10.

1.2K 209 33
                                    

Saturday, 19 September 2015

Seorang pria berambut merah berjalan mondar-mandir sejak beberapa detik yang lalu, tapi pada akhirnya dia berhenti. Pria itu lalu mengambil handphonenya, mengetikkan sesuatu di sana, dan merapatkan ponselnya ke telinga.

"Hei, Zayn?" Pria itu menyapa orang yang ditelefonnya, dan senyumnya merekah.

"Ya,yaa, aku sudah memberitahu Josh dan dia memberimu izin memakai kartu Runa. Tapi kau belum mempunyai lawan." Pria itu, Andrew, menggaruk tengkuknya sendiri, sementara orang di seberang telefon mengatakan sesuatu.

"Yang jelas kau tidak bisa melawan Runa, bodoh. Kau memakai kartunya." Andrew mendengus, lalu mendengar lagi apa respon Zayn.

"Curly? Kau serius mau balapan dengannya satu lawan satu?" Andrew membelalakkan matanya kaget, dan menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Ternyata Zayn nekat juga jadi orang.

"Coba kutanyakan pada Josh. Zayn, for your information, baru Runa saja yang berhasil mengalahkannya." Andrew menghembuskan nafas kesal, lalu memutuskan sambungan telefon. Andrew menatap lintasan GP di hadapannya, dan melihat betapa besarnya perbedaan tempat ini di siang hari dan malam hari. Di siang hari, ini hanya terlihat sebagai padang belukar biasa. Tapi di malam hari, ini akan segera berubah menjadi arena balap liar teramai di New York.

"Andrew!" Andrew menoleh ketika mendengar ada yang memanggil namanya, dan rupanya itu adalah Josh. Andrew langsung berjalan ke arah Josh, yang sedang berdiri bersandar di tiang gedung utama.

"Bagaimana?" Josh menaikkan alisnya, dan Andrew menghela nafas.
"Dia jadi ikut, memakai kartu Runa. Dia bilang ingin bertanding dengan Curly."
Keduanya terdiam setelah mendengar itu, tapi kemudian Josh berdehem.
"Bisa saja. Masalahnya tidak ada yang ingin bertanding dengan Zayn. Aku akan coba menghubungi Curly. Kalau dia menolak, dengan berat hati aku akan bilang pada Zayn bahwa balapan itu dibatalkan." Josh mengambil ponselnya yang diselipkan di saku, lalu berbalik dan berjalan menjauh, mungkin menelefon seseorang. Andrew hanya mengangkat bahunya, dan berjalan menuju parkiran. Tugasnya hanyalah menemukan lawan untuk Zayn dan meminta persetujuan Josh, tidak lebih. Hanya saja Andrew juga mengurus uang-uang taruhan yang dibuat penonton nanti.

Di sisi lain, Myra sedang sibuk mencuci piring ketika ponselnya berdering. Buru-buru dia mengelap kering tangannya, dan ketika melihat penelefonnya, keningnya berkerut.

"Halo?" Myra pada akhirnya mengangkat telefon itu.
"Tidak, dia sedang tidak ada di rumah. Kenapa?" Myra berjalan keluar dari dapur, menuju kamar Ed. Benar saja, pria itu tidak ada disana.
"Oh, coba kutanyakan nanti padanya. Oke, iya, sama-sama."

Myra menggembungkan pipinya sendiri, dan sekali lagi menatap wallpaper ponselnya, foto Edward. Myra dan Ed memang bersepupu, dan Myra tahu itu. Tapi mungkin karena dia sudah tinggal seatap dengan Ed selama beberapa tahun, dia mulai takut, jangan-jangan dia jatuh cinta pada Ed.

"Oke Myra. Fokus." Myra menepuk kedua pipinya sendiri, dan kembali berjalan di dapur. Tapi kini di dapur sudah ada sosok pria tua dengan kaus singlet yang membalut tubuhnya, dan Myra tersenyum.

"Hei, Blake." Myra menyapa, dan orang yang rupanya sedang mengoleskan selai pada roti itu menoleh.
"Hei Myra. Aku baru saja pulang berbelanja." Blake menunjuk tumpukan plastik di atas counter, dan Myra mengangguk. Blake adalah kakek pemilik rumah, dan Ed serta Myra adalah penyewa rumah ini.
"Edward tadi menitip pesan, kalau dia akan ke kota sedikit." Blake menutup tutupan tabung selai, dan mengunyah rotinya yang sudah jadi. Myra hanya mengangguk
"Bagaimana kabar gadis yang datang hari itu?" Blake membersihkan remah-remah roti yang ada di tangannya, dan mengambil sapu untuk membersihkannya.
"Baik." Myra menjawab singkat. Karena bagaimanapun juga, Blake tidak tahu siapa mereka sebenarnya.
"Aku pergi lagi ya. Kudengar si Zayn akan kembali untuk balapan terakhirnya." Blake berjalan menuju pintu belakang dapur, dan Myra tertegun. Kabar itu sudah menyebar dengan cepat. Belum sempat Myra menanyakan sesuatu, Blake sudah pergi.

Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang