*Author POV *
Cuaca akhir-akhir kurang bersahabat, pagi ini pun mendung menyapa lebih awal. Angin sejuk berhembus kencang, jalanan masih basah karena sisa hujan semalam. Asha masih bergelung dalam selimut, enggan beranjak dari nyamannya berada di bawah sana. Alarm berbunyi kencang saat menunjukkan pukul 06.00, suaranya membuyarkan rangkaian mimpi yang ia rajut sejak semalam.
Asha menggeliat, tangannya terulur ke meja untuk meraih jam digital yang mengganggunya. Akhirnya ia membuka mata karena kesal, dia ambil jam tersebut dengan kasar, kemudian menekan tombol off pada sisi belakangnya. Mengucek mata sebentar, lalu menguap lebar. Asha menarik selimutnya dan bermaksud untuk melanjutkan tidurnya.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu kembali memekakkan telinga, ia mendengus kesal. Tidak segera bangun, ia justru menarik selimut sampai di atas kepala, menutupi seluruh tubuhnya.Clek!
"Dek, dek, Asha bangun!" Nico mengguncang tubuh adiknya, ia menarik selimutnya.
"Apa sih kak, pagi-pagi udah ganggu aja." Asha merubah posisi membelakangi kakaknya.
"Anterin kakak ke Bandara, ayok buruan!" Teriak Nico.
"Mau kemana sih?" Tanyanya malas.
"Ada meeting penting di Singapore, cepetan mandi ntar telat. Kakak tunggu di bawah."
"Iya iya cerewet!" Asha kesal.
Seusai mengantar kakaknya, Asha mampir ke toko bunga, ia membeli beberapa tangkai bunga lily untuk Dirga. Asha memang berencana ke rumah sakit lebih awal. Hanya 30 menit perjalanan, Asha kini sudah berada di ruangan dimana Dirga di rawat.
"Selamat pagi tante, maaf kesini pagi-pagi." Sapa Asha pada Mirna, mama Dirga.
"Pagi sayang, gak papa jangan sungkan. Kebetulan tante mau pulang dulu, kamu jagain Dirga sebentar gak papa kan, sayang?"
"Gak papa tante, Asha gak ada acara kok hari ini. Tante istirahat aja."
"Yaudah tante pergi dulu, makasih ya sayang." Tante Mirna mengecup kedua pipi Asha lalu pergi.
"Dirga ini aku, gimana keadaan kamu? Aku sengaja kesini pagi-pagi, mau gangguin kamu tidur. Oh iya aku bawain bunga lily, mungkin kamu gak suka bunga, tapi ini bunga kesukaan aku. Kamu inget kan?" Asha memegang tangan Dirga.
"Kak Nico nitip salam lho, pagi ini dia terbang ke Singapore. Aku kesepian, kamu sih tidur mulu." Asha menguap lebar, ia merasakan kantuk luar biasa.
Asha tertidur dengan posisi duduk, sambil memegang tangan Dirga. Saat tidur ia merasakan denyutan pada tangan yang ia pegang, semakin lama semakin terasa nyata. Asha mengerjapkan mata, melihat apa yang membangunkan tidurnya. Ternyata ia melihat tangan Dirga bergerak, buru-buru ia mendekat.
"Dirga, Dirga kamu sadar? Dirga ini aku, Asha." Ucapnya lirih. Hening.
Mata Dirga masih terpejam rapat, tapi tangannya masih bergerak-gerak. Asha menggenggam tanganya, perlahan ia usap lembut.
"Gak papa aku disini, semua akan baik-baik aja. Kamu tenang ya, ayo buka mata kamu Dirga." Bisiknya sambil tangan satunya mengusap-usap bahu Dirga.
Dalam tidurnya Dirga merasakan sentuhan lembut pada tangannya. Ia juga kembali mendengar suara yang selama ini ia cari. Suara itu perlahan menuntunnya menuju sebuah titik cahaya putih terang. Dirga berjalan mengikuti sumber suara itu, semakin lama cahaya itu makin terang hingga menyilaukan mata. Dengan sangat hati-hati ia membuka mata perlahan, pandangannya masih sangat kabur. Tapi samar-samar ia melihat seseorang, sedikit demi sedikit pandangannya mulai terlihat jelas.
"Syukurlah Dirga!" Teriak Asha melihat Dirga sadar.
"Dirga ini aku, akhirnya kamu sadar." Matanya berkaca-kaca saking senangnya. Dirga menoleh, menatap Asha.
"A-asha.." Ucap Dirga terbata.
"Iya ini aku, sshh kamu gak perlu bicara apapun. Sebentar aku panggilkan dokter ya?"
Asha hendak beranjak tapi tangan lemah Dirga menahannya. Ia menggeleng. Asha mengerti, kemudian ia kembali mendekat.
"Ini hari ke 11 kamu tidur, kenapa begitu lama? Asal kamu tau, tiap hari aku kesini, berbicara sendiri kayak lagi dongeng. Kamu seneng kan? Aku juga bawain semua kesukaan kamu, dari mulai rubik, red velvet, sampai bunga lily. Eh tapi bunga lily kesukaan aku ding hehe. Oh iya, mama kamu tadi pulang sebentar, aku suruh istirahat, kasihan tante Mirna kelihatan capek banget. Mau aku telponin, atau nanti aja? Nanti aja kali ya, kamu disini sama aku dulu gak papa ya?" Asha mengoceh panjang lebar tanpa henti pada Dirga.
Dirga hanya tersenyum mendengar ocehan Asha. Perlahan ia mengangkat tangannya, berusaha menyentuh pipi Asha. Ia berhasil nenyentuh pipi Asha, dan sengaja berlama-lama meletakkan tangannya disana. Dirga begitu merindukan wanitanya. Kedua pipi Asha merona, ia merasakan panas pada wajahnya.
Keduanya saling memandang lama, seakan saling bertukar kerinduan yang mendalam. Tanpa sadar sejak tadi tangan mereka saling bertaut, seperti tak mau pisah. Tiba-tiba tanpa terduga, Asha mengecup lembut kening Dirga. Kemudian ia bisikkan sesuatu di telinga Dirga.
"Jangan sakit lagi ya, aku akan khawatir." Keduanya kembali saling menatap dan tersenyum.
Aku janji gak akan bikin kamu khawatir, Sha. Aku janji. Batin Dirga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice
Teen FictionNatasha Dimitri (22) Nicolas Dimitri (25) Dirgantara Wijaya (23)