Two years later,
25 September 2017Waktu bergulir, dan kini sudah genap dua tahun sejak kematian gadis itu, kematian Api Kecilnya.
Pria itu akhirnya kembali ke New York, mengunjungi gadis itu dan saudara kembarnya, dan juga keluarganya yang ada disini.
Penampilannya kini jauh berbeda. Dia tidak memakai masker kemanapun dia pergi, tapi warna hitam masih menjadi favoritnya dalam berbusana.
Dia datang dengan seikat bunga di tangannya, dan di belakangnya, seorang gadis lain tampak mengikuti langkahnya.
"Ed, tungguu!" Gadis itu berseru, dan Edward melirik ke belakang sambil menampilan cengirannya yang khas itu. Bekas luka jahit di pipinya sudah mulai menghilang.
"Kau ini. Tidak boleh meninggalkan seorang gadis, tahu." Gadis itu memprotes ketika dia sudah berada di samping Edward, tapi Ed tidak mengatakan apa-apa. Dia langsung menggenggam tangan si gadis, dan lanjut berjalan. Jalan setapak itu bersih dari salju, tidak seperti bulan September dua tahun lalu. Cuaca hangat.
Ketika keduanya sudah sampai di tempat yang dituju, Edward berjongkok dan meletakkan bunga itu di antara makam Runa dan Harry. Si gadis tadi ikut berjongkok di sebelahnya.
"Hei Haz, hei Ru." Edward menyapa keduanya, sambil membayangkan wajah keduanya sedang tersenyum ke arahnya.
"Maaf aku baru kembali ke sini setelah dua tahun." Edward terkekeh, dan matanya melirik gadis di sampingnya.
"Ini Isabelle, yahh, bisa dibilang dia pacarku." Edward melirik Isabelle ketika mengucapkan kata terakhir, dan Isabelle membuang muka, menyembunyikan rona merah yang menjalar di pipinya.
"Selama dua tahun ini aku tinggal di London, dan aku bekerja di British Enterprises di sana. Mengejutkan bukan?" Edward memasang wajah konyolnya, dan Isabelle tidak bisa menahan tawanya. Dia ikut terkekeh bersama Ed.
"Itu perusahaan yang direkomendasikan Ayah, jadi disitulah aku sekarang. Aku bertemu Isabelle disana, dan ya, hubunganku dengan Ayah dan Ibu membaik." Edward menautkan jari-jarinya, mengingat keputusan besar yang telah dia buat. Begitu banyak hal yang telah berubah selama dua tahun ini.
"Tapi kalian pasti tahu, aku tahu kalian selalu mengawasiku." Edward memicingkan matanya, dan Isabelle berdehem disampingnya.
"Jangan terlalu percaya diri. Kalau jatuh sakit." Ucap Isabelle. Edward langsung mencubit pipi gadis itu dengan gemas, dan Isabelle hanya tertawa. Dia tahu seperti apa masa lalu Edward, dan siapa itu Runa serta Harry."Baiklah, aku tidak bisa lama disini. Ada urusan." Edward berdiri, diikuti oleh Isabelle.
"Bye-bye Ru, Haz." Edward melambai, dan Isabelle tersenyum ke arah dua makam itu. Dia tidak pernah bertemu keduanya, tapi dia yakin keduanya adalah orang yang sangat baik.
Edward dan Isabelle berjalan sambil saling bergenggaman tangan. Edward menatap langit, dan senyumnya merekah. Ketika dia kembali menatap ke depan, dilihatnya ada orang yang muncul di gerbang.
"Isabelle, bukannya itu Zayn?" Edward membungkuk sedikit dan berbisik, karena Isabelle lebih pendek darinya.
"Mungkin. Zayn memang bilang dia mau datang." Isabelle memicingkan mata, dan ketika jarak mereka semakin dekat, Isabelle langsung tahu kalau itu Zayn dan Perrie serta anak mereka, jadi dia mempercepat langkahnya.
