Tak terasa 6 hari sudah berlalu sejak Asha melakukan transplantasi hati. Namun ia belum juga di perbolehkan pulang kerumah. Padahal Asha merasa sehat dan baik-baik saja. Ia duduk bersandar di tempat tidur sambil membaca novel. Matanya beralih pada bulir-bulir air hujan yang turun melewati kaca jendela. Akhir-akhir ini sering sekali hujan, Asha mulai terbiasa dengan hal yang ia tak sukai itu.
Drrtt.. Drrtt. Mama.
"Halo Ma."
"Halo, sayang. Kamu udah bangun? Maaf mama agak terlambat, mama telfonin Mia buat nemenin ya?" Sesal mamanya diseberang telepon.
Asha menghela nafas pelan. "Iya gak papa, Ma. Gak usah, nanti Asha telfon sendiri aja, Ma."
"Yaudah, kalo perlu apa-apa kamu telpon mama ya. Nanti mama bawain dari rumah."
"Iya, Ma. Oh iya, kak Dirga kemana sih, Ma? Jahat banget gak nemenin Asha."
Mamanya terkejut dan diam cukup lama. Tangisnya hampir pecah mendengar pertanyaan Asha, namun ia tahan sekuat tenaga.
Asha masih menunggu. "Ma? Mama denger Asha kan?"
"I-iya mama denger, sayang. Kakakmu lagi sibuk di luar negeri, makanya belum bisa jengukin kamu. Yaudah kamu istirahat ya, sayang. Nanti mama kesana sama papa" Bohong mamanha, lalu mengalihkan pembicaraan.
"Ooh, pantesan. Iya, Ma." Kemudian telepon terputus.
Kak Nico ke luar negeri? Biasanya tetep ngabarin, apa emang sibuk ya? Batinnya. Asha mencoba menghubungi nomor Nico.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif ..
Huft! Asha membuang nafas kasar. Ia rindu Nico, gak biasanya Nico pergi tanpa menghubungi Asha. Ia meletakkan ponsel di meja, dan ia baru menyadari ada bucket bunga lili kesukaannya. Sejak kapan ini disini? Asha mencium wangi bunga tersebut, terselip sebuah kartu berwarna kuning, sewarna dengan bunganya.
Selamat pagi Asha, cepet sembuh ya. :)
Singkat, padat, dan tanpa nama. Asha mengernyit, bingung entah bunga dari siapa. Mia? Cepat-cepat ia menelpon sahabatnya, untuk menanyakan hal itu.
"Halo Ashaaa!" Teriak Mia dari ujung telepon.
Asha menjauhkan ponsel dari telinganya karena kaget. "Mia gue bisa budek gara-gara suara lo!"
Terdengar gelak tawa. "Ada apa baby, kangen sama gue ya? Tenang bentar lagi gue sampe kok, ini udah deket."
"Hish! Oke bagus deh, bawain gue cheese cake ya?" Asha berniat menanyakan soal bunga itu nanti.
"Siap sayang! Bye."
Novel berjudul "Gadis Penyuka Senja" menjadi fokusnya lagi. Asha juga tak tahu novel itu entah dari siapa, sejak ia sadar novel itu sudah ada dimejanya. Halaman demi halaman ia baca perlahan, kemudian matanya terpaku pada sebuah kalimat.
Senja dan kamu adalah dua hal yang sama. Indah, damai, dan selalu aku tunggu.
Asha terdiam beberapa saat. Tak terasa cairan bening menggenang di kedua pelupuk matanya. Asha mengingat Dirga. Asha merindukan Dirga. Sejak terakhir kali bertemu, Asha tak tau Dirga dimana. Nomornya pun tak bisa ia hubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice
Teen FictionNatasha Dimitri (22) Nicolas Dimitri (25) Dirgantara Wijaya (23)