*Dirga POV*
Natasha Dimitri, gadis kecilku kini bermetamorfosa menjadi wanita yang sangat cantik. Rambut ikal coklat, kulit putih, mata berwarna coklat, dan tubuh mungilnya. Hampir 15 tahun yang lalu, tapi ia masih tetap sama, mempesona.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, akhirnya aku bertemu dia. Gadis yang selama ini aku rindukan, aku tunggu kedatangannya. Berjalannya waktu semua tak lagi sama, ia sepertinya tak mengenaliku. Menyakitkan rasanya, tahu dia benar-benar lupa kenangan itu. Tatapan hangatnya tak lagi ada buatku.
"Aw pantatku!" Teriaknya. Dia terjatuh menabrakku. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagetku.
Asha! Apa benar itu dia?
Dia gak inget aku?Aku hanya terdiam, menatapnya lekat tanpa ekspresi. Masih sangat terkejut, dan sedikit ragu. Bingung harus bersikap bagaimana setelah lama tidak bertemu.
"Sorry" hanya itu kata yang mampu kuucap. Kemudian berlalu.
Perpustakaan adalah tempat favorite ku dikampus. Aku bisa berjam-jam menghabiskan waktu disana. Berjalan perlahan menyisiri tiap rak buku, disampingku ada perempuan yang kesusahan menggapai buku dirak paling atas. Aku ambil buku itu dan menyerahkan kepadanya.
"Lo?" Aku sama kagetnya dengan dia. Asha? Benarkah itu dia, lagi? Cepat-cepat aku berlalu, mungkin aku salah.
Beberapa hari kemudian aku drop, dan dibawa kerumah sakit. Tempat yang tak pernah aku suka. Suasana dan bau menyengatnya sangat membosankan. Siang itu aku berjalan ditaman rumah sakit, mencari penghilang bosanku.
Ada perempuan duduk dikursi roda, ia terlihat susah payah mendorongnya. Roda kursinya tersangkut sesuatu, tak lama ia tersentak dan limbung, hampir jatuh.
"Lo gak papa?" Dia terlihat shock, hingga hampir menangis.
"Ga-gak pa-papa" jawabnya lirih dengan suara tercekat.
Aku berjongkok untuk melihat keadaannya. "Lo.. Lagi?" Entah mengapa dia selalu kaget melihatku. Merasa kasihan, aku antar dia kekamarnya.
Diruang tunggu aku bertemu dengan Nico, kakak Asha. Rasa kagetku muncul ketika dia mengenalkan perempuan yang bersamanya. Ternyata perempuan itu benar Asha. Selama ini yang kutemui adalah dia. Tapi sekali lagi, dia sama sekali tak mengingatku.
3 hari berlalu setelah aku keluar rumah sakit. Papa mengingatkan untuk tak kemana-mana. Kami sekeluarga diundang untuk makan malam dirumah sahabat lama papa, om Dimitri dan tante Ratna.
Wait! Om Dimitri dan tante Ratna? Mereka orang tua Nico dan Asha. Jadi aku akan kerumahnya? Bertemu dengannya?
Akhirnya malam itu tiba, aku bertemu Asha untuk kesekian kalinya. Malam itu dia sangat cantik dan mempesona, aku tak kuasa mengalihkan pandangan kearah lain. Kutatap ia lekat, gadisku.
Hanya obrolan singkat yang ada ketika kita berdua ditaman. Sebenarnya aku bingung harus bersikap seperti apa. Yang keluar dari mulutku hanya jawaban singkat dan dingin.
Bodoh kamu Dirga!
Ternyata pertemuan ini berujung sebuah perjodohan. Om Dimitri adalah sahabat terdekat papa yang seperti keluarga. Jadi mereka memutuskan untuk menjodohkan kami berdua, agar hubungan keluarga tetap terjalin harmonis.
Perjodohan? Aku dan Asha?
Setelah belasan tahun lamanya aku menunggu, akhirnya bisa bertemu dengannya. Bahkan beberapa kali. Dan sekarang rencana perjodohan.Apa arti semua ini?
Apa ini yang dinamakan takdir?
Tapi dia tak mengingatku, apa yang harus kulakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Voice
Teen FictionNatasha Dimitri (22) Nicolas Dimitri (25) Dirgantara Wijaya (23)