"Dek, kamu ke dokter dianter kakak ya? Mama hari ini harus meeting, nggak papa kan sayang?" Suara mama memecah keheningan sarapan pagi ini. Memang hanya ada aku, mama, dan kak Nico.
"Yah Ma, Nico ada janji hari ini. Dek kamu kesana sama supir ya?" jawab kak Nico, menatapku seakan bilang nggak papa kan Dek? Nggak marah kan?
"Nico, apa yang lebih penting dari menemani adek kamu check up?" balas mama.
Belum sempat aku menyetujui apapun mereka sudah berdebat. Mau tak mau aku yang mengalah, aku tahu arti tatapan kak nico. Sudah pasti dia mau pergi dengan pacarnya.
"Ma, kak, Asha bisa pergi sendiri kok. Kalian nggak usah khawatir, oke?" aku mencoba menengahi. Kemudian mereka tersenyum dan mengangguk. Kak nico mengedipkan sebelah matanya. Haish dasar!
Sesampainya dirumah sakit, aku bicara kepada resepsionis tentang jadwal check up-ku hari ini. Aku menunggu sambil mendengarkan musik lewat earphone yang aku pasang sejak tadi. Sesekali menggerakkan kepala mengikuti alunan musik.
Tak lama resepsionis itu mengatakan untuk langsung keruangan dokter Rian, dokter yang selama hampir 7 tahun ini menanganiku. Cukup lama bukan?
Aku berbalik dan berjalan, tapi baru beberapa langkah..
Bukk! Aku terjatuh kelantai.
"Aww! Pantatku." Itu ucapan pertama yang keluar dari mulutku tanpa sadar.
Aku mendongak untuk melihat siapa yang menabrakku. Bukannya menolong, dia malah menatapku tanpa ekspresi. Hanya tatapan kosong yang terlihat, aku sama sekali tidak bisa mengartikan arti tatapan itu. Tetapi, terasa menyedihkan.
"Sorry" lalu dia pergi begitu saja tanpa rasa bersalah. Menyebalkan!
Aku buru-buru bangun untuk memarahinya. Tapi ku urungkan niatku, karena dia berjalan sangat cepat dan sudah terlalu jauh. Aku hanya menghela nafas kasar, kemudian berjalan keruangan dokter Rian.
Hari ini benar-benar sial! Awas aja kalau sampe ketemu orang itu lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice
Teen FictionNatasha Dimitri (22) Nicolas Dimitri (25) Dirgantara Wijaya (23)