"Hei Zayn." Edward menyapa lebih dulu, dan Zayn maju lalu memeluknya singkat. Edward lalu memeluk Perrie,sementara anak mereka bersembunyi di balik kaki Perrie.
"Hey bro, Hei Iz." Zayn melirik Isabelle, dan gadis itu mendengus. Dia tidak pernah akur dengan Zayn. Kakak sepupunya itu suka sekali menggodanya.
"Cepatlah bertunangan." Perrie angkat suara dengan nada bercanda serta topik random, membuat mereka semua tertawa, hanya saja pipi Isabelle memerah.
"Kami baik. Ah, lihatlah Zayn Junior ini." Edward berjongkok, melupakan topik Perrie tadi. Tingginya kini sama dengan Ariqin, anak Zayn dan Perrie yang berusia dua tahun.
"Hei Ariqin. Kau pasti lupa denganku." Edward menyapa bocah kecil itu, dan dia hanya tersenyum malu-malu di balik lindungan kaki ibunya.
"Baiklah, kami pulang duluan ya Zayn." Edward akhirnya menyerah dan bangkit berdiri, dan Zayn menepuk pundaknya dua kali. Mereka lalu berpisah, Ed dan Isabelle menuju pintu keluar, sementara Zayn dan Perrie akan pergi ke makam Runa.
Ed dan Zayn sudah saling kenal karena hubungan mereka di dunia bisnis. Zayn sekarang memiliki usaha di bidang seni, dan dia menjual beberapa lukisan. Edward dikirim oleh perusahaannya untuk mengambil lukisan itu, dan disitulah dia kenal dengan Zayn. Pada awalnya Zayn bingung, tapi sekarang dia sudah mengerti.
"Wah, wah, siapa lagi kalau bukan Esabelle?" Edward dan Isabelle yang berbelok ke kanan setelah keluar dari gerbang masuk pekuburan menoleh serentak, dan mendapati Lea dan Niall ada di sana, ditambah Louis dan Eleanor, serta Liam dan Danielle. Mereka semua sudah saling kenal sekarang, dan semua itu dimulai dari Zayn dan Lea. Mereka berdua-lah yang orang pertama yang tahu soal Ed, dan tentunya mereka tidak bisa diam.
"Hallo pasangan-pasangan muda." Isabelle berlari kecil ke arah mereka, dan mereka masuk ke dalam sebuah group hug. Edward menyusul dari belakang sambil terkekeh melihat pelukan telletubies mereka.
Singkat cerita soal hubungan mereka yang rupanya saling berantai, Isabelle ini adik sepupu Zayn, dan dia berteman baik dengan Eleanor. Eleanor juga berteman baik dengan Danielle, dan Lea adalah kakak sepupu Runa. Bisa dibilang hebat untuk sebuah kebetulan.
"Oke, aku tidak mau kita reuni di kuburan," Louis angkat bicara sambil melepaskan pelukan itu. Oke, The Sass Masta is talking.
"Makanya sebentar malam kita berkumpul di rumahku jam enam.Tidak ada protes. Dadah!" Louis dengan tingkah lucunya mendorong teman-temannya - kecuali Ed dan Isabelle - ke dalam kompleks pekuburan. Ed dan Isabelle hanya tertawa, lalu mereka berbalik dan berjalan menuju mobil mereka.
Sekali lagi Ed menatap langit, dan dalam hati dia berbisik.
Hey Harry, Runa. Terima kasih ya. Tanpa kalian pasti takkan jadi begini.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Take You Home [Sequel To NEY]
FanfictionRuna kini sudah berada dalam masa-masa kuliahnya, sendiri. Harry memang sudah tidak ada, tapi permintaan Harry akan selalu diingatnya, untuk menemukan Edward. Masalah pertama sudah diselesaikan, Runa berhasil menemukan pria itu. Tapi maukah Edward...