Thursday, 24 September 2015
Anne Styles berjalan memutari kamarnya dengan wajah gusar, sambil sesekali menatap jam dinding yang menggantung di dinding kamarnya. Wajahnya menampakkan kekhawatiran yang luar biasa. Setelah berjalan memutari kamarnya secara berulang-ulang, Anne pun berhenti dan duduk di tempat tidur.
"Apakah aku salah lihat?" Anne menggumam lirih kepada dirinya sendiri. Di dalam benaknya terbayang kembali momen-momen saat dia melihat wajah gadis yang tanpa sengaja ditabraknya itu, dan menurut ingatannya, wajah itu benar-benar sama persis dengan orang itu.
Tiba-tiba saja ponselnya berdering, dan Anne melirik nakas tempat tidur selama beberapa detik sebelum mengambilnya. Keningnya berkerut ketika melihat identitas peneleponnya.
"Ya?" Anne menjawab.
"Sudah kubilang kan? Aku akan menang, Anne. Runa sudah tahu semuanya." Suara dari ujung telefon menggema, dan Anne mencengkram seprai tempat tidur dengan erat.
"Margareth, jika kau hanya ingin mengucapkan itu saja, lebih baik kututup telefonnya." Anne memutar bola matanya dengan kesal, dan Margareth tertawa layaknya nenek lampir dari ujung telefon.
"Tak apa. Perlu kau tahu kalau Cathrine meminta aku untuk tidak merahasiakan apapun darinya. Dia menceritakan semuanya padaku, dan nyatanya kau cukup tega untuk berbohong pada putramu tersayang bahwa kakak perempuannya bukanlah kakak kandungnya." Margareth tertawa puas, dan Anne menggigit bibirnya dengan kesal.
"Terserah saja dia tahu. Toh gadis itu tidak akan punya hubungan apa-apa lagi dengan kami. Biar saja dia membenciku." Anne tersenyum miring, menunggu balasan Margareth.
"Dengan kata lain, uang warisan itu untukku saja, ya kan?" Margareth yang sedang duduk di beanbag rumahnya menyeringai, dan Anne terdiam selama beberapa detik.
"Terserah. Dasar kau wanita mata uang. Kasihan sekali Yaser." Anne membalas dengan nada mengejek, tapi Margareth hanya tertawa.
"Bukan untukku. Untuk Runa, bodoh. Dia layak mendapatkannya dibanding kau, penipu."
"Terserah."
"Oh iya, Anne. Bagaimana kabar putramu?" Margareth memperbaiki posisi duduknya.
"Kau kan yang lebih dekat dengannya. Lalu bagaimana dengan putrimu, Maya-mu tersayang?" Anne membalas dengan nada mengejek, lalu memutuskan panggilan itu secara sepihak, meninggalkan Margareth yang menghela nafas panjang. Setidaknya ini sudah tidak begitu rumit karena rencananya sudah berjalan sejauh 85%. Dia lalu berdiri dari beanbag yang didudukinya, berjalan menuju lift untuk menjalankan step selanjutnya.
Sementara Anne? Dia menumpukan wajahnya pada kedua telapak tangannya, memikirkan hal-hal yang baru saja terjadi. Dia kalah, tapi tak apa. Uang bukan masalah besar bagi keluarga Styles. Tapi ada satu lagi yang mengganjal pikirannya, juga Margareth.
Tentang putranya dan putrinya, yang jasadnya sama-sama tidak ditemukan.
Kebetulan? Sepertinya tidak.
"Tunggu saja pembalasanku, Margareth."
~~~
"Nope." Runa menyeruput jus jambunya, mencueki keberadaan gadis di hadapannya ini.
"Ayolah, Ru. Apa salahnya aku datang menemanimu menonton balapan Zayn?" Lea memasang puppy facenya, berharap agar Runa mengiyakan permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You Home [Sequel To NEY]
FanfictionRuna kini sudah berada dalam masa-masa kuliahnya, sendiri. Harry memang sudah tidak ada, tapi permintaan Harry akan selalu diingatnya, untuk menemukan Edward. Masalah pertama sudah diselesaikan, Runa berhasil menemukan pria itu. Tapi maukah Edward...