku berjalan menuju arah yang tidak tentu, dan tiba-tiba di sebelah kiriku muncul cahaya yang sangat terang. Aku menutup mataku karena silaunya cahaya itu, dan setelah merasa bahwa cahaya itu telah lenyap, aku pun membuka mataku.
"Hei, babe."
Mataku membulat dengan sempurna ketika melihat sosok yang kini berdiri di hadapanku dengan senyumannya, dan aku langsung berlari ke arahnya dan memeluknya. Dia nyata. Aku tidak menembusinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You Home [Sequel To NEY]
FanficRuna kini sudah berada dalam masa-masa kuliahnya, sendiri. Harry memang sudah tidak ada, tapi permintaan Harry akan selalu diingatnya, untuk menemukan Edward. Masalah pertama sudah diselesaikan, Runa berhasil menemukan pria itu. Tapi maukah Edward...