Bagian 13

2.4K 124 2
                                    

Author Pov
Belakangan ini Ricardo sudah tidak pernah mengusik Sonya, begitupun dengan Lewis yang merasa seperti tidak pernah terjadi apa - apa dan masih tetap perhatian seperti biasanya.

Tetapi berbeda dengan Sonya, dirinya merasa ada sesuatu yang kurang. Sejak dirinya merasa ditolak, cinta Sonya untuk Lewis mulai merenggang. Tak hanya disana, dirinya merasa aneh. Bukankah ini yang dia inginkan dengan Ricardo yang tidak pernah mengusiknya lagi?

Tanpa disadari Sonya, Ricardo selalu menatap dirinya dengan jarak mereka yang terbilang cukup dekat dan berada dalam satu ruangan maupun dikala Sonya sedang bersama Lewis.

Hanya dengan menatap Sonya, hati Ricardo berdesir. Didalam dirinya seperti merasakan ada suatu gejolak cinta yang tumbuh secara refleks dan membuat jantungnya berdebar - debar.

Sampai ketika..

"AWAS !"

Brakkkkk...

Brukk...

Brummm............

terdengar suara tabrakan yang cukup dahsyat yang membuat pejalan kaki disekitar gedung kantor terlihat cukup syok dan mobil yang menabrak telah pergi dengan kecepatan tinggi.

Banyak orang berlalu lalang melihat apa yang terjadi. Disanalah telah tergeletak seorang wanita yang dilindungi dengan cara dipeluk seorang pria dengan darah yang bercucuran disekujur kepalanya dan aspal jalanan.

Wanita itu terlihat terkejut dengan apa yang barusan terjadi, yah itu Sonya Kenova. Jika ditanya siapa pria itu, dia Ricardo Lambert.

Beberapa karyawan terkejut dengan apa yang mereka lihat dan langsung menelfon ambulance.

Sesaat kemudian terdengar suara ambulance lalu mereka telah dibawa menuju rumah sakit.

'RSU SANS PAULUS'

Kini mereka telah tiba dirumah sakit, Ricardo dibawa keruang UGD. Keadaan Ricardo cukup parah, sedangkan Sonya terlihat syok dan badannya hanya terdapat luka - luka kecil.

"R-ric.. Ricardo.." ucap Sonya tertahan sambil menahan isak tangisnya. Dia merasa bersalah, seharusnya dirinya yang berada didalam sana dan bukan Ricardo.

Kini dirinya hanya dapat berdoa dan berharap didalam sana Ricardo baik - baik saja.

"Apa yang terjadi Sonya ?" terdengar suara Lewis yang sekarang telah memeluk Sonya. Lewis langsung menghampiri rumah sakit saat mendengar kabar heboh dari orang - orang kantor. Dirinya begitu khawatir.

"D-dia.. Dia menolongku.. A-aku.. Ak.. Hiks.. H-hik..." air mata Sonya tak terbendung lagi lalu menangis dipelukan Lewis.

Beberapa jam kemudian

Terlihat lampu merah diatas pintu telah padam, terdengar suara dorongan dan beberapa langkahan kaki orang dimana letak Ricardo berada.

Sekarang tampaklah Ricardo dengan mata tertutup, tak luput dengan oksigen, infus, dan beberapa peralatan medis lainnya.

Dokter mengatakan bahwa Ricardo mengalami luka yang cukup dalam dibagian belakang kepalanya yang mengakibatkan dirinya belum tersadar. Jika dalam beberapa minggu Ricardo masih tidak sadarkan diri, maka kemungkinan besar akan menghilang dari dunia ini.

Ricardo kini telah ditempatkan diruangan VVIP kelas satu, disana terdapat fasilitas lengkap.

Sedari tadi Lewis mengajak Sonya pulang, tetapi ia tetap tidak bergeming. Terakhir Lewis pasrah dan pulang dahulu.

Orang tua Sonya yang mendengar kabar dari Lewis langsung berangkat dari Rusia menuju New York.

Sonya terus menerus meluapkan kesalahannya dalam batin yang hanya berujung Ricardo yang terbaring lemah dihadapannya.

'Pantaskah dirinya dilindungi oleh Ricardo ? Mengapa Ricardo menolongnya ?' batinnya dalam hati.

Sekarang ruangan VVIP ini hanya terdengar bunyi bip.. Bip.. Bipp... Sonya berada disamping Ricardo dengan posisi duduk dikursi dan melihat Ricardo tanpa berkedip sampai Sonya menutup matanya dan tidur disamping lengan Ricardo.

Terdengar bunyi pintu terbuka yang membuat Sonya terbangun dari tidurnya.

"Hai" sapa seorang wanita cantik yang membuat Sonya sedikit berpikir, siapakah wanita ini?

"Oh.. Hhai" sapa Sonya balik.

"Maaf menganggu, bolehkah saya melihat Ricardo?"

"Of course.. Mari silahkan duduk" Sonya langsung berdiri dan menempatkan diri disamping sisi ranjang.

"Sayang... Kenapa kamu menjadi seperti ini?" ucap wanita itu lirih sembari memegang tangan Ricardo secara lembut.

Sonya yang melihat keadaan wanita itu langsung merasa risih.

"Permisi.. Uhmm.. Aku keluar sebentar"

"Baiklah.. Terima kasih" kemudian wanita itu tersenyum licik saat melihat Sonya telah berlalu dari ruangan ini.

"Sayang.. Maaf.. Kamu jadi terluka begini karna kelalaianku, aku.. Aku minta maaf.. Tetapi kamu juga salah, aku telah menyelidikinya. Kamu.. Kamu lebih memilih wanita itu daripadaku dan tidak akan kubiarkan itu terjadi.." senyuman licik tak luput dari bibir wanita itu.

Tiba - tiba terlihat jari Ricardo mulai bereaksi yang membuat wanita itu berjinjit kaget dan langsung pergi meninggalkan Ricardo.

Dari luar terdengar pintu terbuka, membuat Sonya yang terduduk segera menghampiri wanita itu.

"Aku pamit dahulu, terima kasih"

"Yeah.. Sama - sama"

Kemudian wanita itu berlalu dari hadapan Sonya. Sonya kelihatan mengerutkan keningnya melihat tingkah laku wanita itu dan saat ini dia masih belum mengetahui nama wanita itu. Setelah itu Sonya memasuki kamar VVIP tempat Ricardo berada, saat pintu terbuka Sonya kelihatan kaget sekaligus senang.

"K-kamu telah sadar" Sonya langsung berlari menuju ranjang Ricardo dan memencet tombol panggilan. Setelah itu Sonya mengambil air putih yang berada disamping ranjang lalu melepaskan oksigen Ricardo, kemudian menitikkan air sedikit demi sedikit kemulut Ricardo.

"Ka- ka- kamu baik ?" Ricardo berkata dengan pelan - pelan tetapi Sonya dapat melihat bahwa dari sorotan mata Ricardo tercetak jelas sorotan mata kekhawatiran.

"Aku baik - baik saja.. Ka-" belum tuntas kata yang akan dilontarkan Sonya, dokter dan perawat telah berada ditempat mereka.

"Maaf... Bu Sonya, anda harus keluar sebentar"

"Baik dok"

Sonya melangkahkan kakinya menuju pintu keluar lalu melihat kebelakang sebentar melihat Ricardo, kemudian berlalu dari ruangan itu.

Didepan ujung lorong terlihat orangtua Sonya yang membuat Sonya berlari dan menghempaskan dirinya kepelukan papa dan mamanya.

"Maa.. Aku.. Ini semua salahku" tak terkendali Sonya langsung menangis.

"Tidak sayang.. Ssttt.. Ini bukan salahmu, Ricardo hanya melindungi dirimu sayang" ucap mama Sonya menenangkan anaknya dan mengusap pelan punggung Sonya lalu melalui tangannya menghapus air mata Sonya.

"Princes.. Kamu yang sabar nak, ini bukan salahmu sayang.. Papa akan mencari tahu siapa dalang yang telah melukai kamu dan Ricardo. Papa tidak akan membiarkan pelaku itu lolos." terlihat papa mengepalkan tangannya dan berkata dengan penuh ketegasan disetiap pengucapannya.

"Tidak perlu om.. Karena saya telah mengetahui siapa pelakunya"

Sonya mengingat - ingat kembali siapa pria dihadapan mereka yang telah ikut nimbrung dalam percakapan ini. Setelah dipikir - pikir Sonya ingat, dia Luke Maxwell teman Ricardo Lambert.

--------------------------------
Sekian sampai sini dulu..

Terima kasih..

Barbie Face [Ending]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang