6.

1.2K 227 29
                                    

Sebuah suara ketukan di pintu yang sangat, sangat tidak sopan terdengar, dan pemilik rumah itu mendengus kesal. Dia tahu siapa yang ada di balik pintu itu.

"Ada apa lagi?" Dengan kesal Andrew membuka pintu, dan benar saja, Runa-lah yang ada di depan pintu rumahnya.
"Tidak banyak. Apakah kau kenal seorang gadis bernama Myra?" Runa melipat tangannya di dada, mencoba bersikap kasual. Dia tidak ingin Andrew menanyakan banyak hal.
"Ada banyak orang dengan nama Myra di dunia ini, bodoh." Andrew menjitak kepala Runa pelan, dan gadis itu mengaduh kesal.
"Di rumah yang ada di alamat ini," Runa menunjukkan kertas denah yang tadi diberikan oleh Andrew. "Yang tinggal disana adalah seorang kakek dengan anak angkatnya yang bernama Myra." Runa menjelaskan secara singkat, karena toh tidak akan menjadi masalah besar apabila Andrew tahu.
"Hmm, tidak juga. Tapi memang aku sering melihat Curly membonceng seorang gadis dengan rambut brunette dengan ujung yang di-cat pirang. Aku tidak tahu namanya. Mungkin pacarnya?" Andrew manggut-manggut, dan Runa terdiam, memikirkan kemungkinan yang ada.
"Baiklah. Thanks homo." Runa menepuk pundak Andrew, dan pria itu tidak protes sama sekali dikatai 'homo'. Sebenarnya dia ingin protes tapi karena dia tahu itu tidak ada gunanya, jadi dia langsung masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu.

Runa menaiki Buddy, dan membuat kesimpulan kecil di dalam benaknya.

Yang pertama, Edward memata-matai dia dan pergerakannya. Kedua, itu tandanya pria itu menyembunyikan sesuatu. Ketiga, Myra memiliki hubungan dengan Edward. Empat, Edward tinggal di rumah itu.

Runa tersenyum miring, lalu memakai helmnya dan melajukan motornya kembali ke dalam jantung kota New York.

***

"The fuck, Ru," Lea terlonjak kaget sambil mengelus dada, ketika tiba-tiba saja dia keluar dari kamar dan melihat Runa sudah duduk di sofa dengan santai, dengan sekantung plastik jajanan di tangannya.
"Kau darimana saja?" Lea melirik ke arah jam dinding ruang tengah, dan mendapati bahwa sekarang sudah jam setengah lima sore. Dia pulang kuliah jam dua, dan Runa tidak ada di apartemen mereka. Lea lalu tidur siang, dan saat dia bangun, tiba-tiba saja sepupunya itu sudah ada di sini.
"Tak penting. Bisa fotokan aku sedikit?" Runa menatap Lea, dengan santai, sementara kerutan di kening Lea bertambah. Sepupunya ini terlalu sulit untuk ditebak. Lea mengangguk lalu duduk di samping Runa, dan Runa menyerahkan ponselnya.

"Fotokan tatoku." Runa menunjukkan pergelangan tangan kirinya, dimana tato sayap terukir disitu dengan indahnya. Lea menggumamkan kata 'wow', tanda bahwa dia agak kagum. Runa kembali menonton tv, sementara Lea sibuk membuka ponselnya. Runa memang tidak memasang password untuk ponselnya, tetapi lockscreen ponselnya membuat Lea tersenyum.

Foto Runa dan Harry.

Lama sekali Lea tidak pernah melihat Runa tersenyum. Tangan Lea bergerak lincah membuka aplikasi kamera, lalu dia mulai membidik pergelangan tangan Runa yang bertato untuk difoto.
"Selesai," Lea menunjukkan hasil fotonya, dan Runa mengangguk singkat. Tiba-tiba saja Runa mengangkat lengannya ke atas, lalu menarik sweater yang dikenakannya.
Runa hanya mengenakan sweater dan celana pendek saja saat ini. Lea mengernyit bingung, tapi pertanyaan-pertanyaan di otaknya seolah terjawab ketika dia melihat Runa mengangkat bajunya sebatas dada, dimana ada tato kupu-kupu di perutnya.

Lea tidak terkejut sama sekali. Dia juga tidak menanyakan banyak hal karena dia tahu Runa tidak akan suka itu.

Setelah sibuk mengambil gambar tato Runa, Lea pamit untuk pergi mandi. Runa menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong, tapi ada sedikit rasa khawatir yang terpancar dari tatapannya. Seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Ponselnya bergetar, dan Runa menggerakkan ibu jarinya untuk membuka layar. Pesan baru yang diterimanya berasal dari nomor yang tidak dikenal.

From : 080xxxxxx - I've told you.

Sudut kiri bibir Runa terangkat ke atas, dia sudah menduga ini akan terjadi. Edward tidak akan datang ke apartemennya karena dia ada disini sekarang, dan dia menggunakan pesan singkat.

Kemungkinan berikut, ada orang yang membantu Edward, dan orang itu dekat dengan Runa sehingga bisa mendapat nomornya. Lalu, pria itu benar-benar mengawasinya.

To : 080xxxxxx - Ha. Aku tidak akan mengambil langkah mundur. Salah siapa membeberkan banyak rahasia padaku. Btw, Myra cantik lho, pacarmu? ;)

Runa menyeringai kecil membaca pesannya sebelum menekan tombol send, dan pesan itu terkirim. Dia tidak ragu lagi. Hasil pemikirannya selama ini, kalau ingin menghadapi pria itu, dia harus mengambil banyak resiko. Awalnya Runa tidak mau, tapi setelah dipikir-pikir, tidakkan dia pernah mengambil resiko yang lebih besar dari ini sebelumnya?

Dia saja pernah mencoba untuk bunuh diri, tidak mungkin kan' dia akan mundur dalam hal sekecil ini?

Ini bukan hanya tentang Harry lagi. Ini juga tentangnya, dan Runa tidak akan membiarkan dirinya jatuh kembali ke dalam lubang gelap penuh dengan pintu terkunci, yang entah kuncinya menghilang kemana.

Runa berdiri dari sofa, dan berjalan menuju kamarnya. Sepertinya dia akan membongkar beberapa barang-barang dari Harry dan membuat ringkasan kecil tentang semuanya, mencoba menghubungkan tali-temali yang bisa saja menjadi kunci jawaban permainan ini.

***

Seorang pria berambut ikal menggeram kesal ketika membaca pesan yang baru saja diterimanya. Dengan frustrasi dia menyisir rambutnya sendiri dengan jari-jari tangan, dan tanpa sadar, tangannya sudah melayang dan memukul tembok di hadapannya.

Mendengar bunyi yang dihasilkan oleh pria itu, seorang gadis berambut brunette memasuki kamar itu dengan wajah khawatir.

"Ed?" Panggilnya.

Laki-laki tadi, Edward (A/N : AKHIRNYA ED MUNCUL HAHAHHAHA) menoleh, dengan urat-urat lehernya yang sudah mulai kentara, dan hidung yang kembang-kempis. Biasanya orang akan ketakutan jika melihat sisinya yang ini, tapi tidak dengan gadis itu.

Dia malah berjalan mendekat, merengkuh pria itu ke dalam pelukannya. Fisiknya memang berbeda jauh, tubuh gadis itu sangat mungil. Berbeda dengan pria ikal yang tubuhnya tegap, bagaikan tameng yang akan selalu melindungi gadisnya.

"Tenanglah," dengan lembut dia menggosok punggung Edward, dan perlahan-lahan nafas Edward mulai teratur.
"Dia akan terus mencari tahu, Myra." Edward menghela nafas panjang, dan membenamkan kepalanya di helaian rambut Myra.
"Kita akan mencari cara untuk menghentikannya." Ujar Myra dengan tenang.
"Aku hanya takut dengan reaksinya apabila dia tahu nanti," suara Edward terdengar seperti gumaman kecil sarat akan rasa penyesalan, yang biasanya tidak pernah terjadi. Dia tidak pernah peduli pada orang lain.
"Makanya kau harus tenang. Kita tidak bisa mencari cara kalau kau stress seperti ini." Myra menepuk punggung Edward dua kali, sebelum melepaskan pelukannya.

"Aku tidur siang dulu," Edward membalikkan badannya, berjalan keluar dari kamar yang sebenarnya adalah kamar Myra. Dia sering salah masuk kamar. Myra mengangguk walaupun dia tahu Edward tidak akan melihatnya. Gadis itu lalu duduk di tempat tidurnya sendiri, dan meraih ponselnya yang ada di nakas. Dia menggerakkan jarinya dengan lincah, sebelum akhirnya nama sebuah kontak terpampang disitu.

"Halo, Zayn? Aku butuh bantuanmu."

______________________

DUAR. TAMBAH BINGUNG KAN. HAHA. HAHA.

MAAF PENDEK. MAAF TELAT DOBEL APDET. HAHA. HAHA. SILAHKAN KOMEN. AILOPYU. JAN LUPA VOTES.

Take You Home [Sequel To NEY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang