Cuaca bulan September 2015 di New York tidak jelas. Tapi kali ini, di sore hari tanggal 26 September, salju mengguyur kota New York. Tapi bukan dalam bentuk badai, hanya saja jumlah salju yang berjatuhan cukup untuk membuat halaman rumahmu tertutup oleh serpihan-serpihan putih itu.
Orang-orang berpakaian hitam berdatangan ke sebuah pemakaman yang terletak di ujung kota, menghadiri upacara pemakaman seorang gadis yang meninggal sehari sebelumnya.
Tepat di samping sebuah batu nisan bertuliskan nama kekasih gadis itu, ditancapkan pula batu nisan yang bertuliskan namanya.
Orang-orang yang tadi berdatangan kini sudah pulang, karena upacara pemakaman telah selesai. Terlihat wajah-wajah orang yang dulu dekat dengan gadis itu ketika dia masih ada di dunia ini.
Margareth Wells, Yaser Malik, Zayn Malik, Perrie Edwards, Lea May, Niall Horan, Louis Tomlinson, Liam Payne, dan Andrew Morano, dan beberapa orang yang mengenal Runa dari Golden Park.
Ya, Runa.
Runa Isabella Blackburn.
Nama itu terukir indah di atas nisan batunya, tetapi tetap tidak bisa menandingi kecantikan sang pemilik nama.
Orang-orang terdekatnya mulai pergi dengan wajah kusut, hidung merah dan pipi sembab karena air mata.
Tapi dari balik sebuah pohon, muncul sesosok pria dengan masker hitam yang menutupi mulutnya, ditambah topi beanie hitam yang melindungi kepalanya. Langkahnya agak terseok-seok, karena luka yang diakibatkan oleh kecelakaannya kemarin.Pria itu berdiri di hadapan batu nisan gadis itu, sebelum susah payah berjongkok. Dia menghiraukan rasa sakit di kakinya.
Edward berjongkok dalam diam, tidak mengucapkan apa-apa. Matanya berkaca-kaca. Dan ketika cairan bening itu jatuh, dia tidak berusaha untuk menyekanya.
"Kenapa.."
Suaranya terdengar sangat parau, ditambah lagi dia memakai masker. Pria itu menoleh, melihat ke sekelilingnya, dan mendapati bahwa pemakaman itu sudah benar-benar sepi. Dia pun membuka maskernya, tapi menaikkan kancing jaket agar menutupi sedikit daerah mulutnya."Kau bodoh." Edward berkata lagi, tapi kemudian menggigit bibir bawahnya, dan menunduk. Dia tetap dalam posisi itu sampai sekitar lima menit, dalam hati dia mengungkapkan isi hatinya pada gadis itu. Tak lama setelah itu Edward berdiri, menyeka air matanya. Matanya memandang nama yang terukir di nisan itu, lalu melirik makam di sebelahnya. Edward menggigit bibirnya kuat-kuat, sampai-sampai dia rasa bahwa bibirnya berdarah.
"Selamat tinggal."
Dia pun melangkah menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You Home [Sequel To NEY]
FanfictionRuna kini sudah berada dalam masa-masa kuliahnya, sendiri. Harry memang sudah tidak ada, tapi permintaan Harry akan selalu diingatnya, untuk menemukan Edward. Masalah pertama sudah diselesaikan, Runa berhasil menemukan pria itu. Tapi maukah Edward...